Gaza fishing waters expanded

Kota Gaza (Metrobali.com)-

Wajah Mustafa Sultan, nelayan yang berusia 40 tahun dari Kota Lahia di bagian utara Jalur Gaza, terlihat cerah saat ia akhirnya bisa menangkap ikan lagi di laut, pada akhir 50-hari agresi militer Israel ke daerah kantung pantai tersebut.

Sultan adalah satu dari 4.000 nelayan di Jalur Gaza, yang tak bisa menangkap ikan selama operasi udara, laut dan darat militer Israel terhadap daerah kantung Palestina itu, yang dimulai pada Selasa (8 Juli) dan berakhir pada Selasa (26 Agustus). Agresi brutal militer Yahudi tersebut menewaskan 2.145 orang Palestina dan melukai 11.100 orang lagi –sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.

“Akhirnya, saya bisa pergi ke luar untuk melaksanakan karir menangkap ikan saya setelah saya tak bisa menangkap ikan selama perang di Jalur Gaza,” kata Sultan. Ia menambahkan, “Kami sekarang bisa pergi sampai enam mil dari pantai, kami melempar jaring dan kami menangkap banyak ikan.” Sultan, yang raut mukanya tiba-tiba berubah, mengatakan, “Sebelum perang di Jalur Gaza, Israel membatasi daerah penangkapan ikan dari enam mil jadi tiga mil, dan daerah ini nyaris tak berisi ikan serta dipenuhi perahu dan nelayan, selain gangguan pasukan laut Israel terhadap nelayan –yang terjadi setiap hari.” “Setiap kali nelayan berusaha pergi lebih dari tiga mil, tentara Israel melepaskan tembakan ke arah mereka, tapi sekarang pada akhir pertempuran, kami bisa pergi salam enam mil dan tentara Israel tak menembaki kami,” kata Sultan, sebagaimana diberitakan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad siang. Ia menambahkan, “Saya mendengar pekan depan, enam mil akan diperluas jadi sembilan mil.” Ketika Israel menandatangani Kesepakatan Perdamaian Oslo dengan Palestina pada 1993, daerah yang diperkenankan untuk menangkap ikan di Jalur Gaza ialah 12 mil. Namun, ketika HAMAS dengan menggunakan kekuatan merebut kendali atas wilayah itu pada musim panas 2007, Israel memberlakukan blokade ketat atas Jalur Gaza dan membatasi daerah bagi penangkapan ikan menjadi tiga mil.

Pada akhir operasi udara Israel berskala luas terhadap daerah kantung pantai tersebut pada penghujung 2012, Mesir menengahi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS). Dan ada kesepakatan untuk memperluas daerah penangkapan ikan jadi enam mil, tapi Israel menguranginya jadi tiga mil setelah menemukan terowongan dari Jalur Gaza ke dalam wilayah Israel.

Ra’ed Baker, nelayan yang berusia 30 tahun dari Jalur Gaza, berkata, “Mencapai batas enam mil dan terus bertambah jadi sembilan mil lalu kemudian 12 mil dalam waktu satu bulan sungguh bagus.” Ia menambahkan, “Tapi saya harap Israel akan berkomitmen untuk menambah daerah yang diizinkan bagi penangkapan ikan jadi 12 mil pada akhirnya.” Ia menambahkan saat ia menarik jaring ikannya dari laut, jaring tersebut dipenuhi berbagai jenis ikan. “Saya percaya tanpa mencapai kesepakatan, kami takkan memperoleh demikian banyak ikan, terutama, saat ini adalah musim bagus untuk menangkap ikan.” Ikatan nelayan di Jalur Gaza mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa ada 4.000 nelayan dan 1.000 perahu penangkap ikan di daerah kantung itu. Mereka kekurangan peralatan baru untuk menangkap ikan dan lebih dari delapan tahun mereka telah menghadapi gangguan dari angkatan laut Israel, seperti penembakan terhadap perahu mereka.

“Selama dua hari belakangan, tak ada gangguan dari angkatan laut Israel terhadap nelayan,” kata Nizar Ayyash, pemimpin ikatan nelayan di Jalur Gaza, kepada Xinhua.

“Selama hari pertama setelah gencatan senjata diberlakukan, nelayan menangkap 20 ton ikan, dari berbagai jenis,” kata Ayyash.

Ia mengatakan ikatannya diberitahu oleh perunding Palestina bahwa sampai pekan depan, nelayan akan bisa pergi menangkap ikan ke daerah sembilan mil dari pantai. Ia menambahkan, “Saya harap dalam waktu satu bulan ke depan, daerah ini akan diperluas jadi 12 mil, lalu ikan akan memenuhi pasar dengan jumlah yang berlimpah.” Ayyash mengeluh bahwa selama perang, nelayan tak bisa melaut, dan menambahkan, “Mereka harus memberi makan keluarga mereka, dan ekonomi rusak parah. Selain ini, selama perang banyak perahu pengkapan ikan dihancurkan atau rusak parah akibat bom pasukan laut Israel sedangkan perahu itu berada di pantai Jalur Gaza.” “Enam-puluh perahu penangkap ikan hancur dan 55 ruang di dermaga Jalur Gaza rusak parah akibat bom Israel dan rudal dari jet militer Israel,” kata Ayyash –yang menyeru kelompok hak asasi internasional agar terus mendorong Israel agar mengizinkan penangkapan ikan di daerah 12 mil dari pantai guna membantu penangkapan ikan bergairah lagi di daerah kantung pantai tersebut.  AN-MB