Karangasem, (Metrobali.com)

Pemerintah Provinsi Bali, telah membangun ratusan kios dan los dalam penataan fasilitas Kawasan Suci Pura Agung Besakih. Bahkan bangunan tersebut, telah diresmikan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, beberapa waktu lalu.

Hanya saja pascadiresmikan tersebut, kios dan los bagi para pedagang ini, kebanyakan tidak ditempati para pedagang alias tutup.

Menurut pengamat kebijakan publik Jro Gde Sudibya, saat diminta tanggapanya, Minggu 28 Mei 2023, bahwa Fenomena Tutupnya Sebagian Besar Toko di Besakih, Bagian dari Proyek senilai Rp.950 M terbukti belum dilakukan penelitian sebelum proyek itu dibangun.

Menurutnya menjaga, merawat tempat suci ada etikanya, bukan dengan dasar pertimbangan ekonomi turistik, karena NYAPLIR, sehingga proyek “bisnis” ini punya potensi tinggi untuk gagal.

Timbul pertanyaan, lanjut Jro Gde Sudibya bagaimana pertanggungjawaban dana negara untuk pembangunan los pertokoan tersebut? Ini yang perlu dijawab oleh Gubernur Bali Wayan Koster sebagai bentuk transparansi kepada masyarakat Bali.

Dikatakan, secara tradisi, dan telah menjadi keyakinan masyarakat, tangkil ke Pura bagian dari “metirtha yatra”, “newa sraya” memerlukan “tetuek kayun” dan disiplin diri, tidak sama dengan belanja ke mall. Di sini perancang proyek gagal menangkap esensi dasar dari “tangkil” ke Pura dan persyaratan sikap batin yang diperlukan.Nilai spiritualitas dicoba dikooptasi dengan nilai ekonomi kebendaan.

” Fenomena yang berlangsung di Besakih, dapat mengingatkan Kita akan “jebakan” waktu di zaman Kali Yuga. Bagi insan-insan manusia yang tidak waspada bisa “memper Tuhan kan” uang, tunduk total pada pertimbangan ekonomi dengan mengabaikan etika dan moral,” kata Jro Gde Sudibya.

Berdasarkan pantauan yang dilakukan di lokasi, Minggu (28/5/2023), sebagian besar kios dan los yang ada di Bencingah Agung yang berlokasi di Banjar Dinas Batumadeg, sebagian besar tidak buka alias tutup. Padahal, kios dan los tersebut sudah ada pemiliknya, namun sejak awal tidak ditempati seperti berita di Denpos.

Hanya terlihat beberapa pedagang saja yang membuka kiosnya sambil menunggu pembeli. Jika kondisi tersebut terus seperti itu, otomatis keberadaan kios dan los tersebut akan mubazir dan terbengkalai begitu saja tanpa ditempati pedagang.

Seperti berita Denpos, Kepala Badan Pengelola Fasilitas Kawasan Suci Pura Agung Besakih, I Gusti Lanang Muliarta mengungkapkan pihaknya tidak menampik hingga saat ini masih ada banyak kios dan los belum ditempati para pedagang masih tutup atau tidak buka. “Untuk itu, nanti kita perlu duduk bersama untuk membahas masalah itu,” ucapnya.

Muliarta menyatakan planning awal pembanguan kios dan los yang jumlahnya mencapai 400 lebih itu, sesuai dengan jumlah pedagang. Dia menjelaskan nantinya pihaknya akan terus berusaha untuk mendatangkan kunjungan, di samping pemedek ke Besakih.

“Untuk pemedek sembahyang ke Besakih ketika hari raya, seperti karya IBTK, purnama, tilem dan yang lainnya. Jadi ke depannya, kita memiliki PR tidak hanya mengandalkan pedagang saja, tapi juga mengembangkan UMKM Besakih yang tidak hanya dipasarkan di Besakih, namun juga di Bali dan luar Bali. Karena banyak ada beberapa potensi yang dapat dikembangkan, mulai dari madu, kopi, sere dan yang lainnya. (Adi Putra)