Badung, (Metrobali.com)

 

Meningkatnya frekuensi penerbangan China Tiongkok disambut optimisme oleh para pemilik akomodasi hotel wisata di Bali.

Salah satunya hotel di kawasan Kuta, Badung yang melakukan re-branding hotel milik mereka dalam rangka menyambut kedatangan turis Tiongkok yang dilaporkan bakal meningkat di April 2023 mendatang.

Direktur PT. Sunset Studio One (Paasha Atelier Bali) Arianto Sjarif mengatakan, meski kedatangan turis China ke Bali belum 100 persen pulih, namun lambat laun hal itu diyakininya akan terjadi.

“Sebab Bali masih menjadi destinasi wisata yang sangat menarik bagi wisatawan Tiongkok, dengan pesona alam dan budayanya. Market yang kita sasar 50 persen untuk grup dan 50 persen free independen traveler,” kata Arianto Sjarif, di Kuta, Badung, Sabtu (18/3/2023).

Tiongkok kata dia, menjadi pangsa pasar yang sangat potensial bagi Bali. Karena itu pihaknya menyasar China Tiongkok menjadi salah satu market grup dan free independent traveler di hotelnya, selain wisatawan India yang kini menempati posisi kedua wisatawan terbanyak ke Bali dan wisatawan asia tenggara.

Wisatawan China, kata dia sebenarnya sudah masuk pada bulan Maret, namun memang masuknya baru ke hotel bintang 5, khususnya ke Nusa Dua, Kuta Selatan.

“Lambat laun kondisi market China Tiongkok akan pulih, tinggal menunggu waktu saja,” harapnya, disela-sela re-branding Paasha Atelier Hotel.

Berdasarkan informasi yang ia terima dari pihak travel agent dari China yang diajak bekerjasama.

Wisatawan Tiongkok diperkirakan akan ramai datang ke Bali pada kisaran bulan April 2023.

Dominan mereka akan datang secara bergrup dan akan menginap dihotelnya. Hal itu yang juga membuat pihaknya melakukan re-branding opening pasca perbaikan, sebagai respon terhadap pangsa pasar market China yang masih cukup besar.

Dimana kini, desain hotelnya ditata dengan suasana tropis, full aksen unsur budaya Bali, serta aneka kuliner yang bervariatif.

Walaupun saat ini kondisi pariwisata Bali belum sepenuhnya pulih, namun sekitar 60-70 persen turis asing sudah kembali berwisata ke Bali.

Sejauh ini market wisatawan yang telah merespon baik hal itu adalah India, Eropa, Asia tenggara dan tentunya pasar domestik. Saat ini sekitar 60 persen okupansi di hotelnya diisi oleh wisatawan India, Rusia, Asia tenggara dan lokal.

“Prospeknya sebenarnya masih sangat cerah kedepan, karena Bali memiliki suasana tropis, alam yang indah, dam budaya yang kental. Jadi tinggal menunggu waktu saja dan semoga ini semakin membaik kedepannya,” harapnya.

GM Manager Made Dwijantara menambahkan, hotelnya kini berkonsep seperti full swet, duplek sweet, junior sweet dan paasha room.

Fasilitas lain yang ada yait restoran, bar, ruang meeting, spa, dan fasilitas kebugaran. Ia juga bekerjasama dengan Bupda Kuta sebagai bentuk tanggungjawab sosial, termasuk mengadopsi persamaan gender dan memberdayakan tenaga kerja lokal.

Pewarta : Tri Prasetiyo