Jembrana (Metrobali.com)-

 

Pedetan Perancak (ikan yang dikeringkan) sudah tidak asing lagi bagi telinga masyarakat Kabupaten Jembrana. Berkat dukungan Pemkab Jembrana, Pedetan Perancak semakin dikenal bahkan hingga tembus ke manca negara seperti Jepang dan Cina.

Di Desa Perancak, Kecamatan Jembrana olahan ikan dikerjakan para ibu-ibu nelayan sebagai usaha sampingan. Awalnya hanya untuk membatu suami dalam menambah penghasilan. Karena disaat panen, harga ikan anjlok bahkan hasil tangkapan suami melaut tidak laku terjual.

Belakangan Pedetan Perancak semakin diminati. dan ibu-ibu di desa setempat sepakat membentuk kelompok yang diberi nama Kelompok Pedetan Perancak. Beranggotakan 40 orang ibu -ibu, pedetan diproduksi dengan berbagai varian dan rasa. Seperti rasa balado, original, barbeque, pedas manis kacang tanah dan bumbu genep. Semua hasil produksi pedetan dibungkus dengan kemasan menarik.

Ni Wayan Muliarni, Ketua Kelompok Wanita Tani Pedetan Perancak menjamin Pedetan Perancak tidak akan berbau amis. Karena seluruh isi perut ikan dikeluarkan dan sisiknya dibersihkan. Proses selanjutnya, ikan yang telah dipotong dan dibersihkan direndam dengan air bercampur cuka supaya bau amisnya hilang.

Setelah direndam dengan air dan cuka, kata dia, ikan kembali direndam dengan bumbu dan kemudian di jemur. “Yang membuat amis itu darah sama isi perut, jadi ikannya harus benar-benar bersih. Kalau rasa sesuai pesanan. Yang paling banyak diminati rasa pedas manis bumbu bali” ujarnya, Jumat (2/6/2023).

Disebutnya Pedetan Perancak tidak hanya dijual di beberapa swalayan di Jembrana dan di Bali, juga dibeberapa kota besar seperti Jakarta dan Surabaya bahkan dikirim (ekspor) ke Jepang dan Cina.

Kelompok Wanita Tani Pedetan Perancak dalam sekali produksi mampu memproduksi 3 kwintal ikan lemuru (kocing). Dan Pedetan Perancak dijual dengan harga Rp.15 ribu per bungkus. (Komang Tole)