bisnis online

Bisnis “online” atau dalam jaringan (daring) kian berkembang pesat di Indonesia seiring dengan bertambahnya jumlah pengguna internet.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) memproyeksikan dari tahun 2013 hingga 2015, pengguna internet Indonesia meningkat dari 82 juta orang menjadi 139 juta orang.

Bukan mustahil dengan jumlah pengguna internet yang terus bertambah semakin banyak kesempatan untuk menjajal bisnis daring demi meraup pundi-pundi rupiah dari belasan hingga miliar rupiah.

Salah satu pemain lokal yang sedang berusaha mengembangkan sayap di industri bisnis daring di Tanah Air adalah Bukalapak.com. Perusahaan rintisan teknologi alias start up ini mengklaim telah berhasil mencetak prestasi yang cukup menggembirakan dalam meraih pangsa pasar di industri bisnis daring Indonesia.

“Kami bisa melaju cepat dibandingkan pemain lainnya di kategori ‘online marketplace’, baik lokal ataupun global. Bahkan, dibandingkan perusahaan lokal lainnya yang juga bermain di industri ini tapi telah mendapat suntikan dana yang sangat besar dari pihak asing, Bukalapak.com masih jauh lebih unggul,” kata Achmad Zaky, pendiri sekaligus CEO Bukalapak.com.

Zaky mengaku perusahaannya saat ini telah menduduki posisi ke-23 di daftar situs terpopuler di penyedia data traffic Alexa untuk pasar Indonesia. Kemudahan dan keamanan bertransaksi menjadi kekuatan utama layanan bisnis toko online yang disediakannya.

“Total produk yang ada di Bukalapak.com sudah mencapai 1,25 jutaan, penjualnya mencapai 140 ribuan, dan nilai transaksi per bulan mencapai Rp20 miliar. Pertumbuhan bulanan yang ada di Bukalapak berkisar di angka 20 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya,” katanya.

Di akhir tahun 2015, Zaky mengaku perusahaannya menargetkan nilai transaksi sebesar Rp240 miliar per bulan dengan jumlah penjual mencapai angka 300 ribuan akun.

Penetrasi pengguna internet yang masih tinggi di Indonesia diakui Zaky sebagai faktor utama optimisme yang dimiliki perusahaannya dalam bermain di industri e-commerce Indonesia.

Modal Nol Rupiah Zaky mengaku saat mengawali usahanya hanya bermodalkan nol rupiah hingga akhirnya meraih sukses dengan pendanaan mencapai ratusan miliar rupiah.

“Langkah awal memulai toko online sangat tidak mudah. Toko online Bukalapak.com bahkan dimulai dengan modal nol rupiah hanya dengan modal keterampilan dan keberanian para pendirinya, dan menjadi masa-masa penuh perjuangan,” katanya.

Ia mengatakan modal tekad, kerja keras dan kemauan hingga menjadi seperti sekarang mampu mendapatkan pendanaan sampai senilai ratusan miliar rupiah bukan upaya mudah. “Jika dievaluasi sekarang, pendanaan Bukalapak bisa mencapai Rp2 triliun”.

“Kami mempunyai misi untuk meningkatkan kualitas usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia karena saat ini kebanyakan struktur dan manajemen UKM masih kurang profesional, strategi penjualan yang kurang terarah, kebanyakan perang harga sehingga margin harga yang didapatkan sangat tipis. Karena itu, Bukalapak berupaya memfasilitasi pelaku UKM melalui layanan jual beli online,” katanya.

Zaky mengatakan bisnisnya dimulai pada saat peluang pasar e-commerce di tahun 2010 masih terbuka luas, masih sangat sedikit pelaku bisnis yang berani bermain secara online sehingga perkembangannya cukup pesat.

Nugroho Herucahyono, Founder dan Chief Technology Officer Bukalapak.com mendukung langkah Zaky untuk mendirikan Bukalapak sebagai wadah pemberdayaan UKM.

“Apalagi banyak pelapak atau penjual yang menggantungkan penjualan produknya hanya di Bukalapak.com, sehingga banyak orang yang menggantungkan kelangsungan usahanya di Bukalapak.com” tegas Nugroho.

Sepeda hingga Batu Mulia Pelapak di Bukalapak.com menjual berbagai kategori produk, termasuk sepeda, kamera, telepon seluler, elektronik, hobi, batu mulia jenis akik yang sedang booming dan produk fashion.

Kategori produk yang paling banyak diminati adalah telepon seluler dengan komposisi 20 persen, sementara posisi kedua ditempati fashion.

Kategori produk yang diminati mengalami perubahan sejak 2011. Saat itu sepeda menjadi yang paling populer, kemudian kamera pada 2012, dan telepon seluler sejak 2013 dan pada 2015 ini diramaikan oleh penjualan batu akik..

Salah seorang pelapak (penjual) Sigit Nurdyansyah mulai fokus jualan online di Bukalapak.com berawal dari memenuhi kebutuhan biaya untuk pengobatan anaknya, yang sedang sakit sehingga harus sering keluar-masuk rumah sakit.

Selain waktu kerjanya banyak tersita, perputaran uang di rumah juga sangat terganggu karena pengeluaran biaya untuk pengobatan yang cukup besar.

Ini menjadi dorongan besar yang membuat dirinya fokus dan totalitas membesarkan bisnisnya secara online.

Totalitas dalam membesarkan bisnis e-commercenya sejak Februari 2012, menempatkan Nurdyansyah kini sebagai top seller di Bukalapak.com dan sejak awal Maret 2015, ia telah membukukan 5.284 transaksi. “Alhamdulillah, omzet saya sekarang sekitar Rp200 juta per bulan dengan rata-rata 30 transaksi per hari,” ujarnya.

Pria berusia 30-an tahun ini mengakui memperoleh semua itu tidak secara instan. Di awal tahun 2010 saat pertama kali dirinya mengenal transaksi jual-beli secara online. Waktu itu, ia mencoba membeli sepeda secara online. Namun, bukannya barang diperoleh secara utuh, uang yang telah ditransfernya pun raib entah kemana.

Setelah menjajaki beberapa market place online yang ada, akhirnya pilihan jatuh ke Bukalapak.com karena dijamin keamanannya. Pembeli melakukan pembayaran terlebih dahulu ke Bukalapak.com dan baru dibayarkan kepada pelapak jika item yang dijual sudah diterima oleh pembeli. Sehingga pembeli terhindar dari transaksi jual-beli palsu.

Sementara itu, pelapak lain, Dyansyah menjual aksesori gadget kelas premium. Mulai dari antigores, baterai, casing, dan lain-lain. Total saat ini telah mencapai 3000-an item.

“Awalnya berbisnis aksesori gadget karena orang-orang yang tinggal di daerah-daerah masih cukup sulit mencari produk-produk aksesori gadget kualitas premium di samping tren yang sekarang berkembang. Pembeli tinggal lihat barang, cocok, bayar, lalu barang itu akan dikirim. Nah, itulah mengapa kita harus go online,” ujarnya.

Secara perlahan Dyansyah mampu mendongkrak nilai transaksi penjualannya hingga mencapai “top performance seller” pada awal 2014.

Untuk tahun 2015, pria asal Ngawi ini tengah mempersiapkan gudang sekaligus ruang kerjanya di lantai 2 rumahnya yang berada di Cibinong, Bogor. “Gudang ini untuk menampung stok yang nilainya sudah mencapai miliaran rupiah. AN-MB