Jembrana (Metrobali.com)-

Lantaran air PDAM macet, warga Banjar Kaleran dan Banjar Wali di Desa Yehembang Kecamatan Mendoyo  mengalami krisis air. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ratusan warga didua banjar itu terpaksa mengambil air di saluran irigasi subak yang jaraknya 4 hingga 5 kilometer.

Ditemui Minggu (27/10), sejumlah warga mengatakan krisis air tersebut telah terjadi sejak tiga bulan lalu lantaran air PDAM macet. “Untuk memenuhi keperluan sehari-hari, saya terpaksa mengambil air dari saluran irigasi subak ini”  ujar Agung Bagus Dwijana (43) salah seorang warga di Banjar Kaleran.

Krisis air yang terjadi di dua banjar itu menurutnya selain karena kemarau panjang juga air PDAM macet. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia terpaksa bolak-balik hingga 5 kali. Padahal jarak mengambil air dari rumah kisaran 4 kilometer. “Kalau untuk makan dan minum saya biasanya mengambil air pagi hari biar jernih” ujarnya.

Hal sama juga dikatakan warga lain, Nyoman Arsana (42). Menurutnya selain diambil untuk dibawa pulang, warga juga memanfaatkannnya untuk mandi dan mencuci. “Untung jalannya bisa dilalui sepeda motor, kalau jalan kaki, saya yakin warga disini tidak kuat” imbuhnya.

Perbekel Desa Yehembang, I Made Semadi saat dikonfirmasi mengakui jika selama tiga bulan ini warga di dua banjar itu mengambil air di saluran irigasi subak. Menurutnya selain karena kemarau panjang juga PDAM di dua banjar itu macet.

Untuk mengatasinya, pihaknya sudah mengajukan proposal kepada Bupati Jembrana dan pemberitahuan serta berkoordinasi dengan pihak PDAM. “Kami minta dua hari ini PDAM mau menempatkan tangki air, sehingga warga mudah untuk mendapatkan air” tandas Semadi.

Pantauan dilapangan, saluran irigasi subak yang lebarnya kurang dari satu meter itu nampak diserbu oleh ratusan warga untuk  mengambil air. Beberapa diantaranya ada yang mengambil air dengan menggunakan jerigen. MT-MB