Palebon Cucu Raja Karangasem XVI dan Mantan Anggota DPR RI Anak Agung Bagus Jelantik Sanjaya Berlangsung Khidmat, Perjalanan Suci Menuju Sunia Loka
Foto: Suasana upacara Pelebon Anak Agung Bagus Jelantik Sanjaya merupakan salah satu tokoh penting, yang dikenal luas sebagai Mantan anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra 2009-2014, yang juga cucu Raja Karangasem XVI, Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem, dan Anggota Dewan Penasehat DPD Partai Gerindra Provinsi Bali.
Karangasem (Metrobali.com)-
Upacara Palebon untuk mendiang Anak Agung Bagus Jelantik Sanjaya berlangsung khidmat pada Rabu, 9 April 2025, di Karangasem, Bali. Prosesi sakral ini menjadi bentuk penghormatan terakhir bagi tokoh adat dan politik asal Puri Madhura, Amlapura, Karangasem, yang wafat dalam usia 73 tahun.
Anak Agung Bagus Jelantik Sanjaya merupakan salah satu tokoh penting, yang dikenal luas sebagai Mantan anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra 2009-2014, yang juga cucu Raja Karangasem XVI, Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem, dan Anggota Dewan Penasehat DPD Partai Gerindra Provinsi Bali. Almarhum lahir dan besar di Denpasar, sebagai putra ke-3 dari 9 bersaudara, dari pasangan Anak Agung Gede Agung dan Anak Agung Istri Raka Padmi.
Ia meninggal dunia pada Sabtu, 5 April 2025, pukul 03.00 WITA di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah, Denpasar, setelah beberapa hari menjalani perawatan akibat menderita sakit diabetes, sesak napas, dan terakhir infeksi organ dalam.
Almarhum meninggalkan seorang istri, Anak Agung Ayu Masningsih, empat orang anak yakni Anak Agung Bagus Maha Putra, Anak Agung Gede Maharta, Anak Agung Ayu Maharani, dan Anak Agung Ayu Maha Kemala, serta 14 orang cucu dan 1 orang cicit.
Prosesi Palebon dilaksanakan sesuai pakem Puri Agung Karangasem, yang memiliki tata cara khas dalam pelaksanaan upacara Pitra Yadnya. Rangkaian upacara diawali dengan upacara Manah Toya Ning, yang bertujuan untuk memohon agar jenazah dapat dipersiapkan untuk menuju sunia loka setelah kematian. Ritual ini menekankan pentingnya air dalam bentuk tirta sebagai sarana penting bagi manusia, bahkan setelah kematian, untuk mencapai pembebasan.
Kemudian dilaksanakan juga prosesi melaspas Bade, yang merupakan bagian dari prosesi palebon, yang bertujuan untuk membersihkan dan menyucikan bade sebelum layon ditempatkan di dalamnya. Pembersihan secara spiritual juga dilakukan di Catus Pata yang merupakan bagian penting dari rangkaian upacara Palebon, khususnya dalam tradisi Hindu Bali. Pembersihan ini bertujuan untuk menyucikan dan mempersiapkan tempat tersebut untuk prosesi berikutnya, serta untuk menjaga kemurnian spiritual selama upacara. Sebanyak empat sulinggih memuput seluruh rangkaian upacara, yang digelar secara khusyuk dan khidmat.
Bade dan lembu menjadi simbol utama dalam prosesi ini. Bade, sebagai sarana utama untuk mengusung Layon atau jenazah, dibangun dengan struktur yang merepresentasikan konsep gunung dalam ajaran Hindu. Struktur bade terdiri dari tiga bagian, yaitu dasar (bhur), badan (bwah), dan atap (swah), yang mencerminkan ajaran Tri Angga dan filosofi alam semesta dalam Hindu Bali.
Setelah iring-iringan dari puri menuju Setra Desa Adat Karangasem, Layon diturunkan dari Bade dalam prosesi yang disebut Tedun Layon. Layon kemudian dipindahkan ke dalam perut lembu atau petulangan, yakni wadah khusus untuk pembakaran jenazah. Prosesi ini dilanjutkan dengan rangkaian ritual hingga pembakaran Layon, yang diyakini secara spiritual sebagai proses pengantaran roh menuju Sunia Loka, alam keheningan abadi menurut kepercayaan Hindu.
Kehilangan tokoh penting ini turut dirasakan hingga tingkat nasional. Melalui sang adik, Hashim Sujono Djojohadikusumo, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengirimkan tiga karangan bunga sebagai tanda duka cita mendalam. Karangan bunga tersebut dikirim atas nama pribadi, sebagai Presiden, dan mewakili keluarga besar Prabowo. Hashim Sujono Djojohadikusumo bahkan hadir langsung ke rumah duka untuk mengucapkan bela sungkawa dan memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum Anak Agung Bagus Jelantik Sanjaya.
Sejumlah tokoh nasional juga menyampaikan belasungkawa melalui karangan bunga, antara lain H. Ahmad Muzani selaku Ketua MPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua DPR RI sekaligus Ketua Harian DPP Partai Gerindra, serta Sugiono, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Harian DPP Partai Gerindra. Dukacita juga datang dari Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Bali, Made Mulyawan Arya atau yang dikenal dengan sapaan De Gadjah, serta para tokoh, kerabat, dan para sahabat almarhum.
Keluarga besar, kerabat, dan sahabat almarhum datang bergantian untuk memberikan penghormatan terakhir. Suasana haru menyelimuti pelataran puri sejak pagi hari. Raut duka terlihat jelas di wajah para pelayat yang tidak menyangka sosok yang mereka hormati telah berpulang.
Dengan suara tertahan dan mata berkaca-kaca, Anak Agung Ayu Masningsih mengenang sosok sang suami tercinta. Baginya, almarhum bukan sekadar suami, tetapi juga ayah, mertua, dan kakek yang menjadi tiang kokoh dalam keluarga. Ia menggambarkan suaminya sebagai pribadi yang luar biasa, jujur, teguh pendirian, dan memiliki prinsip hidup yang kuat. Di balik ketegasannya, tersimpan kasih sayang yang begitu besar untuk keluarganya, yang kini ditinggalkan dalam duka mendalam.
Putra sulung almarhum yang juga bertindak sebagai Manggala Karya Palebon, Anak Agung Bagus Maha Putra Sanjaya, mengawal langsung seluruh prosesi upacara Palebon. Ia menjelaskan bahwa seluruh rangkaian upacara telah dilaksanakan dengan penuh kehormatan, mengikuti pakem Puri Agung Karangasem dan dresta Hindu.
Dalam suasana yang penuh haru, Gung Bagus Maha Putra Sanjaya menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, mulai dari keluarga besar Puri Agung Karangasem, masyarakat Banjar Kodok Darsana, jajaran TNI/Polri, pihak PLN, hingga semua pihak yang turut berperan dalam kelancaran upacara Palebon bagi mendiang Anak Agung Bagus Jelantik Sanjaya.
Ia kemudian mengenang sosok sang ayah semasa hidupnya. Baginya, sang ayah adalah sosok yang tak tergantikan, terutama dalam perannya mendidik dan membentuk karakter anak-anaknya. Gung Bagus tak pernah melupakan ajaran ayahnya yang penuh ketegasan dan kejujuran. Sang ayah adalah pribadi yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, dua nilai utama yang kini menjadi pegangan hidup bagi anak-anak yang ditinggalkannya.
Kenangan akan kebersamaan bersama sang ayah, masih begitu jelas membekas dalam ingatannya. Setiap momen bersama menjadi warisan emosional yang tak ternilai.
Di akhir penyampaiannya, Gung Bagus Maha Putra Sanjaya, mewakili keluarga besar, memohon maaf atas segala kesalahan almarhum semasa hidup, baik yang disengaja maupun tidak. Ia juga memohon doa agar sang ayah tercinta diberikan tempat terbaik di sisi Tuhan.
Putri almarhum, Anak Agung Ayu Maha Kemala, tak kuasa menyembunyikan duka mendalam atas kepergian sosok panutan dalam keluarganya. Ia menyebut sang ayah sebagai pribadi luar biasa, ayah yang baik, penuh kasih, dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keluarga.
Gung Ayu Maha Kemala juga mengenang sosok ayahnya sebagai pribadi yang gemar menolong sesama tanpa pamrih, tulus, ikhlas, dan tidak pernah mengharapkan imbalan. Dalam pandangannya, sang ayah adalah contoh nyata dari ketulusan yang langka.
Ia juga menggambarkan almarhum sebagai sosok yang sangat sederhana, namun dalam kesederhanaannya tersimpan makna yang begitu dalam. Kesederhanaan itu tercermin dari sikap ayahnya yang selalu bersyukur atas apa yang dimiliki, sambil terus berjuang demi memberikan yang terbaik, terutama bagi masyarakat.
Dengan mata berkaca-kaca, Gung Ayu Maha Kemala menceritakan kenangan-kenangan tak terlupakan bersama sang ayah. Di satu sisi, beliau adalah ayah yang penuh cinta dan perhatian, namun di sisi lain juga menjadi sosok yang tegas, penuh prinsip dan komitmen.
Ia menegaskan bahwa perjuangan sang ayah tidak pernah padam hingga akhir hayatnya. Terutama perjuangan untuk masyarakat kecil yang selama ini menjadi fokus hidup almarhum. Dari perjalanan hidup ayahnya, keluarga belajar arti sesungguhnya dari kehidupan, untuk tidak hanya melihat ke atas, tetapi juga peduli pada mereka yang berada di bawah. Bahwa perjuangan tidak selalu membutuhkan validasi, yang terpenting adalah ketulusan dalam menjalaninya, tanpa mengukur hasil semata.
Di akhir penyampaiannya, Gung Ayu Maha Kemala menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, terutama keluarga besar Puri Agung Karangasem, atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada almarhum ayahnya, Anak Agung Bagus Jelantik.
Sementara itu, Manggala Puri Agung Karangasem, Anak Agung Bagus Partha Wijaya, mengenang sosok almarhum Anak Agung Bagus Jelantik Sanjaya sebagai pribadi yang sangat aktif, khususnya saat menjabat sebagai anggota DPR. Tak hanya menjalankan tugas legislatif, almarhum juga dikenal sering turun langsung ke tengah masyarakat, terutama menyentuh kehidupan para nelayan dan petani. Dengan penuh hormat, Gung Bagus Partha Wijaya menyampaikan doa agar almarhum diberikan tempat terbaik di sisi Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Lebih lanjut, Gung Bagus Partha Wijaya menyampaikan bahwa upacara Palebon ini merupakan bagian dari komitmen Puri Agung Karangasem untuk melestarikan adat dan budaya Bali. Melalui Palebon ini pula, Puri Agung Karangasem menunjukkan komitmennya dalam meng-ajegkan budaya Bali.
Sebenarnya, Puri Agung Karangasem berencana melaksanakan upacara Purnama Kadasa. Namun, karena salah satu anggota keluarga meninggal dunia, keluarga besar puri memutuskan untuk meniadakan upacara tersebut karena adanya cuntaka (pantangan secara adat). Hal ini juga mencerminkan tradisi adat Karangasem yang masih dijunjung tinggi hingga saat ini.
Upacara Palebon Anak Agung Bagus Jelantik Sanjaya tak hanya menjadi bentuk penghormatan terakhir, tetapi juga menjadi momen pengingat akan nilai-nilai luhur yang diwariskannya. Ketegasan, ketulusan, kesederhanaan, serta pengabdian tanpa pamrih menjadi jejak yang akan terus hidup dalam ingatan keluarga, kerabat, dan masyarakat.
Di balik duka yang mendalam, tersimpan doa-doa yang mengalir dari seluruh penjuru, mengiringi perjalanan sang jiwa menuju Sunia Loka. Semoga segala kebaikan dan pengabdian yang telah ditabur semasa hidup, menjadi pelita abadi di alam keheningan. Selamat jalan, Anak Agung Bagus Jelantik Sanjaya. Warisan nilai dan keteladananmu akan selalu dikenang. (dan)