nelayan pantai kelan
Ketut Swala, nelayan di pantai Kelan

Mangupura (Metrobali.com)-
Kondisi para nelayan khususnya di pantai Kelan Tuban Badung saat ini hampir gulung tikar. Pasalnya, dalam beberapa bulan terakhir, hasil tangkapan sangat sedikit dan bahkan nyaris tidak bisa menutupi biaya modal untuk sekali melaut. “Bulan keempat mulai April hingga Oktober dan November pengalaman tahun-tahun sebelumnya, adalah musim panen ikan bagi nelayan. Tapi sekarang gak tahu kok situasinya begini, hasil tangkapan sangat sedikit. Kami nyaris bangkrut ini”, ucap Ketut Swala dengan nada sedih, ketika diwawancari di tepi pantai Kelan, Rabu (19/07). Swala juga mengatakan, bagi para nelayan khususnya di pantai Kelan Tuban Badung, tahun ini bisa dikatakan tahun nihil tangkapan ikan. Kondisi paceklik ikan ini sangat memberatkan. “Kami menggantungkan kehidupan keluarga dari melaut, sedangkan hasil tangkapan nihil. Bagaimana kami harus menghidupi keluarga anak istri”, keluhnya.
Kondisi paceklik ikan ini sudah dialami sejak awal tahun ini sampai sekarang. Swala selain sebagai nelayan, Ia juga memiliki anak buah nelayan dan juga punya 12 jukung atau perahu. Untuk sekali berangkat melaut, Swala bahkan harus memodali sendiri anak buahnya. Modal awalnya mulai dari Rp. 400.000 hingga satu juta rupiah. “Hitung saja, sekali berangkat bisa 12 jukung, itu modalnya bisa 4,8 juta rupiah. Syukur kalau hasil melautnya banyak, bagaiman kalau sedikit lama-lama bisa bangkrut saya”, ujarnya.
Selain karena faktor cuaca, paceklik ikan ini juga disebabkan oleh persaingan nelayan yang menggunakan perahu tradisional alias jukung dan dengan modal yang kecil, bersaing dengan nelayan yang menggunakan kapal besar dan dengan alat yang lebih canggih dan modern.
Pak Geger, juga salah seorang nelayan di pantai Kelan, juga mengakui Ia kalah bersaing dengan nelayan yang memakai kapal besar. “Kalau kami nelayan kecil ini pak, sekali melaut kalau situasi normal hasil tangkapan bisa mencapai 50 kilogram. Tetapi mereka yang pakai kapal besar, bisa bawa pulang ikan sampai 1 ton”, keluhnya. Dalam situasi seperti sekarang, sebelum berangkat melaut, selain menyiapkan modal yang tak sedikit, mereka juga harus melihat kondisi cuaca dan laut. Pertimbangan ini dilakukan agar nelayan tidak rugi besar ketika balik ke darat, harus pulang dengan tangan hampa alias nihil tangkapan ikan. Jka dalam kondisi normal atau saat panen ikan, Swala mengakui hasil tangkapannya lumayan banyak. Selain dijual ke pengepul, sebagian hasil tangkapannya Ia olah menjadi makanan yang Ia jual di warung yang dikelolanya bersama istri.  RED-MB