Foto: Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali dari Partai NasDem, Ir. I Nengah Senantara.

Denpasar (Metrobali.com)-

Anggota DPR RI Dapil Bali dari Partai NasDem, Ir. I Nengah Senantara, memberikan masukan dan harapannya kepada Gubernur dan Wakil Gubernur Bali terpilih periode tahun 2025-2030, Wayan Koster dan I Nyoman Giri Prasta (Koster-Giri) yang  rencananya akan dilantik pada pertengahan Februari 2023 mendatang.

Menurut Senantara kepemimpinan Koster dan Giri Prasta merupakan kombinasi yang saling melengkapi. Wayan Koster, dengan latar belakang akademis dan pemikiran rasional setelah terbukti sukses memimpin Bali sebagai Gubernur Bali periode tahun 2018-203, dinilai mampu merumuskan kebijakan berbasis data dan analisis yang matang.

Sementara itu, I Nyoman Giri Prasta sebagai Bupati Badung dua periode  dikenal sebagai sosok yang dekat dengan masyarakat alias merakyat, sehingga dapat memastikan kebijakan yang diterapkan selaras dengan kebutuhan warga. Dengan perpaduan tersebut, Nengah Senantara optimistis kepemimpinan Koster-Giri dapat membawa perkembangan positif bagi Bali di masa mendatang.

“Pak Koster dan Pak Giri adalah pasangan pemimpin ideal dan saling melengkapi. Dan semoga bisa membawa Bali lebih maju lagi,” kata Senantara saat ditemui di Kantor DPW Partai NasDem Bali pada Jumat 30 Januari 2025 usai menerima perwakilan organisasi penyandang disabilitas yang hadir menyampaikan aspirasi.

Anggota Komisi VI DPR RI itu menilai Koster sebagai pemimpin yang rasional dan visioner, terutama saat menghadapi pandemi COVID-19. Keputusan-keputusan yang diambilnya selama krisis tersebut dinilai mampu mengatasi berbagai hambatan di masyarakat dengan hasil yang positif.

Ia juga menekankan bahwa meskipun sebagian masyarakat menginginkan solusi instan, Koster tetap berpegang pada pendekatan jangka panjang. Strategi yang diterapkannya tidak hanya berorientasi pada penyelesaian masalah sesaat, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan kemajuan Bali ke depan.

“Kadang kala memang masyarakat menginginkan sesuatu yang instan, tetapi Pak Wayan Koster sendiri itu orangnya rasional, tentu berpikirnya jangka panjang,” katanya.

Senantara juga menyoroti pembangunan Bali di bawah kepemimpinan Koster, yang dinilai telah memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Salah satu proyek terbaru yang menjadi bukti keberhasilannya adalah penataan kawasan suci Besakih. Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, Koster mampu mengatasi kendala tersebut dengan pendekatan rasional dan logis. Hasilnya, kawasan suci Besakih kini menjadi lebih tertata dan nyaman bagi umat Hindu yang datang untuk bersembahyang.

“Pak Koster dengan rasa rasionalnya dan logikanya membangun kawasan suci Besakih sehingga sekarang menjadi tempat yang sangat nyaman buat masyarakat Hindu untuk Nangkil ke Pura Besakih,” tegasnya.

Senantara juga mengapresiasi berbagai terobosan yang dilakukan Wayan Koster dalam pembangunan Bali. Salah satu proyek strategis yang diinisiasi adalah Pusat Kebudayaan Bali (PKB) di Klungkung, yang memanfaatkan lahan tidak produktif. Dampak dari proyek ini tidak hanya terlihat dari segi budaya, tetapi juga ekonomi, dengan meningkatnya nilai tanah di kawasan tersebut secara signifikan setelah pembangunan dimulai.

“Kalau nggak salah dulu sebelum masuk proyeknya Pak Koster itu harganya kisarannya 10 sampai 15 juta. Nah sekarang sudah dicanangkan Pusat Kebudayaan Bali ada di daerah Gunaksa justru harga tanahnya sekarang melonjak luar biasa. Nah itu dari sisi pemerataan,” ujarnya.

Selain itu, Koster juga dinilai berhasil mendorong pemerataan pembangunan melalui proyek infrastruktur seperti pembangunan shortcut menuju Buleleng dan Turyapada Tower. Berbagai upaya ini menunjukkan komitmen Wayan Koster dalam mempercepat pembangunan dan meningkatkan konektivitas di Bali.

“Belum lagi dari terobosan membuat shortcut ke Buleleng. Sudah gitu juga ada Turyapada Tower. Jadi banyak hal yang sudah dilakukan oleh seorang Pak Koster,” kata Senantara.

Sekali lagi Senantara menilai bahwa kolaborasi antara Koster dan Giri Prasta (Koster-Giri) merupakan kombinasi kepemimpinan yang ideal bagi Bali. Wayan Koster, dengan pendekatan rasional dan visi jangka panjang atau visioner dinilai mampu merancang kebijakan strategis, sementara Giri Prasta dikenal dekat dengan masyarakat atau merakyat,  dan aktif dalam mendukung pelestarian adat, budaya, dan tradisi Bali.

Berbagai bantuan yang telah diberikan Giri Prasta sebagai Bupati Badung dua periode disebut sebagai bukti nyata komitmennya dalam memperkuat jati diri Bali. Sinergi antara keduanya diharapkan dapat terus membawa kemajuan bagi daerah dan kesejahteraan bagi masyarakat, selain juga dapat menjaga dan mengembangkan Bali dengan baik di masa depan.

“Kombinasinya dengan Pak Nyoman Giri Prasta tentu juga sangat baik, sangat pas. Pak Giri Prasta sangat merakyat di masyarakat Bali. Banyak bantuan yang sudah diberikan untuk menumbuh kembangkan adat, budaya dan tradisi Bali. Itu sudah terbukti,” ungkapnya.

Senantara kemudian menekankan bahwa ada dua tantangan utama yang perlu segera diatasi, yaitu pengelolaan sampah dan kemacetan. Sebagai destinasi wisata kelas dunia, Bali harus tetap tertata dengan baik agar dapat mempertahankan bahkan meningkatkan reputasinya sebagai barometer pariwisata Indonesia dan destinasi wisata kelas dunia. Dengan penanganan yang tepat terhadap masalah sampah dan kemacetan, ia optimistis Bali akan terus menjadi primadona pariwisata dan semakin diminati wisatawan domestik maupun mancanegara.

“Harapannya kedua kendala (sampah dan kemacetan) ini bisa ditangani. Saya meyakini Bali akan tetap menjadi primadona pariwisata,” sebut Senantara yang juga berlatar belakang pengusaha pariwisata dan perbankan itu.

Senantara mengapresiasi program pembangunan yang dijalankan Koster, terutama melalui visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, yang tidak hanya berfokus pada pelestarian adat, budaya, dan tradisi, tetapi juga pada pemerataan infrastruktur di seluruh Bali. Menanggapi tantangan kemacetan, ia menyebut bahwa meskipun ada kendala dalam pembebasan lahan, Koster diyakini akan mampu menghadirkan berbagai terobosan.

Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah pembangunan underpass di titik-titik strategis seperti Ubung dan Nusa Dua. Selain itu, proyek jalan tol dari Badung menuju Negara serta rencana infrastruktur dari Kuta ke Canggu juga telah dicanangkan.

“Saya meyakini dengan pola pikir yang dimiliki Pak Koster sebagai pemimpin Bali, pasti ada terobosan-terobosan. Barangkali melalui underpas pada titik-titik pusat kemacetan, seperti di daerah Ubung, kemudian ada di daerah Nusa Dua juga,” katanya.

Namun, Senantara mengakui bahwa dinamika politik nasional bisa menjadi tantangan dalam merealisasikan beberapa proyek tersebut, mengingat adanya perbedaan warna politik antara pemerintah daerah dan pusat. Meskipun demikian, ia optimistis bahwa komitmen terhadap pembangunan Bali tetap dapat diwujudkan dengan kerja sama yang baik antara berbagai pihak. “Cuman barangkali nanti ada sedikit hambatan karena pimpinan nasionalnya adalah berbeda partai,” katanya.

Namun Senantara meyakini bahwa perbedaan partai bukan lagi menjadi kendala dalam pembangunan Bali. Menurutnya, dinamika politik yang terjadi selama pemilu hanyalah bagian dari proses demokrasi, sementara setelahnya, seluruh elemen bangsa harus bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Berbeda partai itu pada saat pertandingan, pada saat adanya pemilu, baik pileg maupun pilkada. Nah sekarang kita semua adalah masyarakat bangsa dan negara Indonesia yang kita kenal namanya NKRI,” tegasnya.

Senantara optimistis bahwa di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, pemerintah pusat akan tetap mendukung program-program pembangunan yang diajukan oleh Wayan Koster dan I Nyoman Giri Prasta, selama bertujuan untuk kepentingan masyarakat. Dengan komunikasi yang baik antara pemerintah daerah dan pusat, ia juga yakin berbagai program strategis untuk Bali akan tetap mendapatkan perhatian dan dukungan yang diperlukan.

“Saya meyakini apa yang akan diajukan sebagai salah satu program Bali oleh pemimpin kita di Bali pasti akan diakomodir oleh pusat,” pungkasnya. (wid)