khofifah-indar-parawansa-dg

Surabaya (Metrobali.com)-

Menteri Sosial yang juga Ketua Umum Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial NU (YTPSNU) “Khadijah” Surabaya Hj Khofifah Indar Parawansa mengingatkan para orang tua untuk melakukan pengawalan anaknya, karena gerakan radikal ISIS sekarang mengincar remaja.

“Seminggu lalu, saya mendapat kabar bahwa ISIS sudah merekrut 500 anak-anak Irak yang berusia 14-15 tahun dan karena ISIS merupakan gerakan internasional, maka bisa saja mereka juga merekrut remaja kita,” katanya setelah menghadiri wisuda SMP Khadijah di Surabaya, Kamis (11/6).

Tidak hanya ISIS, katanya, anak-anak juga harus dikawal dari berbagai bentuk tindak kejahatan, seperti kekerasan seksual. “Kalau kita realistis, kekerasan seksual di Jatim itu tertinggi secara nasional, karena itu para orang tua juga harus ikut mendukung, jangan semuanya diserahkan sekolah,” katanya.

Menurut dia, pengawalan anak itu khususnya terkait pergaulan di luar sekolah, karena di SMP Khadijah sudah mendapatkan pengetahuan secara akademik dan pendidikan karakter, namun bila di luar sekolah tidak ada pengawalan, maka mereka bisa bergerak di luar “pendulum” orang tua.

“Pengawalan itu bisa dengan mengajak interaksi anak serta ‘riyadhoh’ (pembiasaan spiritual) yang selama ini sudah dibiasakan sekolah, namun pengawalan juga bisa dengan mencurigai life style anak kita, apakah barang-barang yang dipakai mahal dan tidak wajar,” katanya.

Apalagi, katanya, bila anak-anak itu melanjutkan sekolah yang non-agama, maka pengawalan dan deteksi dini itu harus dilakukan orang tua. “Jadi, pengawalan itu harus dilakukan secara internal dan eksternal, saya minta wali murid tetap menjaga,” katanya.

Sementara itu, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Prof Kacung Maridjan MA dalam sambutannya selaku wakil orang tua menyatakan bekal agama dalam bentuk perilaku atau akhlak itu sangat penting, karena menentukan sukses anak.

“Dalam banyak studi sudah ditegaskan bahwa sukses itu tidak hanya ditentukan pengetahuan akademik yang tinggi, namun juga ditentukan oleh akhlak atau kemampuan sosial, seperti bersahabat, santun, tersenyum, dan sebagainya,” katanya.

Secara terpisah, Kepala SMP Khadijah, Wonokromo, Surabaya M Ghofar MPdI mengatakan pihaknya bersyukur anak didiknya telah lulus 100 persen, namun hal yang lebih disyukuri lagi adalah proses kelulusan itu terpenuhi secara jujur.

“Kalau hanya lulus, tapi caranya tidak jujur, tentu percuma, karena itu kami selalu melakukan perbandingan nilai rapor, ujian nasional (UN), dan ujian sekolah (US), kalau semuanya linier, tentu caranya jujur. Alhamdulillah, anak didik kami memenuhi kriteria itu,” katanya.

Tidak hanya itu, pihaknya juga menjadikan Quran sebagai syarat kelulusan. “Kami sudah melakukan Munaqosah (Uji Kompetensi) Al-Quran bekerja sama dengan Pesantren Ilmu Quran (PIQ) Malang pada 10 Mei 2015. Untuk tahap pertama, ada 92 dari 500-an siswa kelas VII-XII yang lulus,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Mensos Khofifah menanggapi kasus tewasnya Angeline (8), bocah yang diduga dibunuh dan jasadnya ditemukan dikubur di belakang rumah orang tua angkatnya di Kota Denpasar, Bali. “Kalau orang yang mengadopsi itu orang asing, mestinya izin ke Kemensos, tapi kami dilewati, karena itu kami minta polisi menyelidiki,” katanya. AN-MB