Jpeg

Kuta (Metrobali.com) –

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong masyarakat untuk menjadi investor atau menanam modal di bursa saham.

Direktur Pengaturan Pasar Modal OJK Gonthor R.Aziz mengatakan, pihaknya terus berupaya mensosialisasikan agar masyarakat lebih interest menjadi investor ketimbang menjadi saving society.

Kalau dilihat dari jumlah pemodal belum ada satu juta dibandingkan di polis asuransi juga. Lanjut Aziz, pihaknya telah menetapkan tahun 2015 adalah tahun pendalaman pasar modal.

“Mendorong masyarakat dari saving society jadi investasi society. Memang sulit karena disini kita harus punya waktu untuk menganalisa apakah saham yang kita beli itu menguntungkan atau merugi. Kita hanya berhadapan dengan dua kemungkinan untung atau rugi. Saya juga mendorong agar perusahaan di Indonesia bisa go public,” ungkapnya saat Pendidikan Jurnalistik Keuangan OJK di Kuta, Rabu (13/5).

Menurutnya, untuk menjadi investor pihaknya tidak perlu mensosialisasikan apa itu pengertian perbankan karena masyarakat harus sudah melakukan dan bahkan dalam praktik sehari-hari masyarakat kebanyakan sudah memiliki rekening di bank.

Ditambahkannya, ada 3 syarat untuk menanam modal pertama harus memiliki uang, kemampuan menganalisa keuangan perusahaan.

“Dia harus bisa membaca laporan keuangan, kalau bisa membaca analisa laporan keuangan lahirnya investor tapi kalau tidak bisa membaca keuangan nanti lahirnya spekulator. Dan yang utama dia harus punya waktu untuk menganalisa ini justru yang penting,” katanya.

Diakui Kepala Kantor BEI Bank Indonesia provinsi Bali, Khalid bahwa saat ini jumlah masyarakat terbatas dalam mengetahui pasar modal. Namun saat ini masyarakat dapat dengan mudah menjadi investor meski dengan dana terbatas.

“Kita sekarang banyak kerjasama dengan sekuritas, bahkan sekarang dengan Rp100 ribu bisa menanam modal. Kita juga telah memasukan pendidikan pasar modal dalam kurikulum di SD, kerjasama dengan AGEI dan banyak lagi,” tandasnya.

Data Bank Indonesia menunjukkan pada tahun 2013 ada sekitar 4939 investor yang ada di Bali dengan mayoritas investor berada di kowq
ta Denpasar sebanyak 3568 investor.

Sementara di tahun 2014 meningkat jadi 6272 investor dengan mayoritas di Denpasar jumlahnya 4186 investor. Untuk per April 2015 tumbuh lagi jadi 6693 mayoritas di Denpasar jumlahnya 4453 investor sisanya merata.

“Kita targetkan 2 tahun ekspansi ke Nusa Tenggara Barat (NTB), data tahun 2013 akhir ada 558 investor terpusat di Mataram 354 investor  2014 tumbuh 777 investor tumbuh 200 mataram 449 investor,” katanya.

Sementara itu, per April 2015 tumbuh 1061 investor dengan mayoritas 592 di Mataram lainnya di Lombok Barat dan Lombok Timur.

Di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), di tahun 2013 ada 409 investor mayoritas di Kupang 209 investor, kemudian 2014 menjadi 507 investor mayoritas di Kupang dengan jumlah 310 investor. Per April 2015 ada 555 investor mayoritas di Kupang dengan 327 investor.

Kendala di NTT menurutnya, belum ada sekuritas yang mengawasi para investor namun pihaknya telah menyiapkan sekitar 3 kampus untuk menjadi sekuritas di wilayah tersebut.SIA-MB