Keterangan foto: Ketua Yayasan Primakara I Made Artana/MB

Denpasar, (Metrobali.com) –

Pada minggu terakhir Maret 2018, dunia startup transportasi dikejutkan dengan akuisisi yang dilakukan Grab terhadap bisnis Uber di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kendatipun tak diungkap nilainya, akuisisi ini disebut menjadi yang terbesar antara perusahaan internet di Asia Tenggara.

Dalam dunia startup teknologi di berbagai negara, akuisisi memang hal yang lumrah. Namun khusus untuk startup lokal di Indonesia, praktik akuisisi oleh perusahaan yang lebih besar ini diprediksi akan menjadi tren startup di  tanah air.

“Pasca akuisisi Grab terhadap Uber, saya kira akuisisi ini akan menjadi tren dalam dunia startup di Indonesia. Startup maupun perusahaan teknologi besar dari negara lain baik yang sudah maupun belum beroperasi di Indonesia akan berusaha mengakuisis startup lokal yang potensial dan punya prospek pertumbuhan tinggi,” kata praktisi IT yang juga Ketua Yayasan Primakara, I Made Artana di Denpasar, Minggu (1/4/2018).

Lebih lanjut dikatakan, selain masuk ke bursa saham melalui IPO (Initial Public Offering atau Penawaran Saham Perdana), akuisisi atau pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok investor, memang menjadi salah satu strategi exit atau tahapan terakhir dalam siklus pendanaan sebuah startup teknologi. Namun akuisisi ini juga bisa menjadi pilihan ketika suatu startup atau perusahaan teknologi mengalami kesulitan keuangan atau bahkan merugi secara terus menerus.

Dari sisi persaingan atau peta bisnis, praktik akuisisi terhadap suatu startup teknologi menurut Artana akan mendorong adanya lebih sedikit pemain dalam suatu industri atau pasar. “Ke depan tidak akan ada banyak pemain dalam berbagai industri di startup. Misalnya di industri e-commerce, saat ini mungkin ada belasan atau puluhan, ke depan mungkin hanya akan ada tiga atau empat pemain tetapi sangat besar. Jadi mereka harus saling akuisisi atau merger satu sama lain untuk memperbesar perusahaan dan skala bisnis,” terang Artana.

Dicontohkannya, akusisi Grab terhadap Uber tentu akan mampu memperkuat daya saing perusahaan ini dengan perusahaan atau startup lokal yakni Go-Jek . Alhasil, praktis persaingan di ranah aplikasi transportasi online hanya akan menyisakan dua pemain besar yakni Grab dan Go-Jek bahkan untuk di pasar Asia Tenggara. “Akuisisi ini akan menimbulkan persaingan sengit antara Grab dan Go-Jek. Maka tidak mungkin pemain besar di industri lain misalnya e-commerce akan mengikuti langkah Grab mengakuisisi kompetitornya,” tambahnya.

Namun menurutnya praktik akuisisi di ranah industri e-commerces ebenarnya telah  terjadi sejak beberapa tahun lalu, tetapi memang tidak kentara karena yang diakuisisi dan mengakuisisi bukan pemain besar di tanah air.”Akuisisi di e-commerce sebenarnya sudah mendahului, tapi pemainnya masih banyak dan akuisisi ini seperti tidak kentara. Misalnya sekitar 8 tahun lalu Toko Bagus dibeli oleh OLX. Tapi dalam beberapa tahun ke depan tren akuisisi ini akan menggeliat,” terangnya.

Dalam ranah startup lokal, sejauh ini ada sejumlah akuisisi yang terjadi. Misalnya Go-Jek mengakuisisi  tiga startup di bidang financial technology (fintech), yakni Kartuku ( jasa pembayaran luring/offline), Midtrans (jasa gateway pembayaran) dan Mapan (jaringan arisan daring/online). 

Ada pula Line Indonesia yang mengakuisisi startup lokal TemanJalan yang membuat solusi layanan transportasi untuk mahasiswa menggunakan sarana chatbot. Sebelumnya Grab juga telah mengakuisisi startup lokal Kudo (Kios Untuk Dagang Online) yang memfasilitasi transaksi online untuk pengguna di Indonesia.

Pewarta : Widana Daud
Editor: Hana Sutiawati