Denpasar (Metrobali.com)-
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu meluncurkan Gerakan Bali Bersih di sela-sela pelaksanaan Sanur Village Festival (SVF) VIII 2013 di Pantai Segara Ayu, Sanur, Sabtu 29 September 2013. Peluncuran itu sekaligus menutup pelaksanaan SVF VIII dan akan ditutup dengan parade.

Mari Pangestu berharap gerakan ini tidak terhenti sebatas slogan dan seremonial semata, melainkan terus menjalar ke seluruh wilayah dan menjadikannya sebagai aksi berkelanjutan serta menjadi kebiasaan sehari-hari. Tanpa ragu, ia pun ikut serta dalam memungut sampah di Pantai Segara Ayu.

“Gerakan di Sanur ini merupakan langkah awal, kita akan melanjutkannya dengan berbagai pelatihan di seluruh desa tentang bagaimana mengolah sampah menjadi sesuai yang bernilai agar lebih menarik banyak orang,” katanya.

Dia mengakui sampah memang menjadi persoalan besar di destinasi wisata ini jika tidak segera diatasi dengan cara-cara yang sitematis. Ini merupakan tantangan bagi Bali dan harus segera dicarikan solusi tepat untuk mewujudkan Bali yang bersih, yang merupakan bagian dari Sapta Pesona Pariwisata yakni aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan.

Kemenparekraf, lanjut Mari, bersama Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Kementerian Kesehatan telah berkordinasi menjalankan program penanganan sampah. Dia menyebut KLH memiliki banyak program tentang sampah yang siap diimplementasikan, di antaranya adalah bank sampah, mengolah sampah menjadi sumber energi, dan daur ulang sampah menjadi produk kreatif yang berguna.

Dia tidak setuju penerapan denda yang sangat tinggi kepada pembuang sampah sembarangan seperti di Singapura. Masyarakat Indonesia sulit dikenakan sanksi seperti itu, lebih baik menanamkan kesadaran sejak dini di antaranya mengedukasi terus menerus pentingnya penanganan sampah yang bisa memberikan nilai lebih.

Pada kesempatan itu Mari Pangestu menyaksikan kegiatan anak-anak sekolah di Sanur yang membuat tas, tempat pinsil, dan pernik lainnya yang terbuat dari sampah plastik. Ada pula yang berupa gelang, bando, kap lampu, vas bunga, dan kantong tablet serta laptop. Bahkan ia pun sempat mencoba memakai bando daur ulang sampah. “Jika desain dan kemasan produk daur ulang sampah seperti ini bagus, saya yakin akan diminati wisatawan asing,” katanya.

Setelah melihat dari dekat percontohan instalasi pengolahan sampah menjadi biogas, Mari Pangestu bersama warga melepas tukik (anak penyu) ke Pantai Segara Ayu di Sanur. Sanur merupakan salah satu pantai yang kerap didatangi penyu untuk bertelur dan anak penyu itu kelak setelah melanglang samudra akan kembali lagi ke tempat itu untuk bertelur.

Ketua Yayasan Pembangunan Sanur Ida Bagus Gde Sidharta Putra berharap apa yang telah dicanangkan Kemenparekraf segera menjadi gerakan bersama di seluruh Bali untuk mewujudkan keinginan bersama yakni Bali bersih dan hijau (clean and green).

Langkah tersebut seiring dengan tema Sanur Village Festival tahun ini yakni, Segara Giri, yakni laut dan gunung yang menjadi simbol kehidupan serta spiritual yang harus dijaga keseimbangannya. “Segara Giri menyampaikan pesan kuat untuk mencintai lingkungan, yang menjadi salah satu modal kepariwisataan kita,” katanya. JAK-MB