MetroBali

Selangkah Lebih Awal

Pakar sebut NasDem isyaratkan berdiri di dua kaki

Dosen Komunikasi Politik STIKOM Semarang Suryanto,S.Sos.,M.Si. ANTARA/dokumentasi pribadi

Semarang (Metrobali.com) –
Pakar komunikasi politik dari STIKOM Semarang Suryanto menyebut manuver Partai NasDem dengan mendekati PKS dan sejumlah parpol oposisi lain merupakan isyarat partai tersebut akan berada di dua kaki, seperti PAN pada pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

“Padahal jauh sebelum Pemilu 2019, partai pertama yang mengusung Jokowi sebagai presiden adalah Partai NasDem, baru partai-partai yang lain kemudian bergabung,” kata Suryanto,S.Sos.,M.Si. di Semarang, Senin.

Suryanto yang juga dosen Komunikasi Politik Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) mengatakan hal itu ketika menjawab pertanyaan ANTARA kemungkinan Partai NasDem bergabung dengan partai oposisi terkait dengan dugaan ketidakpuasan soal jatah menteri.

Ia lantas mempertanyakan, “Apakah ini yang menjadikan gonjang-ganjing elite NasDem karena ketidakpuasan Surya Paloh dengan hanya mendapat tiga menteri, sementara partai yang menjadi musuhnya mendapat jatah dua menteri?”

Menurut dia, bibit perpecahan di tubuh koalisi pemerintahan muncul ke permukaan, mulai dari ketidakharmonisan hubungan Surya Paloh dan Megawati hingga berlanjut dengan manuver politik NasDem dengan bersafari ke beberapa partai oposisi

Surya Paloh masih terus melakukan manuver politik ke beberapa parpol yang menyatakan sebagai partai oposisi. Bahkan, kata Suryanto, usai pertemuan dengan PKS, Ketua Umum DPP NasDem Surya Paloh dengan tegas bicara soal check and balance dalam demokrasi.

Menurut Surya Paloh, check and balance itu harus tetap berjalan demi pemerintahan yang sehat. Pemerintah yang sehat juga bisa menerima pikiran-pikiran yang mengkritisi. Apabila pikiran yang mengkritisi tidak ada lagi, itu artinya ada kekhawatiran jalannya pemerintahan tidak sehat.

Suryanto memperkirakan NasDem, yang saat ini berada dalam koalisi pemerintahan, berada dalam kubu yang berseberangan. Apalagi, Surya Paloh dengan tegas menyebut bahwa NasDem bisa berada di luar pemerintahan.

“Jika demikian yang terjadi, itu berarti Partai NasDem akan berdiri di dua kaki,” kata Suryanto menegaskan.

Kondisi demikian, menurut dia, tentu akan berdampak negatif bagi jalannya pemerintahan. Contoh konkret ketika PAN pada masa pemerintahan Jokowi-Kalla yang menjadikan partai ini sebagai “duri dalam daging”. (Antara)