Menyelami Jejak Rasa Grastronomi Bali Kuna: IGC dan HIPPI Bali Gali Harta Karun Kuliner Leluhur
Foto: Indonesia Gastronomy Communitya (IGC) bekerjasama dengan Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi Bali menggelar Rembuk Rasa Ke-2: GASTRONOSIA, Perjalanan Gastronomi Bali Kuna di Kampus Undiknas Denpasar pada Rabu, 26 Februari 2025.
Denpasar (Metrobali.com)-
Di tanah Bali yang sarat tradisi, cita rasa adalah warisan. Ada sejarah yang tersimpan di setiap bumbu, ada jejak leluhur dalam setiap sajian. Demi menggali kembali kekayaan kuliner Pulau Dewata masa silam, Indonesia Gastronomy Communitya (IGC) bekerjasama dengan Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi Bali menggelar Rembuk Rasa Ke-2: GASTRONOSIA, Perjalanan Gastronomi Bali Kuna di Kampus Undiknas Denpasar pada Rabu, 26 Februari 2025. Rembuk Rasa Ke-2 ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan yang dilaksanakan pada tahun 2024.
Rembuk ini memiliki peran penting dalam menggali kekayaan kuliner Bali Kuna, yang nantinya dapat dikembangkan menjadi narasi baru tentang keunikan makanan tradisional Bali. Bertempat di Kampus Undiknas, forum ini menjadi panggung bagi para penjaga warisan kuliner untuk menelisik kembali rasa-rasa yang hampir terlupakan. Berkolaborasi dengan Kementerian Kebudayaan RI, dan Dinas Pariwisata Provinsi Bali, acara ini bukan sekadar diskusi tetapi bagian upaya menghidupkan kembali kekayaan rasa dan warisan gastronomi Bali Kuna yang pernah mewarnai kehidupan leluhur Bali.
Ria Musiawan selaku Ketua Umum IGC sebagai penggagas GASTRONOSIA menjelaskan kegiatan ini juga sejalan dengan visi dan misi Indonesian Gastronomy Community (IGC), yaitu melestarikan, mengembangkan, dan memajukan gastronomi Indonesia agar semakin dikenal, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di kancah internasional. “Kegiatan ini juga sejalan dengan visi dan misi Indonesian Gastronomy Community (IGC), yaitu melestarikan, mengembangkan, dan memajukan gastronomi Indonesia agar semakin dikenal, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di kancah internasional,” ungkapnya.
Diharapkan, output dari kegiatan ini dapat mendukung perkembangan gastronomi Bali serta membuka peluang besar bagi sektor pariwisata di Pulau Dewata, lanjut Musiawan.
Ketua DPD HIPPI Bali, Doktor Gung Tini Gorda, menyatakan bahwa alasan pihaknya berkolaborasi dengan Indonesian Gastronomy Community (IGC) adalah karena potensi ekonomi yang sejalan dengan visi HIPPI Bali, yaitu menjadikan Bali sebagai pusat ekonomi hijau. Keterkaitan inilah yang akan dibahas lebih lanjut.
Hadir dalam acara ini, tokoh-tokoh penting yang turut menyatukan hati dan pemikiran diantaranya; Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun; Ketua Umum IGC, Ria Musiawan; serta para penglingsir dari Puri Agung Bangli, Puri Agung Kerambitan Tabanan, Puri Ageng Blahbatuh, dan Puri Agung Denpasar. Tak ketinggalan, para akademisi, pengusaha, serta Ketua DPC dan anggota HIPPI se-Bali yang hadir dengan satu tekad: menyelamatkan warisan rasa yang nyaris dilupakan zaman.
Kemitraan ini juga membuka peluang bagi mahasiswa yang terlibat dalam acara ini, khususnya mereka yang memiliki usaha kecil dan menengah (UKM) di bidang kewirausahaan, untuk berkontribusi dalam kesuksesan acara.
Gung Tini Gorda berharap generasi muda ini dapat meneruskan harapan yang lahir dari Rembuk Rasa Ke-2. Selain itu, Gung Tini Gorda menekankan pentingnya diplomasi kuliner serta sinergi antara akademisi, dunia usaha, dan komunitas agar tujuan bersama dapat tercapai. Ia juga berharap Rembuk Rasa Ke-2 dapat mendorong para peserta untuk melahirkan ide-ide bisnis yang dapat dijalankan ke depan.
“Dengan demikian, acara ini tidak hanya menghasilkan keuntungan finansial tetapi juga menanamkan kepedulian terhadap lingkungan, mengingat gastronomi memiliki keterkaitan erat dengan konsep ekonomi hijau,” kata Gung Tini Gorda.
Lebih lanjut, Gung Tini Gorda menyoroti tradisi Megibung, yang merupakan bagian dari kuliner Bali Kuna. Dalam tradisi ini, semua kasta duduk bersama tanpa perbedaan, mencerminkan nilai kekeluargaan dan kesetaraan. Selain dari segi kuliner dan cara penyajiannya, tradisi Megibung juga mengatur postur makan, sehingga memiliki makna filosofis yang mendalam.
Gastronosia merupakan kegiatan yang berkonsep pada perjalanan untuk memaknai sejarah gastronomi. Sebelumnya IGC mempersembahkan Gastronosia Borobudur yang mengangkat Sejarah makanan di era Jawa Kuno Abad VIII-X.
Indonesian Gastronomy Community (IGC) adalah sebuah komunitas non-profit Pecinta Makanan Indonesia yang mempunyai visi sebagai pelestari makanan dan minuman dengan bertekad memperkuat makna Indonesia melalui makanan dan minuman anak bangsa. Hal ini untuk menghargai kekayaan makanan dan minuman Indonesia mulai dari nilai sejarah hingga tren masa kini.
Sementara itu Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia atau HIPPI adalah salah satu organisasi pengusaha di Indonesia yang mengusung visi “Sebagai Wadah Pengusaha Yang Kuat, Mandiri, dan Berdaya Saing Menjadikan Pengusaha Sebagai Tulang Punggung Ekonomi Nasional”. HIPPI Bali mengusung spirit sinergi Pang Pade Payu untuk mewujudkan Bali sebagai pusat ekonomi hijau.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun, memberikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan Rembuk Rasa Ke-2. Ia menyatakan bahwa gastronomi memiliki keterkaitan erat dengan pariwisata di Bali. Selain itu, gastronomi juga memiliki filosofi, sejarah, dan karakter yang unik, di mana setiap daerah memiliki keunikan tersendiri dalam kulinernya.
Ke depan, pihaknya ingin mengembangkan dan mengkolaborasikan gastronomi dalam skala yang lebih besar, mengaitkannya dengan posisi Bali sebagai destinasi pariwisata unggulan. Bahkan, Bali berpotensi menjadi hub gastronomi Indonesia di kancah internasional.
Tjok Bagus Pemayun juga mengapresiasi langkah Undiknas yang mewajibkan civitas akademikanya untuk membawa tumbler. Dengan mengurangi penggunaan botol plastik, diharapkan langkah ini dapat mendukung upaya menjaga Bali sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan di tingkat global.
Kegiatan Rembuk Rasa Ke-2 disambut dengan antusias oleh para Penglingsir Puri yang hadir. Penglingsir Puri Bangli, Anak Agung Gede Ardanatha, menyatakan bahwa pihaknya sangat bangga dapat berkolaborasi dengan Puri lainnya dalam upaya melestarikan nilai-nilai warisan leluhur yang dahulu membangun Kerajaan Bangli.
Salah satu kuliner favorit pada masa Kerajaan Bangli adalah Be Keren, hidangan khas Raja Bangli dan para tamu kerajaan. Saat ini, HIPPI Bangli mulai mempopulerkan Be Keren sebagai salah satu produk gastronomi khas Bangli.
Anak Agung Gede Ardanatha juga mengimbau para pelaku usaha kuliner, khususnya yang bergerak di bidang makanan tradisional Bali, untuk benar-benar mengembangkan dan mewariskan kekayaan kuliner ini kepada generasi berikutnya. Upaya ini bertujuan agar tradisi kuliner Bali dapat terus berkembang dan mendukung sektor pariwisata di Pulau Dewata. Ia berharap para wisatawan yang datang ke Bali dapat menikmati warisan kuliner leluhur, sekaligus turut berkontribusi dalam membangun Bali melalui pelestarian kuliner tradisionalnya.
Penglingsir Puri Denpasar, Dr. Anak Agung Ngurah Anom Mayun K. Tenaya, menyatakan bahwa Puri Denpasar memiliki ciri khas dalam penataan, jenis, serta proses penyajian makanan yang mengikuti aturan tertentu. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, beberapa aspek dari tradisi ini mengalami perubahan. Meski demikian, identitas kuliner khas Denpasar tetap dapat dipertahankan dengan proses yang lebih disederhanakan.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya memahami proses pembuatan dan penyajian kuliner tradisional, termasuk aturan-aturan yang menyertainya. Hal ini bertujuan agar bentuk, porsi, dan makna dari setiap hidangan dapat diketahui dan dipahami oleh masyarakat. Pada dasarnya, kuliner tradisional Bali tidak hanya dibuat berdasarkan cita rasa dan estetika, tetapi juga memiliki nilai filosofis yang mendalam.
Oleh karena itu, dalam proses pembuatannya, bahan-bahan yang digunakan tidak dipilih secara sembarangan. Para leluhur telah menciptakan setiap hidangan berdasarkan kebutuhan dan fungsi tertentu, menjadikannya lebih dari sekadar makanan, tetapi juga bagian dari warisan budaya.
Penglingsir Puri Kerambitan Tabanan, Anak Agung Ngurah Gede Puja Utama, mengatakan, kegiatan gastronomi yang digagas oleh HIPPI Bali ini sangat menarik. Apalagi inisiatif ini semakin menegaskan Bali yang sebenarnya, khususnya dalam hal kuliner. Menurutnya Bali memiliki kuliner yang sangat khas. Oleh karena itu dengan adanya acara gastronomi ini dinilai akan semakin membangkitkan dan melestarikan kuliner Bali Kuna.
Penglingsir Puri Ageng Blahbatuh Gianyar, Anak Agung Ngurah Kakarsana, memberikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan Rembuk Rasa Ke-2 yang diinisiasi oleh HIPPI Bali. Menurutnya, Puri-Puri di Bali membutuhkan perhatian dan dukungan dari berbagai pihak, terutama yayasan dan pemerintah.
Dukungan ini diperlukan untuk menggali dan mengangkat kembali kearifan lokal di seluruh Bali, khususnya di Puri Ageng Blahbatuh, agar dapat dikembangkan menjadi komoditas yang menarik bagi sektor pariwisata dan memiliki nilai ekonomi. Dengan demikian, pelestarian budaya, seni, dan tradisi, terutama di bidang kuliner, dapat menjadi lokomotif perekonomian sekaligus menjaga keberlangsungan Puri sebagai pusat warisan budaya.
Ia berharap, melalui kegiatan gastronomi ini, pelestarian kuliner berbasis kearifan lokal di Bali dapat terinventarisasi dengan baik, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh Puri maupun masyarakat secara luas. Selain itu, upaya ini juga berpotensi mewujudkan pariwisata yang lebih berkualitas di Pulau Dewata serta mendukung program pemerintah dalam bidang ketahanan pangan.
Rochtri Agung Bawono dari Program Studi Arkeologi, Universitas Udayana, turut mengapresiasi Rembuk Rasa Ke-2 yang mengangkat kuliner Bali Kuna. Ia juga merasa senang dapat terlibat dalam kegiatan ini. Pihaknya berkomitmen untuk terus menggali lebih dalam kajian tentang Bali Kuna, khususnya di bidang gastronomi, guna memperkaya wawasan dan pelestarian budaya.
Diharapkan kegiatan ini dapat membantu melestarikan tradisi gastronomi Nusantara sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat luas. (wid)