Pleno Penghitungan Suara di Kantor Camat Denpasar Barat, Rabu

Denpasar (Metrobali.com)-

Para calon anggota legislatif Pemilihan Umum 2014, pascapemilu mengalami keresahan karena menunggu hasil rekapitulasi penghitungan suara secara resmi dari Komisi Pemilihan Umum, kata pengamat politik dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (Stispol) Wira Bhakti Denpasar Gusti Made Bagus Wiradharma MSi.

“Saya amati para politikus yang maju menjadi caleg pascapemilu legislatif tampak resah. Bahkan tim sukses mereka karena merasa tidak lolos calegnya, ada sampai yang membuat keributan di masyarakat,” katanya di Denpasar, Rabu (16/4).

Kalau sampai terjadi seperti ini, kata dia, para caleg tersebut mereka tidak mampu mengendalikan emosinya. Artinya mereka hanya dalam wacana kampanye saja yang menyatakan siap menang dan siap menerima kekalahan.

Namun yang terjadi di masyarakat saat ini sudah ada di beberapa daerah, seperti yang terjadi di Nusa Pinida, caleg gagal memperoleh suara yang diharapkan melakukan pemblokiran jalan. Walau saat itu dari pihak keamanan bisa melakukan tindakan dengan membuka akses jalan yang menghubungan antardesa disekitarnya.

“Semestinya pengurus partai politik memberikan pemahaman dan mengawasi para caleg yang mengalami emosi seperti itu, sehingga kondisi tetap aman sembari menunggu hasil pengumuman resmi dari KPU,” ucap mantan Ketua DPD KNPI Bali itu.

Wiradharma mengatakan jika sejak awal memahami arti semua demokrasi melalui pemilu, semestinya caleg yang gagal tidak melakukan tindakan tak terpuji. Malah mereka harus introspeksi diri untuk lima tahun ke depan ketika maju bisa masuk menjadi anggota legislatif.

“Para caleg harus bersabar menunggu hasil rekapitulasi penghitungan suara dari KPU. Dan saya berharap pimpinan parpol harus bersama-sama membangun masyarakat dalam menuju demokrasi yang bermartabat,” katanya.

Dikatakan dari data hitung cepat yang dilakukan lembaga survei independen. Hasilnya sudah bisa diketahui siap-siapa yang akan lolos ke lembaga legislatif. Tapi perlu diingat dalam survei tersebut ada juga batas “margin error”, dari sampel yang diambil beberapa tempat pemungutan suara (TPS).

“Kalau sampelnya tepat, maka hitung cepat lembaga survei independen yang dilakukan tersebut hasilnya juga tidak jauh dengan hasil rekapitulasi resmi KPU,” ucapnya.

Tetapi yang membuat para caleg emosi dan syok pascapemilu, karena sebelumnya mereka merasa akan mampu menang di TPS yang “dipegang suara”, namun kenyataannya terbalik, malahan mereka kalah telak.

“Persoalan itulah yang menyebabkan caleg bisa sampai stres, sehingga melakukan tindakan tak terpuji. Namun para caleg sebelumnya harus berpikir, untuk menjadi anggota legislatif cukup berat. Seperti di Bali dari 1.100 caleg, yang masuk menjadi anggota legislatif sekitar 403 orang,” katanya. AN-MB