nelayan

Denpasar (Metrobali.com)-

Kelompok nelayan mina Sari Asih, Sanur, Denpasar Bali, mengeluhkan hasil tangkapan ikan yang mengalami penurunan karena adanya peralihan musim air laut dari panas ke dingin sehingga mempengaruhi pendapatan masyarakat pesisir setempat.

“Untuk kondisi gelombang laut sangat bagus untuk dilakukan kegiatan penangkapan ikan. Namun, hasil tangkapan ikan berkurang karena adanya perubahan musim air laut itu,” ujar Ketut Sukarja, selaku ketua Kelompok Nelayan setempat, di Denpasar, Kamis (23/4).

Ia mengatakan akibat hasil tangkapan ikan saat melaut berkurang, pihaknya mengakui keuntungan dari hasil tangkapan tidak menutupi biaya operasional kapal dan makanan saat melaut.

Ketut Sukarja mengakui dalam setiap satu kali melaut menghabiskan biaya operasional untuk membeli bahan bakar solar, es batu untuk mendinginkan ikan dan kebutuhan makanan saat memancing sebesar Rp450 ribu.

Namun, hasil tangkapan tidak cukup banyak dan juga tidak diimbangi dengan harga ikan yang saat ini cenderung tidak stabil di pasaran sehingga merugikan nelayan.

Oleh sebab itu, ia mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah untuk nelayan agar adanya subsidi bahan bakar khusus untuk nelayan setempat.

“Untuk pengeluaran operasional kadang tidak sebanding dengan penjualan hasil tangkapan ikan, dimana pendapatan bersih saat menjual ikan itu sebesar Rp300 ribu,” ujarnya.

Ia mengakui untuk memperoleh tangkapan ikan secara maksimal, nelayan setempat harus melaut lebih ke dalam lagi dekat dengan perairan laut Nusa Penida.

Apabila nelayan tidak menangkap ikan lebih ke dalam dekat perairan itu, kata dia, hasil tangkapan sangat sedikit dan hanya mendapat uang hasil penjualan ikan tangkapan sebesar Rp50.000.

Untuk jenis ikan yang biasanya didapat nelayan setempat yakni ikan kakap, ikan jangki, ikan sniper, dan kerapu karena adanya musim peralihan ini produksi hasil tangkapannya mengalami penurunan.

“Apabila saat musim air laut hangat biasanya ikan-ikan hasil tangkapan untuk jenis tersebut meningkat,” ujarnya. AN-MB