PBB, New York (Metrobali.com) –

Para pejabat senior PBB, Selasa (18/2), menyeru negara anggota agar mensahkan kebijakan terpadu dan strategis inovatif guna menangani krisis air, kebersihan dan energi.

Mereka mengatakan semua itu termasuk di antara tantangan paling utama dalam upaya pembangunan pemerintah.

“Kurangnya akses ke air, kebersihan dan layanan energi yang berkesinambungan adalah suryakanta susunan dari kemiskinan, kesehatan buruk dan kematian, serta ketidak-setaraan gender,” kata John W. Ashe, Presiden Sidang Majelis Umum PBB, ketika ia membuka debat tematik badan 193 anggota itu mengenai masalah tersebut.

Pertemuan pada Selasa adalah yang pertama dari serangkaian debat semacam itu dan acara tingkat tinggi yang akan ia pimpin tahun ini guna menyediakan landasan bagi negara anggota dan pemegang saham lain untuk menetapkan panggung bagi agenda pembangunan pasca-2015.

Ashe telah melancarkan upaya untuk mewujudkan agenda baru pasca-2015 guna menggantikan Sasaran Pembangunan Milenium PBB (MDG) selama ia memimpin Sidang Majelis PBB –yang berakhir pada September.

MDG, yang disepakati oleh para pemimpin dunia dalam Pertemuan Puncak PBB 2000, bertujuan mengurangi kemiskinan dan kelaparan, memangkas kematian ibu dan bayi, memerangi penyakit dan menyediakan akses ke pendidikan universal serta perawatan kesehatan, semuanya sampai akhir 2015.

Namun saaran tersebut tampaknya takkan bisa dicapai di banyak negara dan daerah, dan semua itu akan digabungkan dalam agenda yang bahkan lebih ambisius pasca-2015.

“Air, kebersihan dan energi yang berkesinambungan ini bukan hanya masalah keprihatinan besar, tapi itu adalah masalah moral yang penting bagi seluruh masyarakat internasional,” kata Ashe, sebagaimana dikutip Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi. Ia menyatakan masalah tersebut sangat besar: 783 juta orang hidup tanpa air bersih; 2,5 miliar orang tak memiliki kebersihan yang memadai; dan 1,4 miliar orang tak memiliki akses ke listrik.

Ia mengatakan masyarakat internasional sudah sepakat bahwa energi, air dan kebersihan adalah dasar bagi tercapainya banyak sasaran pembangunan.

“Semua itu antara lain sangat berkaitan erat dengan perubahan iklim, pertanian, keamanan pangan, kesehatan, gender dan pendidikan,” kata Ashe. “Jadi, hari ini, saya meminta anda mempertimbangkan bagaimana kita dapat sebaik mungkin mengembangkan pendekatan yang lebih terpadu dalam penyelesaian masalah sehingga kita dapat menangani pertalian pembangunan ini.” Penanganan “masalah yang rumit dan muncul sendiri ini” akan mengharuskan negara anggota “menggali sangat dalam, menyampaikan kretivitas mereka, berbagi pengalaman dan menyedikan bimbangan serta masukan dalam kerja sama guna mencapai sasaran ini, dan menciptakan dunia pasca-2015, yang memungkinkan setiap anggota keluarga global hidup dengan bermartabat,” katanya.

Seruan bagi tindakan kreatif dan tekun tersebut dikumandangkan oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, yang mengatakan akses ke air minum yang aman, kebersihan dan kesehatan harus muncul secara mencolok dalam agenda pembangunan pasca-2015. (Ant/Xinhua-OANA)