Nusa Dua (Metrobali.com)-

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Mari Elka Pangestu mengapresiasi temuan candi Situs Penatih di Denpasar. Ia berharap agar temuan itu dapat dilindungi dengan baik baik agar dapat dipelajari sejarah yang berkembang.

“Temuan itu kaitannya dengan cagar budaya dan menjaga temuan arkeologi. Ada unsur melindungi. Bagaimana itu dilindungi dengan baik. Tetapi juga manfaat untuk pembelajaran dan dikunjungi juga perlu dikembangkan,” kata Mari di Nusa Dua, Bali, Senin 29 Oktober 2012.

Sebut saja misalnya Ratu Boko. Mari menyatakan banyak pelajaran yang bisa dipetik dari aspek kesejarahan. “Setelah dipelajari lay out dari Ratu Boko itu ternyata masih ada tempat-tempatnya. Kelihatan urban planing-nya sudah ada sejak zaman itu. Jadi, lokal wisdom mengapa itu terjadi seperti itu, pasti sudah dipikirkan banyak hal,” kata dia.

“Sebut saja misalnya apakah itu iklim, apakah itu lokasi pertemuan masyarakat, aspek ekonominya, aspek kulturnya, aspek pemerintahannya. Pasti ada pembelajaran yang menarik. Itu jika dikaitkan dengan arsitektur,” imbuhnya.

Untuk dapat ditarik pembelajaran menarik, Mari menyebut tentu penemuan Situs Penatih harus dirawat agar dapat dikunjungi dari aspek pariwisata.

Pekan lalu Badan Arkeologi Denpasar melakukan penggalian di lokasi tertimbunnya candi dari ratusan tahun lalu. Lokasinya di Jalan Trengguli Gang IV D, Denpasar, tepatnya di Pasraman (pesantren umat Hindu) Ida Resi Bhujangga Wisnawa Ganda Kusuma di Banjar Saba, Kelurahan Penatih, Denpasar.

Penemuan candi ini bermula pada akhir September lalu, ketika lima orang warga setempat melakukan penggalian tanah untuk membuat resapan air. Saat penggalian mencapai kedalaman satu meter, para penggali menemukan batu padas ukuran 40 x 40 cm  berderet sepanjang 1 hingga 1,1 meter.

Hingga akhir penggalian, tim dari Balai Arkeologi Denpasar sudah berhasil mengangkat 22 batu dengan panjang 120 sentimeter dengan lebar 40 x 40 sentimeter. bentuknya seperti balok dengan pinggiran yang tertata rapih. BOB-MB