Muhammad Natsir

Jakarta (Metrobali.com)-

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) tengah berupaya mempersingkat jadwal pendidikan di institusi yang menyiapkan sumber daya siap pakai, khususnya pendidikan politeknik.

Menristek Dikti Mohamad Nasir mengatakan hal itu saat peletakan batu pertama pembangunan Politeknik Negeri Madiun, akhir pekan lalu, seperti disampaikan dalam keterangan pers di Jakarta, Minggu (17/5).

Menristek mengatakan, selama ini pendidikan di jenjang politeknik tersebut tiga tahun. Hal ini dirasakan sangat menyulitkan peserta didik atau mahasiswa untuk dapat segera terjun dan bersaing dalam dunia industri.

“Rencananya, kami akan membuat masa pendidikan satu tahun itu menjadi ‘quarterly’ (tiga bagian). Untuk teori di bagian pertama, sementara sisanya adalah praktikum. Ini penting agar para mahasiswa mengetahui dunia kerja dan siap bersaing,” ujar Menteri Nasir.

Ia menambahkan, metode ini pun untuk menjawab tantangan dunia kerja yang membutuhkan orang-orang siap pakai, selain mengetahui suatu masalah secara mendalam. “Sekaligus menjawab tantangan dunia industri yang mengharapkan sumber daya manusia yang andal,” katanya.

Menurut Menteri Nasir, hal yang penting untuk Indonesia saat ini adalah bidang rekayasa, terutama rekayasa pendidikan pertanian dan peternakan sebab hal ini adalah keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia.

“Program pemerintah itu ‘kan swasembada pangan. Jadi pendidikan pun harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut,” ujarnya.

Sementara itu, untuk memenuhi tuntutan dunia usaha, khususnya di bidang rekayasa industri, pemerintah sedang menyiapkan desain pendidikan khusus agar dapat bersaing dengan negara lainnya.

Ia menambahkan hal lain yang juga harus dikembangkan adalah penyiapan sumber daya di bidang kekhususan, misalnya, di bidang metalurgi dan bidang lainnya.

“Contohnya, kita punya Industri kereta api, sehingga kita harus menyiapkan sumber daya di bidang tersebut. Hal ini akan kita koordinasikan dengan instansi terkait lainnya,” kata Menristek Dikti.

Khusus untuk pendidikan tinggi, menurut dia, peningkatan infrastruktur perlu dilakukan karena pendidikan tinggi di Indonesia dituntut untuk hal tersebut. “Pendidikan tinggi butuh infrastruktur, dukungan mutlak diperlukan,” katanya.

Untuk menuju hal tersebut, kata menteri, dibutuhkan kompetensi di bidang masing-masing, terutama di bidang eksakta dan industri. AN-MB