Indroyono Soesilo

Jakarta (Metrobali.com)-

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo menginginkan berbagai pihak bisa mengembangkan riset dan penelitian yang bermanfaat guna membangun kawasan pesisir dan pulau-pulau terluar.

“Jalankan program Kementerian Kemaritiman terkait pembangunan wilayah perbatasan pulau pulau terluar yang selalu membutuhkan air bersih, jalan dan jembatan, serta permukiman yang layak,” kata Indroyono Soesilo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (2/2).

Menko Maritim sebelumnya juga telah melakukan kunjungan kerja ke pusat-pusat penelitian dan pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang digelar di Bandung, Jawa Barat, Jumat (30/1).

Dalam kunjungan tersebut, Indroyono mengusulkan agar badan litbang kementerian tersebut untuk dapat membantu dalam pembuatan purwarupa “reverse osmosis”.

Dia memaparkan, pembuatan purwarupa tersebut adalah untuk membangun teknologi air laut menjadi air tawar untuk pengembangan air bersih di desa pesisir Pandeglang Banten dan kampung laut Segaranakan Cilacap.

“Saya sangat berharap hasil-hasil riset yang ada di Balitbang PU bisa dilibatkan dalam program pembangunan pemerintahan,” paparnya.

Selain itu, Indroyono juga sangat mendukung penggunaan aspal buton sehingga ke depan dapat mengurangi jumlah impor aspal minyak.

Sebelumnya, pemerintah membentuk satuan tugas lintas kementerian di bawah kendali Kementerian Koordinator Maritim guna mengembangkan produk budi daya perikanan di Tanah Air.

“Kami telah membentuk Satgas Lintas Kementerian,” kata Menko Maritim Indroyono Soesilo dalam Rakor Perikanan Budi daya di kantor Kemenko Kemaritiman di Jakarta, Kamis (29/1).

Menurut Indroyono, satgas lintas kementerian itu terdiri atas beragam lembaga dan kementerian antara lain Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Dalam Negeri, TNI, BPPT, Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.

Menko Maritim juga mengungkapkan, potensi budi daya lebih dilirik dunia internasional dan lebih berkembang secara global dibandingkan dengan perikanan tangkap. “Dalam 10 tahun terakhir produksi perikanan tangkap dunia ‘level off’, sedang perikanan budi daya tumbuh 8 persen per tahun,” tutur Indroyono Soesilo.

Dia memaparkan, produksi perikanan dunia yang terdiri atas 148 juta ton per tahun yang terdiri atas 88 juta ton per tahun dari perikanan tangkap, dan 60 juta ton dari kegiatan budi daya.

Apalagi, ledakan populasi dunia dari sekitar 7 miliar orang saat ini hingga diperkirakan bakal mencapai 9 miliar orang pada 2050 diperkirakan bakal memacu konsumsi ikan secara global, sehingga mewujudkan swasembada ikan juga menopang ketahanan pangan nasional.AN-MB