Keterangan foto: Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memulai operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Sumatera Selatan pada Jum’at (30/8/2019)/MB

Palembang, (Metrobali.com) –

Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memulai operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Sumatera Selatan pada Jum’at (30/8/2019).

Posko utama dibangun di Lapangan Udara Sri Mulyono Herlambang, Palembang untuk operasional selama kegiatan TMC. Sekitar 10 ton bahan semai garam NaCL dan peralatan telah didistribusikan dan ditempatkan di gudang posko Lanud SMH sejak minggu lalu.  Kegiatan TMC di Sumsel ini didukung satu unit pesawat CASA 212 dari skadron udara 4 Malang.

“Peluang cuaca untuk beberapa hari ke depan cukup mendukung untuk TMC. Meski masih dalam masa kemarau, namun pertumbuhan awan masih berpotensi secara sporadis dan tidak merata dan itu bisa dioptimalkan dengan TMC untuk turunkan hujan,” ujar Tri Handoko Seto, Kepala BBTMC-BPPT, Sabtu (31/8/2019).

Pemantauan cuaca selain di posko utama di Lanud SMH Palembang, Kata Tri Handoko Seto, juga dilakukan pemantuan dari dua lokasi pengamatan cuaca untuk menjangkau seluruh wilayah Sumsel yaitu Posmet (Pos Meteorologi) Sekayu dan Posmet Kayu Agung. BBTMC-BPPT juga meminta dukungan BMKG (Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika ) untuk mengirimkan ahli prediksi cuaca (forecaster).

Untuk kegiatan penyemaian awan, tim dari BBTMC-BPPT  dilengkapi kru berjumlah 10 orang, sedangkan tim TNI AU untuk kesiapan pesawat  diperkuat 10 orang.

Rencana kegiatan tim BBTMC-BPPT akan lakukan TMC di seluruh area Sumatera Selatan dengan fokus pada wilayah dengan lahan gambut yang luas, seperti Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir hingga Musi Banyuasin.

Faisal Soenarto, koordinator lapangan kegiatan TMC Penanggulangan Karhutla di Sumsel menjelaskan secara umum pada 2019 kondisi cuaca lebih kering dari 2018, sehingga luas kebakaran juga cenderung meningkat.

Khusus TMC di Sumsel, lanjut Faisal Sunarto, difokuskan tidak hanya pemadaman kebakaran hutan dan lahan namun juga untuk pembasahan lahan (rewetting) lahan gambut dan juga untuk mengisi embung-embung untuk mendukung kegiatan pemadaman melalui darat dan juga kebutuhan water bombing jika diperlukan. “Pembasahan lahan akan menekan resiko lahan terbakar,” ujarnya.

Pemasangan SMOKIES di Dua Titik Lokasi di Sumsel

Seperti diketahui, kegiatan TMC penanggulangan Karhutla di Provinsi Sumsel  hampir  tiap tahun dilaksanakan sejak 2011. Untuk itu, tahun ini BBTMC– BPPT targetkan pemasangan SMOKIES (Sistem Monitoring Online Kandungan Air Lahan Gambut Indonesia untuk Early Warning System Karhutla) di dua titik pemantauan, yaitu di Universitas Sriwijaya Palembang dan PT Kelantan Sakti.

SMOKIES merupakan suatu sistem informasi secara near real time pengukuran langsung pada lahan gambut untuk memantau potensi kebakaran hutan. “Sistem ini akan mengantisipasi sebelum kebakaran terjadi,” ujar Faisal

Hammam Riza, Kepala BPPT mengatakan khusus wilayah-wilayah lahan yang rentan terbakar semestinya TMC dilaksanakan sejak awal agar lahan gambut khususnya cukup tergenang air. Selain itu, lanjut Hammam, perlu di perkuat armada pesawat yang memadai untuk menjangkau seluruh wilayah yang tertimpa musibah. “Operasi TMC kerap tertahan dukungan kesiapan pesawat, sementara kondisi cuaca cepat sekali alami perubahan,” ujarnya. (BBTMC)

Editor: Hana Sutiawati