Foto: Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer yang akan kembali dilantik untuk periode kelima sebagai Anggota DPR RI Dapil Bali.

Denpasar (Metrobali.com)-

Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar Daerah Pemilihan (Dapil) Bali, Gde Sumarjaya Linggih, yang akrab disapa Demer sosok yang tak asing bagi masyarakat Bali. Empat periode atau dua dekade, 20 tahun, telah ia abdikan di DPR RI Senayan Jakarta sebagai wakil rakyat Bali. Dan kini, 1 Oktober 2024, ia siap melangkah dilantik ke periode kelimanya sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Golkar. Perjalanan panjang penuh liku yang menguji keteguhan hatinya.

Demer, yang telah 20 tahun mengabdi sebagai anggota DPR RI untuk masyarakat Bali, berbagi pengalaman tentang suka dukanya selama menjadi wakil rakyat. Ia mengakui bahwa selama menjalankan tugas, ada yang merasa puas dengan kinerjanya, namun ada juga yang tidak puas dan nyinyir.

“Ya, kadang ada yang tidak terpuaskan, ada juga yang puas. Yang puas akan berterima kasih, yang tidak puas selalu mencibir,” katanya belum lama ini.

Bersahaja dan tegas, Demer mengenang suka dukanya melakoni perjuangan dan pengabdian sebagai wakil rakyat. Ada yang memujinya, tak sedikit pula yang mencibir. Tuduhan dan pertanyaan tajam kerap dilontarkan, mempertanyakan kontribusinya.

Namun, di balik semua itu, ada perjuangan yang tak tampak di permukaan. Seperti saat ia memperjuangkan dana abadi untuk sektor pertanian, sebesar Rp175 juta per kelompok tani, disalurkan ke hampir 100 kelompok pada periode tahun 2004-2009. Bukti nyata, meski tak semua mau melihatnya.

“Apa sih kerjaannya Pak Gede Sumarjaya Linggih selama 20 tahun ini? Padahal saya berjuang yang namanya dari pertanian. Dulu saya pertanian itu saya sempat memperjuangkan dana abadi malah di DPR RI.Sekarang sudah tidak ada dana abadi. Waktu zaman saya, saya kebetulan Banggar waktu itu, saya perjuangkan itu Rp175 juta per kelompok waktu itu. Kalau tidak salah saya bantu hampir 100 kelompok waktu itu, waktu 2004-2009,” tutur wakil rakyat yang kini masih bertugas sebagai Anggota Komisi VI DPR RI itu.

Namun, tak hanya di sana ia berhenti. Sikap tegasnya hampir membuatnya terlempar dari kursi DPR. Walk out dari sidang paripurna sebagai protes terhadap RUU Pornografi, yang dianggapnya tak sesuai dengan kebudayaan Bali yang penuh kreativitas dan seni. Sebuah aksi keberanian, demi menjaga keunikan pulau dewata dari aturan yang membatasi kebebasan berkesenian.

Kala itu dalam agenda sidang paripurna pengambilan keputusan pengesahan RUU Pornografi, Demer menyampaikan interupsi dan menolak tegas pengesahan Rancangan RUU Pornografi yang sangat dipaksakan. Secara sosiologis dan psikologis, materi dalam RUU Pornografi saat itu tidak bisa dilaksanakan di Bali yang sangat kental dengan adat, seni, budaya dan tradisinya.

Rakyat Bali dan Pemerintah Provinsi Bali melalui Gubernur Bali kala itu juga menyampaikan penolakan tegas terhadap RUU Pornografi itu. “Dan saya sebagai wakil rakyat Bali berkewajiban sepenuh hati, sekuat tenaga mengawal aspirasi rakyat Bali untuk menolak dan membatalkan pengesahan RUU Pornografi saat itu,” ujarnya.

“Jadi saya sempat hampir dipecat, hampir dipecat di DPR gara-gara saya walk out dari paripurna memperjuangkan yang namanya tidak setuju dengan undang-undang pornografi. Walk out saya waktu itu,” kenangnya.

Demer menjelaskan bahwa ia bersama dengan tokoh lainnya, seperti Ngurah Arta, pernah menggelar demonstrasi di Bajra Sandi Renon, Denpasar, untuk menolak undang-undang pornografi. Ia berargumen bahwa Bali, dengan budaya kreatif dan seni yang khas, tidak cocok dengan aturan tersebut, karena unsur seni di Bali terkadang menyentuh batas-batas yang dianggap kontroversial. Perjuangan ini, menurutnya, dilakukan demi melindungi keunikan dan kebebasan berkesenian di Bali.

“Mungkin waktu yang dulu sudah berkecimpung di dalam dunia politik mungkin sudah melihat medsos saya dulu tentang bagaimana saya waktu itu dengan Ngurah Arta dan sebagainya demo di Bajra Sandi untuk memperjuangkan tidak diberlakukannya undang-undang pornografi di Bali karena kita termasuk yang menjadi kreatifitas dan termasuk kita ini orang seni yang kadang kala memang menyerempet sedikit tentang porno itu sendiri. Nah itu saya perjuangkan,” tutur Demer.

Bukan hanya di dunia politik, Demer yang berlatas belakang seorang pengusaha sukses dan mantan Ketua Umum Kadin Bali itu juga menyentuh sektor UMKM Bali. Sepak terjang Demer dalam mendukung dan membimbing para pengusaha UMKM di Bali tidak perlu diragukan lagi. Demer sering mengadakan seminar untuk memajukan sektor UMKM di Bali. Namun, ia mengakui bahwa ada pihak-pihak yang meremehkan dan meragukan kontribusinya, terutama di media sosial. Menurutnya, kritik ini sering kali bermotif politik, dengan tujuan untuk menjatuhkannya di mata publik.

“Saya sering mengadakan seminar tentang UMKM. Tapi banyak juga yang sirik, Pak Demer apa sih yang dikerjakan selama ini gitu. Ya karena tujuannya bukan itu, tujuannya adalah menghantam saya di medsos gitu, sehingga orang, oh iya apa sih yang pernah dikerjakan itu,” tutur politisi Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng itu.

Namun, tak jarang upayanya dianggap angin lalu, bahkan diragukan. Kritik pedas bermotif politik di media sosial menjadi makanan sehari-hari. Tapi, Demer tetap teguh, menyuarakan pentingnya menjaga adat budaya, memilah sampah, dan mencintai lingkungan, walau sering tak didengar.

Di tengah ketulusan hatinya memperjuangkan kepentingan Bali, tetap saja ada pihak yang merasa gerah dan tidak senang dengan kinerjanya. Tuduhan korupsi pernah menerpa politisi senior Golkar asal Desa Tajun Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng itu yang hanya menjadi tudingan jahat sebab tidak pernah terbukti sama sekali.

“Ada lagi persoalan, wah Pak Demer korupsi dan sebagainya, saya sudah jelaskan, tapi tidak mempan juga gitu lah. Tapi saya amini aja itu semua dan saya tetap akan berjuang untuk Bali ke depan, dan mudah-mudahan yang Nyinyir dan sebagainya melihat riwayat hidup saya,” ujarnya.

Klarifikasinya seakan terhempas angin. Meski begitu, ia tak goyah. Sebagai orang Bali yang percaya pada hukum karma, ia menjaga etika dan kejujuran. Siap menghadapi konsekuensi jika bersalah, namun ia meminta kritik yang datang dilandasi kebenaran, bukan sekadar kebencian.

Menurut Demer, sebagai orang Bali yang sangat menghargai konsep karma, penting untuk menjaga etika dan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Ia menegaskan bahwa jika memang bersalah, ia siap menghadapi konsekuensinya, tetapi ia juga mengingatkan bahwa Tuhan Maha Mengetahui, dan meminta agar kritik dan tudingan yang dilontarkan didasari dengan kebenaran.

“Dan kalau menjadi buzzer juga jangan begitu amatlah, karena Tuhan Maha Tahu, saya juga siap kalau memang saya bersalah gitu ya, jangan hanya menantang-nantang saja, tapi saya harap, mari kita orang Bali yang sangat aware terhadap karma, itu menjadi bagian daripada kita hidup sehari-hari,” katanya.

Dihantam berbagai cobanaan, Demer tetap tegar dan bertekad kuat untuk terus berjuang demi Bali. Ia berharap bahwa mereka yang mengkritik, termasuk para buzzer, dapat melihat riwayat hidup dan perjuangannya untuk masyarakat Bali, untuk tanah Bali yang dicintainya.

Dalam diam, Demer berharap agar mereka yang menghakimi mau menengok kembali perjalanan hidup dan perjuangannya. Karena di balik gemerlap panggung politik, ada hati yang terus berjuang untuk Bali, tanah kelahirannya. (wid)