SERANGAN terdakwa kasus dugaan korupsi proyek wisma atlet SEA Games 2011, Muhammad Nazaruddin, terhadap Partai Demokrat semakin liar. Kali ini, giliran Ketua Divisi Pemuda dan Olahraga DPP Demokrat I Gede Pasek Suardika yang dijadikan Nazaruddin sebagai sasaran tembak. Nazaruddin sebut Pasek Suardika kecipratan proyek APBN senilai Rp 120 miliar. Pasek pun kontan serang balik Nazaruddin.
Sikutan terhadap Pasek ini dilakukan Nazaruddin di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (12/3). “Soal Gede Pasek, nanti akan saya buka, ada anggaran APBN 2011. Waktu itu, jatah Rp 120 miliar diserahkan dari Angie (anggota Komisi X DPR dari Fraksi Demokrat, Angelina Sondakh) sebagai koordinator kepada Gede Pasek untuk mengelola. Nanti judul-judul proyek yang dikelola Gede Pasek akan saya kasi ke KPK,” papar Nazar.
Kapan proyek-proyek itu akan dilaporkan ke KPK, Nazaruddin belum memberi kepastian. “Nanti saya akan laporkan resmi yang dikelola Gede Pasek, proyek di Komisi X DPR senilai Rp 120 miliar,” tegas mantan Bendahara Umum DPP Demokrat ini.
Pasek Suardika, lanjut Nazar, di Demokrat posisinya hanya sebagai tukang suruh saja. Ketua Umum DPP Demokrat Anas Urbaningrum memerintahkan Pasek untuk mengkoordinasikan DPD-DPC Demokrat di Bali. “Sekarang saja (Pasek) baru bisa banyak ngomong,” jelas Nazar dilansir detikcom kemarin.
Sementara, Pasek Suardika tidak terima dituding Nazar main proyek APBN senilai Rp 120 miliar. Pasek balik menuding Nazar memakai jurus babi hutan: asal seruduk sana, seruduk sini. “Itu jurus Nazar seperti babi hutan yang terluka, kemudian seruduk sana, seruduk sini. Jawabannya gampang, saya bukan pengusaha dan tidak pernah urus proyek, tender dan sejenisnya,” tegas Pasek yang juga anggota Fraksi Demokrat DPR dariDapil Bali.
Pasek tidak sembarang bicara. Politisi Demokrat asal Singaraja, Buleleng yang juga mantan wartawan ini mempersilakan dilakukan pengecekan ke Kemenum, untuk mengetahui apakah ada nama perusahaan atas nama dirinya. “Atau jabatan Direktur atau apa saja, dari dulu sampai sekarang. Atau cek saja di PPATK ada nggak aliran dana, nggak usah sampai Rp 120 miliar, cukup Rp 10 miliar saja atau Rp 5 miliar atau Rp 2,5 miliar saja,” tegas Pasek.
“Saya ini basisnya dari seorang wartawan, terus menjadi advokat murni. Kalau keluarga saya punya usaha, tapi kerajinan hand made tenun dari tahun 1968 sampai sekarang. Jauh sekali dari proyek-proyek, apalagi sampai Rp 120 miliar,” lanjut Pasek.
Pasek tidak gentar dengan ancaman Nazar yang akan menyerahkan proyek terkait dirinya ke KPK. Dia mengaku malah senang dengan langkah Nazar itu. “Dalam ajaran moral saya di Bali, fitnah itu disebut raja pisuna dan dosanya sangat besar. Semoga saja Nazar yang mencoba memfitnah saya disadarkan, kalau tidak ya biasanya hukum. Karmanya adalah kesengsaraan yang akan dialaminya,” tandas mantan wartawan NusaBali ini.
Pasek balik menuding Nazar membuat hal sensasional untuk melindungi harta dan istrinya yang masih buron, Neneng Sri Wahyuni. “Yang saya tahu, setiap sidang Nazar selalu membuat berita baru agar media dan masyarakat tidak mengutak-atik aset yang masih dikuasai dan istrinya, Neneng, tidak tersentuh,” tuding Pasek. Pasek yakin Nazar memiliki uang simpanan yang banyak di luar negeri. “Aset-asetnya, jumlahnya triliunan rupiah di luar negeri,” jelas Pasek. Anehnya, lanjut Pasek, tidak ada yang concern soal harta Nazar itu. Media dan masyarakat malah sibuk mengurus kegaduhan politik. Istri Nazar, Neneng SriWahyuni, juga sudah ditetapkan menjadi tersangka kasus korupsi. “Kebanyakan sibuk hanya urus kegaduhan politiknya saja, sementara aset yang dijarah dibiarkan dikuasai para koruptor. Ironis memang.”
Pasek dan Nazar bak berbalas pantun. Dituding punya aset triliunan rupiah, Nazar pun balik meminta Pasek membuktikan tudingannya itu. “Pasek jangan asal ngomong. Kalau memang saya memiliki duit triliunan, dia harus bisa membuktikan itu,” tandas Nazar.
Nazar mengklaim dirinya sejak awal selalu siap sedia untuk diperiksa mengenai dugaan uangnya yang digunakan untuk membeli saham PT Garuda dan belakangan dianggap sebagai bentuk pencucian uang. “Kalau memang saya memiliki duit di Singapura atau uang saham Garuda itu milik saya, sekarang juga saya beri surat kuasa resmi untuk menarik uang tersebut,” katanya.
Seharian kemarin, Nazar terus melakukan tudingan-tudingan yang diarahkan ke Demokrat. Selain menyikut Pasek, Nazar kemarin juga tantang Anas Urbaingrum melakukan sumpah pocong untuk membuktikan siapa sejatunya yang benar dan bohong soal tantangan Ketua Umum DPP Demokrat siap digantung di Monas jika terbukti terlibat dalam kasus proyek olahraga Hambalang. Nazar juga mengancam akan membongkar bobrok bekas partainya.
“Kalau memang benar sumpah pocong bisa menjadi bukti nyata, saya siap sumpah pocong sama Anas. Siapa nanti yang benar, siapa yang bohong,” tantang Nazar. Menurut Nazar, dirinya tidak bohong soal tudingan-tudingannya. “Sebenarnya apa yang saya omongkan ini akan saya pertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. Lebih berat saya di akhirat, jadi ngapain saya bohong, saya tambah-tambahin dosa saya untuk memfitnah Anas?” katanya.
Nazar menegaskan, soal keterlibatan Anas, dirinya pun tidak asal omong. Karena itu, bila Anas siap digantung di Monas, dia menantang untuk melakukan sumpah pocong. “Saya tidak mau memfitnah. Saya sampaikan apa adanya. Kalau Anas memang mau, ayo,” tantang Nazar lagi.
Sebelumnya Anas menyatakan siap digantung di Monas apabila menerima duit dari korupsi proyek kompleks olahraga Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Anas menegaskan tudingan korupsi di proyek Hambalang hanya orang asal omong. Nah, yang berkali-kali menyebut soal Anas terkait Hambalang adalah Nazar. Anas pun meminta KPK tak perlu repot-repot usut kasus proyek Hambalang.
Sementara itu, Anas enggan menanggapi tantangan Nazar untuk sumpang pocong. “Pokoknya, hidup Demokrat,” cetus Anas menjawab wartawan di sela-sela acara pembekalan kader Demokrat di Cibubur, Jakarta Timur, Senin kemarin.
Wakil Ketua Fraksi Demokrat DPR, Sutan Batoegana, menyarankan Anas tak perlu meladeni tantangan Nazar untuk sumpah pocong. Karena, pengadilan di Indonesia tidak mengatur soal sumpah pocong. “Mengenai Nazar nantang sumpah pocong, saya kira tidak perlu ditanggapi dengan serius. Saya khawatir nanti pengadilan jadi ajang sumpah pocong,” tegas Sutan di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Senin kemarin.
Sutan malah melihat sumpah pocong sebagai hal yang aneh. Sutan menilai, bisa-bisa nanti orang pada takut ke pengadilan. “Yang dapat kerjaan baru adalah orang-orang yang menyewakan pocong tersebut. Dan, hakim pasti semua akan lari terbirit-birit karena takut kalau malamnya didatangi pocong,” kelakarnya.
Sedangkan Wakil Sekjen DPP Demokrat, Ramadhan Pohan, juga mengatakan tantangan Nazar sumpah pocong tidaklah penting. “Menurut saya, lebih baik Nazaruddin beberkan bukti. Cukuplah dia serahkan minimal 2 alat bukti mendukung tudingannya. Sumpah pocong itu nggak bunyi, nggak penting. Nggak punya makna apa-apa bagi penegakan hukum,” kata Ramadhan.
Menurut Ramadhan, harusnya Nazar tidak perlu bertele-tele. Dia menduga ada pembisik di sekitar Nazar. “Dalam penuntasan kasus Nazar ini, publik pengen cepat kok. Tak perlu bertele-tele. Nazar bisa bantu penuntasannya dengan beri bukti, bukan wacana atau sekadar tudingan. Saya heran, siapa yang bisiki Nazar dengan hal-hal yang nggak-nggak? Nggak rasional,” tegas Ramadhan.  (INT-MB)