Kairo (Metrobali.com) –

Militer Mesir hari Senin menyatakan mendukung upaya panglimanya, Abdel Fattah al-Sisi, mencalonkan diri dalam pemilihan presiden.

Panglima militer itu adalah tokoh yang menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada Juli lalu.

Sisi, yang akan mengundurkan diri dari militer untuk mencalonkan diri sebagai presiden, diperkirakan akan dengan mudah menjadi pemenang dalam pemilihan yang akan diadakan pada pertengahan April itu, karena tidak ada saingan yang serius.

“Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata sepakat memberikan mandat kepada Menteri Pertahanan (Sisi) untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden,” kata kantor berita resmi MENA.

Morsi, presiden yang pertama terpilih secara demokratis di Mesir, mengangkat Sisi sebagai menteri pertahanan pada 2012.

Pemimpin militer itu menggulingkan Morsi pada Juli setelah jutaan orang turun ke jalan untuk menuntut pengunduran diri pemimpin yang berhaluan keras itu.

Pada Desember, pemerintah Mesir mengumumkan Ikhwanul Muslimin kubu Morsi sebagai organisasi teroris dan melarang keanggotaan dan dukungan bagi gerakan tersebut.

Pengumuman Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris pada 25 Desember disampaikan sehari setelah serangan bom mobil bunuh diri terhadap kantor polisi menewaskan 16 orang, yang diklaim oleh sebuah kelompok Sinai dan dikecam oleh Ikhwanul Muslimin.

Militan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan setelah militer menggulingkan Presiden Mesir Mohamed Morsi pada 3 Juli.

Penumpasan militan yang dilakukan kemudian di Mesir menewaskan ratusan orang dan lebih dari 2.000 ditangkap di berbagai penjuru negara itu.

Kekacauan meluas sejak penggulingan Presiden Hosni Mubarak dalam pemberontakan rakyat 2011 dan militan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan, terutama di Sinai di perbatasan dengan Israel.

Militan-militan garis keras yang diyakini terkait dengan Al Qaida memiliki pangkalan di kawasan gurun Sinai yang berpenduduk jarang, kadang bekerja sama dengan penyelundup lokal Badui dan pejuang Palestina dari Gaza.

Militan di Sinai, sebuah daerah gurun di dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza, menyerang pos-pos pemeriksaan keamanan dan sasaran lain hampir setiap hari sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada 3 Juli.

Sumber-sumber militer memperkirakan, terdapat sekitar 1.000 militan bersenjata di Sinai, banyak dari mereka orang suku Badui, yang terpecah ke dalam sejumlah kelompok dengan ideologi berbeda atau loyalitas suku, dan sulit untuk melacak mereka di daerah gurun itu.  (Ant/AFP)