Foto: Ketua DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (PPI) Provinsi Bali Dr. Gung Tini Gorda berfoto bersama peserta Parade Yoga Berkebaya “Kebaya Goes To UNESCO” di Jaba Pura Griya Sakti Manuaba, Desa Kenderan pada Minggu 11 Desember 2022.

Gianyar (Metrobali.com)-

Desa Kenderan Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar dicanangkan sebagai Desa Wisata Bersinar Ramah Keluarga melalui program Program Sinergi untuk Energi “Pang Pade Payu” atau SIP3 Desa Wisata Bersinar Ramah Keluarga yang diinisiasi oleh DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (PPI) Provinsi Bali dengan melibatkan sinergi pentahelix yakni akademisi, dunia usaha, masyarakat, komunitas dan media massa sehingga mempercepat tujuan Desa Kenderan sebagai Desa Wisata Bersinar Ramah Keluarga.

Dalam menjalankan program SIP3 di Desa Kenderan ini, PPI yang mendapatkan dukungan penuh Pemerintah Desa Kenderan bersinergi dan berkolaborasi dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Bali yakni Universitas Mahasaraswati, IPBI (Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional), ITB STIKOM Bali, ITEKES, Universitas Dwijendra dan Undiknas Denpasar. Sinergi juga dijalin dengan organisasi lain seperti Perempuan Indonesia Maju (PIM) Provinsi Bali, Koperasi Perempuan Ramah Keluarga(KPRK) Pang Pade Payu, GTS Institute, KBMHD Undiknas, Pokdarwis Desa Kenderan serta organisasi lainnya.

Program pendampingan selama lima tahun ini mengusung misi mulia mewujudkan Desa Kenderan sebagai Desa Wisata Bersinar Ramah Keluarga dan telah dimulai di tahun 2021 hingga diharapkan tuntas di tahun 2026. Inisiasi program dari PPI Bali ini juga sebelumnya mendapatkan apresiasi dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.

Salah satu program aksi dari program SIP3 di Desa Kenderan adalah terselenggaranya Festival Desa Kenderan 2022 yang berlangsung 9 Desember hingga 11 Desember 2022 dipusatkan di Jaba Pura Griya Sakti Manuaba, Desa Kenderan dan dimeriahkan berbagai kegiatan. Salah satunya yang juga disambut antusias adalah Parade Yoga Berkebaya “Kebaya Goes To UNESCO” dengan tema “Sehat Holistik Melalui Yoga Berkebaya” pada Minggu 11 Desember 2022.

Acara ini diinisiasi DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (PPI) Provinsi Bali bersinergi dengan Pemerintah Desa Kenderan, Ibu-Ibu PKK Desa Kenderan, DPD Perempuan Berkebaya Indonesia Provinsi Bali, Undiknas Denpasar, Pusat Studi Undiknas, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Universitas Dwijendra, IPB Internasional, Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali, ITB STIKOM Bali, Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Pang Pade Payu, Komunitas Anak Bangsa, Tupperware, Dedary Resort, Coca Cola dan lainnya.

Kegiatan Parade Yoga Berkebaya “Kebaya Goes To UNESCO” yang antusias diikuti para genarasi muda hingga ibu-ibu ini juga dalam rangka mendukung kampanye Kebaya Goes To UNESCO. Salah satu pakaian khas Indonesia ini didaftarkan ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.

Sebelum Parade Yoga Berkebaya dimulai, para peserta diajak mengikuti Yoga Tertawa yang merupakan aktivitas olahraga yang memadukan tertawa dengan latihan meditasi, pernapasan, dan peregangan tubuh, serta diyakini mampu menciptakan keseimbangan antara kesehatan jiwa dan raga khsususnya juga mengurangi stress.

Ketua DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (PPI) Provinsi Bali Dr. Gung Tini Gorda mengungkapkan rangkaian Program Sinergi untuk Energi “Pang Pade Payu” atau SIP3 di Desa Kenderan yang sudah berjalan mendekati dua tahun. Maka kali ini diselenggarakan festival untuk mengevaluasi tim sinergi terkait apa yang sudah dilakukan di Desa Kendran. Pokdarwis dan Desa Kendran menginisiasi langsung festival yang bertajuk “Kenderan Living Culture Festival 2022 Eksplorasi Tradisi yang Membumi” ini.

Kesempatan ini dijadikan momen untuk melanjutkan agenda-agenda yang sempat tertunda salah satunya mengenai yoga berkebaya sesi dua, dimana sesi pertama sudah dilaksanakan di Desa Kenderan yang didukung oleh Menparekraf. Melalui Parade Yoga Berkebaya diharapkan berkebaya akan menjadi suatu karakter tersendiri ketika melaksanakan yoga. “Kami ingin sampaikan pesan dan kampanyekan bahwa kebaya itu bisa dipakai dalam segala kegiatan apapun, dan melalui berkebaya kita secara otomatis bisa melestarikan budaya yang dimiliki oleh Indonesia,” kata Gung Tini Gorda yang juga Ketua Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali ini.

Terkait fokus utama dari program SIP3, Gung Tini Gorda mengatakan fokus utamanya adalah bagaimana Desa Kenderan ini didorong untuk masuk 100 besar Anugrah Desa Wisata dari Kemenparekraf. Di tahun 2021 Desa Kenderan masuk 300 besar namun di tahun 2022 baru masuk 500 besar karena memang jumlah peserta desa wisata yang ikut jauh lebih banyak yakni lebih dari 18.000 ribu desa wisata seluruh Indonesia.

“Pekerjaan rumah terbesar saat ini adalah bagaimana merubah paradigma masyarakat untuk bisa aware terhadap potensi desanya sendiri dan ikut menyukeskan program SIP3 untuk menjadikan Desa Kenderan sebagai Desa Wisata Bersinar Ramah Keluarga,” kata tokoh perempuan dan akademisi yang juga Kepala Pusat Studi Undiknas itu.

Sementara itu, Parade Yoga Berkebaya kali ini sangat menarik dan disambut antusias peserta. Mereka juga tampak anggun berlenggak-lenggok memperagakan kebaya yang dikenakan di hadapan dewan juri.  Salah satu Dewan Juri dari PPI Bali, Ni Ketut Sri Laksmi, mengatakan PBI mengajak masyarakat untuk melaksanakan yoga dengan memakai kebaya untuk menyampaikan pesan bahwa kebaya tidak hanya bisa kita gunakan untuk acara adat, atau undangan, tetapi kebaya juga bisa dikenakan saat melakukan yoga dan aktivitas olahraga lainnya.

“Kami mengajak perempuan Indonesia untuk bersemangat memakai kebaya dalam segala aktivitas, termasuk kegiatan yoga,” ujar Laksmi yang juga seorang pengusaha perempuan ini.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Panitia Kenderan Living Culture Festival 2022, Wayan Agustina Purnawan yang juga Sekretaris Desa Kenderan mengatakan acara Parade Yoga Berkebaya ini merupakan salah satu bagian gagasan dari program SIP3 yang memang direncanakan di Desa Kenderan dan sebelumnya sudah pernah dilaksanakan untuk mempromosikan kebaya bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk untuk beryoga.

Terkait diadakannya festival di Desa Kenderan tahun ini, tujuannya untuk memperkenalkan kehidupan seni budaya, UMKM dan segala sesuatu potensi budaya dan alam yang ada di Desa Kenderan. “Melalui program SIP3 kami harapkan Desa Wisata Kenderan bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas dan wisatawan asing dan lebih banyak dikunjungi wisatawan,” pungkasnya seraya mengapresiasi program SIP3 yang diinisiasi PPI Bali bersama sejumlah stakeholder untuk membantu memajukan Desa Kenderan.

Sementara itu para peserta Parade Yoga Berkebaya ini juga mengaku mendapatkan pengalaman berbeda ketika mengikuti kegiatan ini. Mereka juga bangga bisa ikut mendukung kampanye Kebaya Goes To UNESCO dan diharakpan kebaya Indonesia bisa diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.

I Gusti Ayu Dwina Mastryagung peserta dari ITEKES Bali yang juga meraih juara 3 dalam Parade Yoga Berkebaya ini menilai kegiatan kali ini merupakan hal yang sangat luar biasa, terobosan terbaru untuk mendukung Kebaya Goes To UNESCO. Ia mengaku sangat bersyukur bisa mengikuti sesi yoga tertawa dan diharapkan kedepannya kegiatan seperti ini bisa tetap dilaksanakan karena manfaatnya sangat luar biasa untuk kesehatan fisik dan rohani.

Hal senada disampaikan Cipta Dewi Peserta dari Universitas Dwijendra yang juga meraih juara 1 dalam Parade Yoga Berkebaya ini. Ditambahkannya dengan memakai kebaya kita bisa melestarikan dan mempertahankan budaya nasional Indonesia.

Apresiasi terhadap Parade Yoga Berkebaya dan Festival Desa Kenderan secara keseluruhan juga disampaikan disampaikan Ni Nyoman Ayu Paramita dan Ilen Lautan peserta dari IPB Internasional. “Kami anak muda sangat mendukung pelestarian berkebaa dan ternyata kebaya juga bisa dipakai untuk yoga,” kata Ayu dan Ilen kompak.

Ni Wayan Jantina dan Cahaya Dewi peserta dari Universitas Mahasaraswati Denpasar juga mengaku sangat senang dan merasa terkesan setelah mengikuti acara festival ini terutama yoga tertawa dan Parade Yoga Berkebaya . mereka juga berharap dengan kampanye Kebaya Goes To UNESCO, dunia semakin mengenal kebaya sebagai warisan budaya bangsa Indonesia.

Usai Parade Yoga Berkebaya, rangkaian acara festival di Desa Kenderan ini dilanjutkan dengan demo masak dari Tupperware dan program dari Perjamuan Rempah Bali. Ada juga pengenalan potensi wellness tourism Desa Kenderan dari Tim Universitas Hindu Indonesia Denpasar dan pengenalan produk minuman herbal.

Pegiat herbal dan rempah-rempah Ida Ayu Rusmarini dari DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (PPI) Provinsi Bali mengungkapkan potensi produk berbahan rempah-rempah dan herbal yang bisa dikembangkan di Desa Kenderan seperti loloh dan boreh. Oleh karena itu pihaknya ingin mengembangkan rempah-rempah di Desa Kenderan untuk pilot project di tingkat nasional.

“Kami harapkan nanti lahir produk minuman loloh dan boreh khas Desa Kenderan yang semua bahan bakunya dari desa ini. Produk herbal itu juga kami dorong nanti bisa diakomodir oleh pihak akomodisi pariwisata seperti hotel, vila dan restoran yang ada di Desa Kenderan untuk bisa dijual kepada wisatawan,” ujar Rusmarini.

 

Keberadaan program SIP3 di Desa Kenderan juga mendapatkan apresiasi dari para tokoh masyarakat setempat hingga para pegiat seni. “Kami sangat berbahagia dan beruntung karena keberadaan program SIP3 ini sangat membantu mengangkat potensi desa dan memotivasi masyarakat untuk bersama-sama bergerak dengan spirit sinergi pang pade payu untuk memajukan desa,” kata tokoh Masyarakat Desa Kenderan yang juga seniman lukis I Made Arka. Pihaknya juga berharap kegiatan kolaborasi seperti ini akan terus berkelanjutan demi majunya Desa Wisata Kenderan.

DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (PPI) Provinsi Bali bersama stakeholder tentu akan terus mematangkan berbagai eksekusi program SIP3 ini untuk benar-benar mewujudkan Desa Kenderan sebagai Desa Wisata Bersinar Ramah Keluarga dan menjadi salah satu destinasi wisata unggulan bertaraf internasional di Bali. (wid)