Monolog Dewi Cokek
Denpasar (Metrobali.com)-
Parade Teater Indonesia di Sound Garden pada tanggal 18 Januari 2014, menampilkan monolog dengan judul Tumbal Dewi Cokek. Monolog ini akan dibawakan oleh Herlina Syarifudin, yang terbang khusus dari Jakarta untuk mengisahkan Si Romlah, anak penjual rujak kuah pindang di warung pojok dekat Antida Sound Garden yang bermimpi bertemu dengan seorang penari cokek yang sudah tua. Dalam mimpinya, penari tua itu berpesan bahwa Romlah adalah titisan terakhir dari DEWI COKEK yang harus menemani sejumlah 2014 orang tamu dalam kurun waktu 12 bulan untuk mencapai tingkat kesempurnaan.
 
Cokek adalah salah satu seni tradisi di wilayah Banten dan Betawi, sejatinya tari Cokek  dahulu kala tidak hanya mensyaratkan  pemerannya  menari bagus, melainkan harus pula memiliki kemampuan mengembalikan penyakit syahwat para lelaki yang doyan ‘jajan’ agar kembali mesra dengan istri mereka masing-masing. Tapi, jika tidak memenuhi target sejumlah 2014,  sang leluhur akan meminta tumbal sejumlah 21 wanita malam sebagai hukuman bagi Dewi Cokek. Diantara 21 wanita itu adalah termasuk ibu kandung Dewi Cokek. Di sisi lain PAK KYAI ANTIDA yang sejak lama tidak setuju dengan adanya tari Cokek, berkali-kali mengancam akan membubarkan kelompok penari Cokek ini. Dalam pandangan pak Kyai, tari Cokek itu tetap negatif karena mengundang syahwat walaupun itu akar lokal Indonesia.  Akankah Dewi Cokek sanggup mencapai target 2012 orang tamu? Akankah usaha Kyai Antida membuahkan hasil?
 
Herlina, sebagai Dewi Cokek telah berkeliling mencari tumbalnya di 11 (sebelas) titik Manggarai, Jakarta Selatan, Panggung di atas danau, Rawa Kalibayem, Bantul, Jogja, Panggung terbuka UII Jogja , Halaman depan Bengkel Mime Jogja, Banjarmasin, Kota Tegal, Surabaya, dan kini di Denpasar Bali. Herlina Syarifudin berproses dalam kerja teater dimulai kota Malang Jatim dan kemudian pindah keJakarta untuk terus bersetia pada pengabdian di seni teater‘telah sebelas titik model berbagai pemanggungan dan panggung dilewatinya membawakan TUMBAL DEWI COKEK; dari panggung normal hingga rel kereta api menjadi ‘panggung’ yang menjadikannya memasuki periode berbeda dalam menekuni dunia teater’
 
Memang, nama Herlina Syarifudin memang belum akrab bagi kalangan umum, khususnya yang karibnya dengan teater hanya sebatas mengenali teater lewat pemberitaaan media cetak  atau lewat berita mulut ke mulut. Namun bagi kalangan teater remaja di seputaran Jakarta nama Herlina Syarifudin kerap disebut-sebut sebab di tahun 2004 dan 2006 pernah menjadi Aktris Terbaik dalam Festival Teater Remaja Jakarta Pusat, saat itu Herlina masih bergabung dengan Sanggar Poros. Tak hanya soal berakting, Herlina pun membukukan banyak prestasi dari menulis naskah hingga musikalisasi puisi.
 
Kiprah seriusnya dalam teater, tak semata di kalangan festival remaja, Herlina sempat menjadi pemain untuk beberapa kelompok teater besar di Jakarta dan sekitarnya dan serius menekuni dunia penulisan naskah drama.  Pengalaman perempuan yang lahir di bulan desember 1978 ini begitu banyak, dan rasanya memerlukan waktu khusus untuk menuliskannya, sebab Herlina berkiprah hampir disemua lini dan elemen dalam seni pertunjukan: dari penata rias, penata artistik,vokalis; dll
 
Karena itu, SOUND GARDEN mengundang Herlina untuk mementaskan salah satu karyanya; yaitu TUMBAL DEWI COKEK, naskah dan penyutradaraan dilakukannya sendiri, yang telah dipentaskan di beberapa daerah ; “sebelas titik model berbagai pemanggungan” dari panggung normal hingga di rel kereta api, kini di halaman kreasi SOUND Garden, herlina akan berusaha memenuhi ‘titik’ baru dalam model pemanggungannya. Jadi; jika berkenan, tanggal 18 Januari 2014, jam 20.00 wita, di jln waribang no 32. Silahkan datang. RED-MB