Sharif Cicip Sutardjo

Jembrana (Metrobali.com)-

Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sharif Cicip Sutardjo meresmikan infrastruktur oseonagrafi berbasis teknologi satelit, “infrastructure development for space oceanography” (Indeso) di Perancak, Jembrana, Bali.

Sharif mengatakan dalam peresmian di Jembrana, Senin (6/10)  Indeso merupakan inovasi teknologi pertama yang mengadopsi sistem operasional oseanografi.

“Indeso didambakan, diidamkan bukan kita saja, tetapi juga oleh negara lain, bisa memotret sampe 20 meter ke bawah dan mendetek kapal-kapal laut lepas sampai Filipina,” kata Sharif.

Dia menjelaskan proyek yang berlangsung selama tiga tahun itu mencakup dua mencakup kegiatan utama, di antaranya pembangunan infrastruktur “ground station” atau satelite reception” serta fasilitas pengolah datanya dan pengembangan infrastuktur “computing” untuk pemodelan oseanografi dan hayati laut.

Keduanya dibangun di BPOL Perancak, Jembrana, Bali, sedangkan sistem basis data sebagai sistem “backup” (redundant database system) dibangun di Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (BalitbangKP) di Jakarta.

Sharif menyebutkan terdapat tujuh aplikasi dari dua infrastruktur yang dibangun, meliputi pemantauan penangkapan ikan ilegal atau “Illegal Unreported Unregulated (IUU) Fishing” dan pengelolaan sumberdaya ikan serta pemantauan cakupan dan kondisi terumbu karang dan hutan bakau.

Selain itu, pengelolaan pesisir yang terintegrasi, lokasi pengairan yang bagus untuk budidaya rumput laut, pengamatan tambak udang dan inventarisir lokasi yang baik untuk tambak serta deteksi tumpahan minyak.

“Indeso mengimplementasikan serangkaian alat dalam operasi yang konsisten, terarah, terstruktur serta terintegrasi dengan sistem informasi sebagai aplikasi untuk mendukung keputusan setiap layanan KKP,” katanya.

Sharif menambahkan Indeso merupakan program yang didesain untuk memantau kondisi peraian Indonesia termasuk biogeokimia dan ekosistem dengan melibatlkan berbagai ilmu dan pengimplementasiannya.

Selain itu, lanjut dia, Indeso juga ditujukan untuk memperketat pengawasan terhadap aksi pencurian ikan di perairan Indonesia sekaligus melindungi kekayaan alam biodiversitasnya.

“Proyek ini mengacu pada pembentukan jaringan pengamatan oseonografi yang nyata, adaptasi pengembangan bentuk dan prediksi dalam sistem pengolahan maupun analisa,” katanya.

Sehingga, Sharif menambahkan, memungkinkan untuk melakukan pemeliharaan perikanan secara berkesinambungan oleh nelayan di Indonesia.

Indeso mulai diimplementasikan 2012 dan menjadi inovasi teknologi pertama di Indonesia yang mengadopsi sistem operasional oseanografi atas kerja sama dengan Prancis.

Pemerintah Indonesia mendapatkan dana berupa fasilitas pinjaman lunak (soft loan) dari Prancis melalui Badan Pemerintah yang bergerak di bidang pembangunan senilai 30 juta dolar AS (Rp287,7 miliar) dengan masa pengembalian selama 15 tahun.

Sementara, hibah dipergunakan untuk mendukung kegiatan pembangunan kapasitas, bantuan teknis dan operasional.

Penandatanganan perjanjian yang dilakukan 18 Juni 2012 di Jakarta itu difokuskan untuk membiayai proyek Indeso yang menciptakan inovasi-inovasi baru di bidang perikanan. AN-MB