Foto: Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI)  Provinsi Bali siap mensukseskan Kongres Berkebaya Nasional 2021 pada 5-6 April 2021.

Denpasar (Metrobali.com)-

Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) siap menggelar Kongres Berkebaya Nasional 2021 pada 5-6 April 2021 di Jakarta. Kongres ini bertujuan untuk melestarikan kebaya sebagai jati diri perempuan Indonesia dan agar lebih mendunia.

Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI)  Provinsi Bali pun siap mensukseskan Kongres Berkebaya Nasional 2021 ini. “PBI Bali juga siap dukung dan  sukseskan Kongres Berkebaya Nasional 2021,” kata Ketua Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI)  Provinsi Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M., M.H., Sabtu (20/3/2021).

Menurut Tini Gorda yang juga Ketua DPD Perempuan Indonesia Maju (PIM) Provinsi Bali dan Ketua DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (PPI) Provinsi Bali ini Kongres Berkebaya Nasional 2021 melibatkan berbagai komunitas berkebaya, wakil organisasi baik politik, sosial, profesi maupun akademisi dan masyarakat umum ini diharapkan membawa kebaya semakin mendunia.

“Semoga sukses tujuan yang diharapkan. Berkebaya merupakan representasi jati diri perempuan Indonesia dan bangsa kita tercinta,” kata tokoh perempuan yang juga Kepala Pusat Studi Undiknas, Direktur Eksekutif GTS Institute Bali, Ketua Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Provinsi Bali dan Ketua IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Provinsi Bali ini.

Sementara itu Ketua Umum Perempuan Berkebaya Indonesia Rahmi Hidayati menyebutkan ia sangat mengharapkan gerakan berkebaya ini mendapat dukungan dari pemerintah.

Karenanya Kongres Berkebaya Nasional 2021 juga diharapkan menguatkan dukungan dan sinergisitas berbagai pemangku kepentingan untuk mengangkat kebaya menjadi lebih dicintai generasi muda dan lebih mendunia.

“Gerakan ini ingin menunjukan betapa cintanya kami kepada kebaya sebagai warisan bangsa. Kami berharap gerakan ini mendapat dukungan pemerintah. Ini merupakan gerakan untuk memperkenalkan kebaya kepada anak muda dan mancanegara,” ungkap Rahmi Hidayati.

Seharusnya Kongres Berkebaya Nasional digelar pada 21-22 Desember 2020 tahun lalu secara daring namun akhirnya diputuskan mundur menjadi 5-6 April 2021 yang akan dilaksanakan secara luring (tatap muka) dan daring (online). Pelaksanaan kongres secara luring diikuti peserta terbatas dengan penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat.

Kongres dilakukan secara luring agar masyarakat bisa berinteraksi secara langsung saat kongres dan  diharapkan memberi dampak yang lebih besar terhadap gerakan melestarikan kebaya sebagai busana warisan leluhur. Penyelenggaraan secara daring juga tetap dilakukan agar peserta yang di luar kota maupun yang di luar negeri tetap dapat berpartisipasi.

Dihubungi terpisah, Ketua Penyelenggara Kongres Berkebaya Nasional, Lana T Koentjoro mengungkapkan kebaya sebagai busana nasional merupakan warisan para leluhur. Kebaya digunakan perempuan Indonesia sejak dulu.

“Kebaya mengandung filosofi mendalam dengan nilai sejarah yang tinggi. Kehadirannya menjadikan kebaya sebagai salah satu alat pemersatu bangsa,” ujar Lana T Koentjoro.

Dengan besarnya gaung kongres berkebaya, diharapkan  semakin banyak perempuan Indonesia dari berbagai usia dan kalangan terutama kaum milenial  dengan suka cita memakai kebaya dalam kegiatan hariannya.

Kongres  juga sekaligus mempromosikan kebaya ke dunia internasional, sehingga orang akan tahu saat melihat perempuan menggunakan kebaya itu adalah busana asal Indonesia. Kongres juga bertujuan untuk mendapatkan pengakuan dunia (UNESCO), dengan cara mendaftarkan kebaya sebagai warisan tak benda asal Indonesia.

“Kami juga ingin mendorong pemerintah untuk menetapkan Hari Berkebaya Nasional, sehingga tahap berikutnya dapat merancang program pemberdayaan masyarakat melalui produksi dan pemasaran kebaya,” pungkas Lana T Koentjoro yang juga Ketua Perempuan Indonesia Maju (PIM) ini.

Kongres Berkebaya Nasional 2021 akan mempertemukan para wakil organisasi politik, sosial, profesi, dan akademisi serta pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan tentang pelestarian kebaya sebagai elemen budaya Indonesia.

Acara yang berlangsung selama dua hari tersebut akan membahas aspek politik, ekonomi, budaya, psikologis dan sosialisasi kebaya. Para pembicara berasal dari pemerintah, akademisi, praktisi busana dan penggiat sosial.

Selain itu, kongres juga akan dimeriahkan penampilan seni budaya anggota PBI dari berbagai daerah seperti tarian, paduan suara, gamelan dan musik harpa. (wid)