Dewa Suratnaya, Anggota Sabha Walaka PHDI

 

Denpasar, (Metrobali.com)-

Umat manusia yang menjalani upacara-upakara ‘’Sudhi Wadani”, suatu ritual pengucapan janji dan sumpah suci sebagai umat Hindu, hendaknya jangan ditambah upacara-upacara lain, seperti upacara ‘’megedong-gedongan, tlu bulanan, otonan, raja sewala, potong gigi’’, apalagi seakan-akan diwajibkan sehingga beayanya menjadi sangat tinggi, dan menyebabkan seseorang gagal menjalani ‘’sudhi wadani’’. Proses Sudhi Wadani plus embel-embel upacara lain, ditengarai terjadi di beberapa lokasi di Bali, dimana ada informasi beayanya sampai Rp 25 juta.

Padahal menurut Keputusan Mahasabha sudah menegaskan, Sudhi Wadani tidak dikaitkan dengan embel-embel lain, selain sebagai pengucapan janji dan sumpah suci yang substansinya memang menjadi penganut agama Hindu, walaupun dalam kata-kata suci tersebut sama sekali tidak muncul kata-kata untuk ‘’menjadi Hindu’’.

Hal itu diucapkan Dewa Suratnaya, Anggota Sabha Walaka, dalam sidang paripurna Sabha Walaka PHDI, hari kedua pada 16/11, di Denpasar. Adanya penafsiran yang berbeda dan melampaui apa yang diputuskan PHDI, dan dilakukan oleh mereka yang mungkin tidak mau tunduk pada Keputusan PHDI, atau mungkin karena punya motif kepentingan tertentu.

Oleh karena itu, Pasamuhan Sabha Walaka menyampaikan dan mengingtkan, agar semua pihak, baik anggota Sabha Walaka, maupun terutama pengurus PHDI di Provinsi, Kabupaten, Kota sampai Kecamatan dan Desa, agar mensosialisasikan Keputusan PHDI tentang Sudhi Wadani yang sangat sederhana itu, tanpa adanya embel-embel upacara lain, seolah-olah orang yang mengucapkan kata dan sumpah suci sebagai umat Hindu.

‘’Jangan sampai ada oknum-oknum yang membuat Sudhi Wadani disertai tambahan upacara lain, yang menyebabkan orang menganggap bahwa kalau orang menjadi Hindu, harus mengikuti upacara sejak dalam kandungan sampai potong gigi. Padahal, itu tidak perlu, apalagi wajib,’’ ujarnya.

Pasamuhan Sabha Walaka yang berlangsung dua hari, membahas 5 isu, antara lain menyangkut perceraian, pembinaan umat Hindu, narkoba, migran Hindu, pedoman untuk menyayangi kehidupan, serta beberapa rekomendasi, dipimpin langsung Ketua Sabha Walaka, I Nengah Dana.

Editor : Hana Sutiawati