Pantai Klayar

Sekitar lima tahun lalu, Kabupaten Pacitan masih digolongkan sebagai daerah tertinggal. Kini, ekonomi di daerah yang berada di kawasan pantai selatan Pulau Jawa itu terus menggeliat.

Salah satu sektor pendukung pergerakan ekonomi Pacitan adalah pariwisata. Kabupaten itu ternyata memiliki mutiara tersembunyi di dunia wisata, khususnya pantai, selain gua dan kekayaan kulinernya.

Klayar adalah pantai andalan yang memiliki masa depan cerah bagi daerah itu untuk meningkatkan pendapatan pemerintah daerah dan berefek langsung pada peningkatan ekonomi masyarakat.

Pantai yang berada sekitar 40 kilometer arah barat Kota Pacitan ini memiliki dua keunikan sekaligus menawan untuk dikunjungi. Pertama, pantai di Desa Kalak, Kecamatan Donorojo, yang berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, ini terdapat musik alam yang disebut sebagai seruling samudra.

Di pantai berbatu karang itu terdapat lubang di dekat gua yang pada saat-saat tertentu bisa mengeluarkan suara layaknya seruling. Suara itu keluar saat ombak besar menerjang tepian pantai dan air laut menyembur lewat lubang tersebut. Pancaran air itu sendiri bisa mencapai 10–15 meter ke atas.

“Ini satu-satunya di dunia. Kami tempatkan pemandu di lokasi pantai ini karena ada beberapa pengunjung yang tersapu ombak. Ada banyak pengunjung yang ingin mendekat ke muncratan air, tanpa memperhatikan keselamatan. Petugas ini memandu pengunjung kapan waktu yang aman turun ke lokasi muncratan air,” kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Pacitan Wasi Prayitno kepada Antara.

Keunikan kedua dari Pantai Klayar adalah patung ukiran ombak pada batu karang dalam kurun ribuan tahun yang kemudian menyerupai sphinx di Mesir. Patung ukiran alam itu biasa disebut “Sphinx van Java”.

Menurut Wasi, sebuah situs wisata memasukkan Klayar sebagai satu dari 10 pantai terindah di Indonesia, selain di Pulau Bali dan Sumatera Barat.

Sebagai objek wisata favorit, Pemerintah Kabupaten Pacitan terus berupaya membangun infrastruktur yang bagus menuju wilayah itu, khususnya akses untuk jalan masuk. Saat ini ada jalan sekitar 7 kilometer yang masih sempit dan pada tahun ini akan dilebarkan.

“Lebar jalannya baru sekitar 3 meter dan akan dilebarkan menjadi 6 meter sehingga pengunjung lebih leluasa. Pemerintah daerah menganggarkan dana Rp3,5 miliar untuk pelebaran jalan itu,” kata Wasi Prayitno.

Selain itu, sarana lainnya juga sudah tersedia di pantai tersebut, seperti sepeda motor khusus, pasar akik, warung oleh-oleh, dan penginapan. Saat ini di lokasi itu sudah banyak penginapan yang tarifnya ada yang sampai Rp700 ribu per malam.

Pantai Klayar dengan panjang sekitar 500 meter ini juga menampilkan pemandangan unik seperti munculnya salju ketika air laut yang menghempas batu karang kemudian melompati tebing.

Ke timur dari Klayar, Pacitan memiliki Pantai Watu Karung. Pantai ini merupakan surga bagi peselancar dunia yang tidak kalah dengan Plengkung di Kabupaten Banyuwangi.

Lokasi yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Kota Pacitan ini, kata Wasi, dipopulerkan oleh peselancar dunia Bruce Irons. Saat ini tanah di sekitar pantai tersebut sudah banyak yang didirikan homestay oleh orang asing.

Daya tarik kedua dari pantai ini adalah adanya pulau yang menyerupai wajah perempuan dengan rambut terurai. Pulau itu disebut “Putri Samudra”. Pada bulan-bulan tertentu, matahari yang akan terbenam persis berada di depan atau seperti sedang ditatap oleh “Putri Samudra”.

Pantai ini juga menjadi muara sungai yang kemudian dijadikan atraksi bagi pengunjung. Pengunjung bisa menyusuri sungai dengan menggunakan papan dan digerakkan oleh kayu sebagai dayung. Mencoba atraksi ini seperti berjalan di atas air.

Bergerak ke timur lagi ada Pantai Srau yang juga dikenal sebagai lokasi selancar favorit dunia. Di lokasi ini pengunjung bisa mencoba atraksi pancing samudra.

“Kita berdiri di atas tebing kemudian melempar pancing dan suasananya seperti memancing di tengah samudra karena ombak ada di bawah kita. Di tempat ini ada ikan khas, yakni panju yang mirip cucut, bisa kita pancing,” kata Wasi Prayitno.

Budayawan asal Ponorogo Dr. Sutejo yang beberapa kali berkunjung ke Pacitan mengatakan bahwa daerah itu memang memiliki kekayaan pantai yang luar biasa.

“Pantai adalah masa depan bagi pariwisata Pacitan, selain potensi alam lainnya. Jalan dari kota menuju pantai yang berkelok-kelok juga sangat indah,” katanya.

Wasi menjelaskan bahwa Pacitan memiliki garis pantai 71 kilometer terbentang dari barat ke timur. Dari 71 kilometer pantai itu, saat ini terdeteksi ada 36 lokasi di tujuh kecamatan yang berpotensi dikembangkan mendulang rupiah di sektor pariwisata.

Dari 36 itu, kata dia, yang dikelola baru 11 lokasi, masing-masing oleh pemerintah daerah, swasta dan desa, dusun atau kelompok masyarakat.

Lokasi yang dikelola oleh pemerintah daerah ada lima, yakni Klayar, Srau, Watukarung, Pancer Door dan Taman. Satu dikelola oleh swasta, yakni Pantai Teleng. Sementara itu, lima yang dikelola oleh desa, dusun atau kelompok masyarakat adalah, Banyutibo, Buyutan, Ngiroboyo, Pidaan, dan Soge.

Sesuai dengan peraturan daerah yang baru, kata Wasi, pada tahun 2016 akan ada beberapa lagi pantai di Pacitan yang akan dikelola oleh pemerintah daerah untuk objek wisata baru.

Wasi mengaku baru sedikit pantai yang potensinya dikelola sebagai tujuan wisata karena terkendala oleh sarana dan prasarana yang belum memadai. Pada tahun ini sudah banyak fasilitas yang dibangun oleh pemerintah untuk mendukung objek wisata itu.

Dari aspek kesiapan masyarakat menyambut wisatawan, dia mengemukakan bahwa pihaknya berupaya membina warga agar mampu menerapkan sapta pesona wisata yang sebenarnya, antara lain bersikap ramah, berbudaya bersih, tertib, dan menjaga keamanan.

“Tahun lalu kunjungan wisatawan ke Pacitan mencapai satu juta lebih atau hampir dua kali lipat penduduk Pacitan. Ini harus dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat dengan cara berkreasi di bidang kuliner, oleh-oleh, dan lainnya,” kata Wasi.AN-MB