Foto: Anak-anak muda saat bersama pengurus PSI Bali.

Denpasar (Metrobali.com)-

Partai politik atau parpol seperti berlomba-lomba menggarap segmen pemilih dari generasi milenial dan generasi Z (Gen Z) atau pemilih pemula. Banyak parpol juga yang mengklaim partainya memberi ruang kepada anak-anak muda, dekat dengan milenial.

Namun klaim-klaim itu dianggap bisa saja sekadar gimmick politik belaka untuk menarik simpati anak-anak muda. Dimana sebenarnya bisa saja anak muda hanya dijadikan pajangan oleh parpol dan tetap saja posisi strategis di kepengurusan dan keputusan politik didominasi atau diambil alih oleh politisi senior, para politisi uzur karatan.

Terkait hal itu, Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Provinsi Bali Cokorda Dwi Satria Wibawa menegaskan PSI memberikan ruang kepada anak-anak muda di kepengurusan partai bukan sekadar gimmick politik atau kosmetik politik. Di PSI jelas dan riil anak-anak muda diberikan peran nyata, posisi strategis dan tanggung jawab membesarkan PSI dan memberikan kontribusi untuk pembangunan bangsa.

“Jelas, riil kita melibatkan mereka benar-benar berkontribusi dalam pembangunan bangsa ini,” tegas politisi muda PSI yang akrab disapa Cok Dwi ini saat dihubungi, Rabu (30/3/2022).

Ia memberikan contoh riil bahwa kepengurusan PSI ada beberapa genarasi Z yang dijadikan pengurus bahkan pucuk pimpinan. Misalnya di DPC PSI Denpasar Timur, Sekretaris DPC-nya dari generasi Z, lulusan salah satu perguruan tinggi ternama di tanah air. Hal yang sama juga terjadi di DPD PSI Bangli, Sekretarisnya juga dari generasi Z, lulusan Taiwan.

“Jadi generasi Z kami berikan ruang di kepenguran, dan menjadi pimpinan partai, bukan hanya sekadar tim hore atau menjadi pajangan saja. Kami berikan dia tanggung jawab,” tutur politisi muda PSI kelahiran Singaraja, 5 Agustus 1987 ini.a

PSI gencar melibatkan anak muda menjadi pengurus, memberikan mereka ruang yang lebih besar untuk menyampikan dan melahirkan ide-ide kreatif, ide-ide segar dan out of the box. Inilah yang membedakan PSI dengan partai lainnya.

“Kalau kami lihat di partai-partai lain anak-anak muda hanya dijadikan elatase saja atau panjangan, untuk meraih suara generasi milenial dan generasi Z.  Kalau di PSI kita benar-benar libatkan di struktur dan kami berikan ruang mejadi pengurus harian, jadi ketua, sekretaris dan bendahara. Kita berikan mereka posisi yang strategis. Karena cara pola pikir generasi Z berbeda dengan generasi sebelumnya,” papar Cok Dwi lebih lanjut.

Selama ini PSI menggunakan pendekatan dan strategi yang berbeda untuk menggaet milenial dan generasi Z. Salah satunya dengan berbagai aktivitas yang dekat dengan keseharian atau life style anak-anak muda, misalnya lewat kegiatan olahraga sambil menyelipkan pesan-pesan edukasi atau pendidikan politik dengan cara yang santai dan asyik.

“Kita ada kegiatan rutin dengan anak-anak muda. Misalnya saya rutin bersama anak-anak muda main basket setiap Kamis dan dari sana mereka kenal PSI,” ungkap Cok Dwi.

“Jadi kita sosialisasinya bukan dengan cara old school (cara lama) seperti kampanye atau orasi mengumpulkan orang tapi dengan cara kekinian, dengan life style anak muda seperti ngopi bareng, olahraga bareng. Itulah politik yang asyik di PSI,” sambung tokoh muda yang pernah aktif di berbagai organisasi seperti BEM Universitas Udayana, GMNI, dan Pemahi Bali ini.

Di sisi lain Cok Dwi menegaskan PSI tidak khawatir dengan ketatnya persaingan menggarap segmen pemilih milenial dan pemilih pemula. “Bicara persaingan, memang banyak parpol ingin merebut suara milenial atau pemilih pemuda, itu benar. Tapi kami tidak takut suara untuk PSI tergerus karena dari awal PSI memang platformnya partai anak muda. Kami tidak gentar karena partainya anak muda ya PSI,” tegasnya.

Ia menegaskan dari awal berdiri, PSI mengambil positioning dan platform partai sebagai partainya anak-anak muda, memberikan ruang dan kesempatan genarasi muda, generasi milenial dan generasi Z tampil di panggung politik. Bahkan di PSI kebanyakan pengurusnya adalah anak-anak muda yang baru pertama kali berpartai dan menjadikan PSI sebagai “cinta pertamanya.”

“Dari awal masuk PSI, kami belum pernah berpolitik sebelumnya. Jadi benar-benar orang baru. PSI memberikan wadah anak-anak muda untuk bisa memberikan kontribusi kepada negara lewat partai politik,” ungkapnya.

Bagi Cok Dwi PSI yang telah bergabung di PSI sejak tahun 2017 dengan langsung dipercaya sebagai Wakil Ketua DPW PSI Provinsi Bali dan kini menjabat sebagai Sekretaris DPW PSI Provinsi Bali, PSI juga partai yang sangat cair dan tidak ada sosok bos di partai ini yang bisa main atur dan perintah seenaknya.

“Tidak ada yang namanya bos disini gitu lho.  Dengan Bro Ketum (Plt Ketua Umum PSI Giring Ganesha) pun kita biasa, kita ngobrol chatting, atau duduk ngopi bareng itu hal yang biasa. Bahkan kami bondingnya bukan sebagai pengurus, tapi bondingnya sebagai keluarga, ngobrol-ngobrol, seru lah pokoknya kalau di PSI itu,”pungkas Cok Dwi. (wid)