Pastika Ingatkan Pengelola BUMDESA Jangan Bermental Priyayi
Rapat Koordinasi Penguatan Kapasitas BUMDESA di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Rabu (23/9).
Denpasar (Metrobali.com)-
Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan agar pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDESA) tak bermental priyayi. Mereka diminta jangan hanya duduk di belakang meja, namun harus turun melihat langsung perkembangan usaha masyarakat dan dapat memberi solusi jika menemukan persoalan.
Penekanan itu disampaikannya pada pembukaan Rapat Koordinasi Penguatan Kapasitas BUMDESA di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Rabu (23/9).
Lebih jauh Pastika mengungkap, BUMDESA punya peran yang sangat strategis mengingat sebagian besar berkedudukan di desa dengan tingkat kemiskinan cukup tinggi. Keberadaannya pun menjadi makin penting sejalan dengan pemberlakuan UU Nomor 6 Tahun 2014 yang menjadikan desa sebagai subjek dan motor penggerak pembangunan. Berbagai program pembangunan baik luncuran pusat, provinsi dan kabupaten/kota telah cukup lama dilaksanakan untuk menggerakkan perekonomian di desa. “Lihat saja papan nama kantor desa, penuh dengan tulisan berbagai jenis program yang sedang dilaksanakan,” ujarnya.
Namun pada kenyataannya, berbagai program itu belum membawa pengaruh yang signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan, khususnya di wilayah pedesaan. Menurut Pastika, hal itu disebabkan belum terpadu dan terintegrasinya berbagai program tersebut dan ada kesan berjalan sendiri-sendiri.
Bertolak dari fakta itu, Pemprov Bali melalui program Bali Mandara meluncurkan Program Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (Gerbangsadu) yang mulai dilaksanakan sejak tahun 2012. Menyasar desa dengan tingkat kemiskinan tertentu, program ini menitikberatkan pada keterpaduan kegiatan yang mampu mengoptimalkan potensi desa untuk meningkatkan kesejahteraan warga setempat.
Dalam program Gerbangsadu, lanjut Pastika, BUMDESA menjadi salah satu komponen yang sangat penting. Pastika menilai, dalam tiga tahun pelaksanaannya, Gerbangsadu telah terlaksana cukup baik. Hanya saja, dari hasil kunjungannya ke lapangan, masih ditemukan sejumlah BUMDESA yang belum dikelola secara optimal. “Pengelola BUMDESA tak usah berebut ruangan, meuble yang bagus atau memperbaiki kantor desa,” tandasnya.
Yang terpenting, mereka bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menggerakkan ekonomi masyarakat sehingga tingkat kemiskinan mampu diturunkan. “Jangan hanya duduk dan mencatat uang yang dipinjam. Datangi satu persatu masyarakat yang meminjam. Digunakan untuk apa dan lihat perkembangan usahanya. Jika ada kendala, cepat beri solusi. Pengelola BUMDESA harusnya seperti itu,” urainya. RED-MB
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.