Denpasar (Metrobali.com)-

Para nelayan dan pedagang yang ada di kawasan Pantai Nusa Dua, selama kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Asia Pasifik (KTT APEC), merugi, karena aktivitas mereka berhenti hingga hari Rabu (9/10).

“Selama kegiatan KTT APEC saya tidak melakukan aktivitas di laut, karena ada larangan dari pihak keamanan untuk melaut di kawasan Nusa Dua,” kata Sunarta, seorang nelayan asal Bualu, Kabupaten Badung, Selasa (8/10).

Ia mengatakan selama sepekan ia tidak berpenghasilan dan harus menghemat kebutuhan keluarganya, sebab tumpuan kehidupan keluarganya adalah hasil menangkap ikan.

“Setiap hari hasil menangkap ikan rata-rata Rp50.000 hingga Rp80.000. Sejak kegiatan KTT APEC saya tidak berpenghasilan. Saya pribadi jujur merasa merugi sebagaia masyarakat kecil,” katanya.

Sunarta mengatakan panitia maupun pemerintah tidak mengetahui warga di sekitar Nusa Dua harus tanpa kehilangan pengasilan selama kegiatan internasional tersebut. Mekipun sepanjang Jalan “by pass” gemerlap dan hiasan umbul-umbul KTT APEC, namun di balik itu cukup banyak warga merasa dirugikan.

“Selama kegiatan APEC, yang untung adalah perusahaan besar, dan penyelenggara kegiatan dari Jakarta, sedangkan masyarakat Bali tidak merasakan dapat rezeki malah merugi, padahal kegiatan tersebut menghabiskan ratusan miliar rupiah,” katanya.

Hal senada dikatakan Sarmi, seorang pedagang yang biasa mangkal di sekitar Pantai Nusa Dua. Sejak KTT APEC tempat itu untuk sementara ditutup, pedagang tidak diizinkan berjualan di kawasan Pantai Nusa Dua.

“Ada larangan memasuki kawasan Pantai Nusa Dua. Penjagaan aparat keamanan super ketat. Saya merasa rugi ada kegiatan internasional yang tidak peduli dengan rakyat kecil. Katanya pemerintah memberdayakan masyarakat lokal dan masyarakat ekonomi lemah. Kenyataan dan buktinya mana? Apa kompensasi pemerintah terhadap kerugian yang diderita warga?,” ucap Sarmi.

Begitu juga pengusaha restoran di kawasan wisata Nusa Dua. Mereka mengeluh dan merugi karena sangat langka wisatawan yang berkunjung ke restoran akibat ketatnya pengamanan di kawasan tempat KTT APEC.

“Kami merugi dan omzet restoran menurun cukup drastis, karena kawasan Nusa Dua disteril dan dijaga ketat aparat keamanan,” kata Suwirya, pengelola restoran di Nusa Dua.

Ia mengatakan dengan diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC), khususnya di kawasan Bali Colection Nusa Dua, penghasilannya jauh menurun.

“Biasanya setiap hari penghasilan mencapai Rp10-20 juta, namun dengan adanya kegiatan internasional ini paling sehari penghasilan Rp2 juta,” katanya.

Suwirya mengharapkan ke depannya bila ada kegiatan internasional di kawasan Nusa Dua, pihak panitia penyelenggara memikirkan dampak kerugian terhadap masyarakat sekitar, dan “harus jelas ada kompensasi akibat kerugian yang diderita warga sekitar selama kegiatan berlangsung”.

“Memang kalau kegiatan KTT APEC ini berhasil harapannya kunjungan wisatawan akan meningkat. Tapi sebaiknya kegiatan internasional semacam ini tidak saja di Bali, tapi di luar Bali saja, seperti di DKI Jakarta atau Surabaya,” katanya. AN-MB