Foto: Suasana para tokoh bersama Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Fadli Zon dalam acara “Silaturahmi Budaya” di Wantilan Puri Setyaki, Jalan Setyaki Nomor 9 Denpasar.

Denpasar (Metrobali.com)-

Sebuah momen istimewa tersaji pada Minggu, 5 Januari 2024, ketika Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Fadli Zon, hadir dalam acara “Silaturahmi Budaya” di Wantilan Puri Setyaki, Jalan Setyaki Nomor 9 Denpasar. Acara ini mempertemukan berbagai tokoh lintas etnis yang tergabung dalam Forum Komunikasi Paguyuban Etnis Nusantara (FKPEN) Provinsi Bali sebagai memperkuat harmoni budaya di Pulau Dewata.

Kehadiran Menteri Kebudayaan Fadli Zon disambut hangat tuan rumah Anak Agung Bagus Ngurah Agung yang akrab disapa Gung Ngurah selaku Manggala Puri Gede Karangasem sekaligus Ketua Forum Komunikasi Paguyuban Etnis Nusantara (FKPEN) Provinsi Bali beserta istri Dr. Gung Tini Gorda selaku Ketua DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Bali dan Kepala Pusat Studi Undiknas (PSU). Putra dan menantu Gung Ngurah dan Gung Tini Gorda yakni Anak Agung Bagus Ngurah Agung Surya Putra dan Anak Agung Mia Intentilia juga turut menyambut kehadiran Menteri Kebudayaan dan rombongan.

Diskusi budaya yang dipandu moderator Anak Agung Mia Intentilia menjadi jiwa dari acara ini. Para tokoh, undangan, hingga perwakilan organisasi etnis berbagi pandangan, menenun gagasan tentang keberagaman yang indah. Dalam momen ini, perbedaan bukanlah sekat, melainkan jembatan menuju kesatuan.

Tak hanya diskusi, Menteri Fadli Zon turut menyerahkan sertifikat kepada para pemenang Lomba Gastronomi, kompetisi kuliner yang telah digelar sebelumnya. Kreasi masakan lokal yang penuh cita rasa membuat beliau terkesan saat mencicipi hasil karya para pemenang di stand-stand kuliner yang ditampilkan.

Tak berhenti di sana, Fadli Zon diajak menyelami pusaka budaya yang ada di Puri Setyaki. Benda-benda seni hingga koleksi keris bersejarah menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Menteri Kebudayaan terlihat takjub, seakan mendengar bisikan dari masa lalu yang berbisik tentang kearifan lokal.

Dalam pembukaan acara, Anak Agung Bagus Ngurah Agung yang akrab disapa Gung Ngurah selaku Manggala Puri Gede Karangasem sekaligus Ketua Forum Komunikasi Paguyuban Etnis Nusantara (FKPEN) Provinsi Bali menyampaikan sambutan yang menekankan pentingnya pelestarian nilai-nilai budaya di tengah keberagaman masyarakat.

Gung Ngurah menyebutkan bahwa kedatangan Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon, bertujuan untuk mempererat silaturahmi. Terlebih lagi pihaknya dan Fadli Zon telah lama saling mengenal, khususnya dalam bidang perkerisan. Selain itu, Fadli Zon juga mengetahui bahwa Gung Ngurah merupakan tokoh puri sekaligus tokoh budaya di Bali. Hal inilah yang mendorong Fadli Zon untuk mengadakan silaturahmi tersebut.

Fadli Zon mengungkapkan kesan positif terhadap acara tersebut karena dihadiri oleh para ketua paguyuban etnis Nusantara, di mana Gung Ngurah sendiri juga menjabat sebagai Ketua Forum Komunikasi Paguyuban Etnis Nusantara (FKPEN) Provinsi Bali.

“Di tengah keberagaman etnis dan budaya, baik di Bali maupun di Indonesia secara umum, budaya menjadi garda terdepan dalam mempersatukan masyarakat, ” ujar Gung Ngurah.

Dari diskusi yang berlangsung, muncul berbagai ide untuk menyelenggarakan kegiatan kebersamaan yang melibatkan berbagai etnis. Ke depannya, diharapkan hasil diskusi tersebut dapat ditindaklanjuti, terutama dalam bidang budaya.

Gung Ngurah juga menegaskan bahwa Forum Komunikasi Paguyuban Etnis Nusantara (FKPEN) Provinsi Bali siap mendukung berbagai kegiatan dan program-program Kementerian Kebudayaan RI. Dengan Fadli Zon menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, diharapkan pelestarian budaya Bali akan semakin terjaga.

Menteri Kebudayaan RI Dr. Fadli Zon mengatakan Indonesia dengan kekayaan budaya yang luar biasa, memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan global dalam bidang kebudayaan. Keberagaman ini tercermin dari 1.340 etnis dan 718 bahasa yang tersebar di seluruh Nusantara. Potensi budaya ini menjadikan Indonesia salah satu negara dengan mega diversity terbesar di dunia.

Terlebih lagi saat ini dibawah pemerintahan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, Kementerian Kebudayaan menjadi satu institusi tersendiri untuk pertama kalinya. Dengan demikian kebudayaan Indonesia lebih mudah untuk digerakkan sebagai fondasi.

Pemerintah juga terus berupaya memajukan budaya nasional, sesuai dengan amanat Pasal 32 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

“Ini artinya ada jaminan dari negara untuk kebebasan memelihara budayanya masing-masing. Dengan demikian perintah konstitusi tersebut tidak hanya sekedar himbauan lagi tetapi imperatif,” ujar Fadli Zon.

Fadil Zon juga menyebutkan bahwa Kementrian Kebudayaan ini adalah alat atau instrumen bagi masyarakat. Ditekankannya bahwa di dalam memajukan kebudayaan tidak bisa satu pihak, tidak bisa top down maupun bottom up, jadi harus semua lini yang bergerak, bersinergi antara pemerintah semua tingkatan, pihak swasta, komunitas-komunitas, dan organisasi-organisasi.

Meski kaya akan budaya, Indonesia menghadapi tantangan besar di era globalisasi. Masuknya budaya asing melalui arus globalisasi memengaruhi masyarakat, menciptakan kompetisi dalam soft power atau dominasi budaya.

“Indonesia perlu memastikan bahwa budayanya tidak hanya bertahan tetapi juga mampu menjadi kekuatan global yang berkontribusi pada peradaban dunia, ” katanya.

Lebih lanjut Fadli Zon mengatakan, Bali, sebagai gerbang utama pariwisata Indonesia, memegang peranan penting dalam mengenalkan budaya Indonesia ke dunia internasional. Namun, tingginya kunjungan wisatawan asing juga membawa tantangan berupa akulturasi antara dan potensi terkikisnya nilai-nilai budaya lokal. Pemerintah dan masyarakat Bali dituntut untuk menjaga keseimbangan antara melestarikan tradisi dan menghadapi pengaruh global. Bali juga diharapkan menjadi jendela dari diplomasi kebudayaan.

Belajar dari keberhasilan negara lain seperti Korea Selatan dengan Korean Wave atau Jepang dengan budaya pop-nya, Indonesia memiliki peluang untuk menciptakan Indonesian Wave sebagai kekuatan budaya di kancah internasional. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, Indonesia optimis bahwa keberagaman budayanya akan menjadi kebanggaan nasional sekaligus kekuatan global. Fadli Zon bahkan menyebut bahwa Pulau Bali selalu atraktif, tidak hanya bagi dunia internasional, tetapi juga di tingkat nasional.

Fadli Zon juga mengucapkan terimakasih kepada pihak tuan rumah dalam hal ini Anak Agung Bagus Ngurah Agung karena telah mengadakan acara yang luar biasa sehingga dirinya bisa bertemu dengan tokoh-tokoh lintas etnis. Masukan-masukan yang ia dapat dalam diskusi tersebut nantinya akan ditindaklanjuti melalui kolaborasi dan sinergi dengan Kementrian Kebudayaan RI.

Sementara itu, Dr. Gung Tini Gorda selaku Ketua DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Bali dan Kepala Pusat Studi Undiknas (PSU) menyoroti berbagai inisiatif strategis untuk pelestarian budaya Indonesia, terutama peran perempuan sebagai aktor utama dalam pengembangan dan pelestarian budaya. Diskusi ini menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif antara komunitas, pemerintah, dan organisasi perempuan untuk menciptakan ekosistem budaya yang berkelanjutan melalui spirit Sinergi Pang Pade Payu.

Gung Tini Gorda kemudian memperkenalkan produk binaan HIPPI Bali, khususnya di sektor Gastronomi. Dalam hal ini pihaknya ingin mengangkat budaya kuliner khas daerah. Gung Tini Gorda juga memperkenalkan sebagai salah satu binaan dari Ruang Bersama Indonesia (RBI) yang dilaunching oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA). Jadi melalui program tersebut Gung Tini Gorda ingin menciptakan miniatur dari berbagai komunitas.

Salah satu inisiatif penting yang juga diangkat Gung Tini Gorda adalah hadirnya kelas perempuan di Sekolah Tinggi Ekonomi (STIE) Satya Dharma Singaraja yang menjadi platform pertama di Indonesia untuk meningkatkan peran perempuan dalam ekonomi hingga pelestarian budaya secara formal.

Program ini dirancang untuk memberdayakan perempuan melalui pendidikan dan pelatihan berbasis budaya, dengan harapan dapat menciptakan generasi yang mampu menjaga dan mengembangkan warisan budaya Indonesia. “Artinya satu perempuan terdidik satu generasi terselamatkan, ” tegas Gung Tini Gorda.

Dalam kesempatan ini, Gung Tini Gorda selaku Ketua DPD HIPPI Bali juga memperkenalkan dan menyerahkan produk unggulan HIPPI Bali yakni Beras Sehat Pribumi kepada Menteri Kebudayaan Fadli Zon.

Inovasi Beras Sehat Pribumi ini langsung direspon positif dan diapresiasi oleh Fadli Zon yang juga Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).

Dalam sesi diskusi, para tokoh dan undangan yang hadir menyampaikan pandangan hingga berbagai aspirasi dan harapannya. Dr. Nyoman Sedana Kepala Pusat Kajian Sosial, Komunikasi dan Budaya Undiknas mengapresiasi kebijakan Presiden Prabowo yang memfokuskan Kementerian Kebudayaan menjadi satu institusi sehingga diharapkan bisa fokus dalam menjawab permasalahan-permasalahan kebudayaan.

Bali sebagai ikon budaya dunia menghadapi tantangan besar akibat globalisasi, yang dapat menjadi ancaman bagi generasi muda jika tidak ditangani secara serius. “Salah satu langkah penting adalah mengembalikan marwah Puri dalam kehidupan masyarakat Bali,” kata Sedana.

Puri diharapkan tetap menjadi penjaga adat, budaya, dan agama di Bali, meskipun peradaban terus berubah. Sebagian Puri yang masih bertahan didukung oleh stabilitas ekonomi, namun ketimpangan ekonomi di berbagai wilayah Bali, khususnya Bali Timur, menjadi perhatian.

Pusat Kajian Sosial, Komunikasi dan Budaya Undiknas berencana menginisiasi kajian terkait optimalisasi peran Puri sebagai destinasi wisata dan pusat budaya, khususnya di wilayah Bali Timur seperti Puri Gede Karangasem. Kajian ini bertujuan untuk mendorong pemerataan ekonomi di Bali dan mengembangkan potensi Puri sebagai pusat budaya yang bernilai ekonomi. Namun, pengembangan ini harus tetap menjaga pakem tradisional dengan aturan internal yang jelas.

Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Bali Dr. Putu Agung Prianta menyoroti pentingnya upaya pemerintah dalam melindungi warisan budaya Indonesia dari klaim negara lain, seperti yang pernah terjadi pada batik dan Reog Ponorogo oleh Malaysia.

Pihaknya berharap Kementerian Kebudayaan agar lebih proaktif mendata dan menjaga warisan budaya Indonesia agar tidak terjadi klaim terlebih dahulu sebelum pemerintah bertindak. Menurutnya, masalah seperti ini sebenarnya dapat dimitigasi dengan langkah yang lebih strategis dan preventif.

Selain itu, Putu Agung Prianta juga menyoroti kurangnya perhatian terhadap penegakan aturan terkait arsitektur Bali. Ia mengungkapkan bahwa saat ini arsitektur tradisional Bali mulai diabaikan, dengan pembangunan yang mengarah pada gaya modern seperti di Miami. Hal ini menjadi perhatian serius karena dapat mengancam identitas budaya Bali.

Feri Hendri selaku Ketua Dewan Pembina Ikatan Keluarga Minang Saiyo (IKMS) Bali mengapresiasi acara Silaturahmi Budaya dan kehadiran Menteri Kebudayaan RI berdiskusi dengan para tokoh lintas etnis dan para penggiat budaya. Pihaknya juga mengapresiasi Kementerian Kebudayaan menjadi satu Kementerian sendiri dan IKMS siap mendukung penuh program-program Kementerian Kebudayaan agar menjadi kebanggan Indonesia dan dunia.

Apresiasi serupa disampaikan Pembina Ikatan Keluarga Besar (IKBT) Flobamora Bali, Yusdi Diaz. Pihaknya pun berharap keberagaman dan persatuan di Indonesia tetap terjaga di tengah berbagai tantangan seperti maraknya hoaks atau kabar bohong dan ujaran kebencian di media sosial.

Pihaknya pun berharap pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dapat menertibkan hoaks dan ujaran kebencian di medsos.

Akademisi Undiknas Dr. Ni Wayan Suryathi menyampaikan pandangannya tentang pariwisata Bali berlandaskan pada budaya, di mana ritual-ritual keagamaan yang menjadi daya tarik pariwisata Bali banyak bersumber dari peran perempuan. Perempuan di Bali memiliki komitmen yang kuat dalam menjaga keberlanjutan ritual, baik dalam hubungan dengan Tuhan, lingkungan, maupun sesama manusia, atau yang dikenal dengan konsep Tri Hita Karana.

Untuk mendukung hal ini, Wayan Suryathi berencana mengajukan proposal yang bertujuan memperkuat ritual-ritual keagamaan sekaligus memberdayakan potensi perempuan Hindu di Bali.

Para pemenang lomba Gastronomi mengungkapkan kesan dan harapan mereka setelah bertemu dengan Menteri Kebudayaan RI Doktor Fadli Zon.

Kadek Tirta Yasa yang mewakili Tim STIE Satya Dharma Singaraja yang mendapatkan Juara 1 dalam lomba Gastronomi tersebut mengaku tidak menyangka bisa bertemu langsung dengan Menteri Kebudayaan Fadli Zon di Puri Setyaki. Ia berharap bagaimana kedepan Menteri Kebudayaan RI bisa selalu mensupport kebudayaan-kebudayaan Bali untuk terus dilestarikan.

I Dewa Ayu Supartini, perwakilan dari Tim HIPPI Bangli yang meraih juara kedua dalam Lomba Gastronomi, menyatakan bahwa dapat bertemu langsung dengan Menteri Kebudayaan Fadli Zon, merupakan momen yang luar biasa. Tim HIPPI Bangli, yang menyajikan kuliner Be Keren Puri Agung Bangli, juga merasa sangat senang dan bangga karena Fadli Zon berkenan mencicipi hidangan tersebut dan memberikan tanggapan yang luar biasa.

Ir. Hj. Nimmi Gulam, pendiri NAT TEA, yang berhasil meraih juara ketiga dalam Lomba Gastronomi, mengaku sangat senang karena sertifikat penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon.

Ia berharap, melalui penyelenggaraan lomba gastronomi ini, cita rasa budaya dan warisan leluhur dapat terus terjaga. Ia juga mengajak masyarakat untuk kembali meningkatkan apresiasi terhadap warisan budaya nenek moyang melalui makanan dan minuman yang sehat serta alami.

Kesan yang sama juga diungkapkan oleh Tiwi Tjandra, Owner Ferment yang juga President Rotary Club of Bali Bersinar. Dia mengaku senang setelah stand miliknya didatangi Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon.

Tiwi Tjandra memperkenalkan produk fermentasi buah jeruk kepada Menteri Fadli Zon yang menurutnya bisa menjaga ketahanan tubuh dan kesehatan pencernaan, serta cocok bagi yang melaksanakan program diet.

Hari itu, di bawah atap Puri Setyaki, budaya Nusantara bukan hanya dirayakan, tapi juga dirangkul, dijaga, dan diwariskan untuk generasi mendatang. Sebuah silaturahmi yang bukan hanya mempersatukan, tapi juga menguatkan jiwa bangsa.