Mengkritik Gaya Kepemimpinan Wayan Koster, Pemikiran Cok Ratmadi Patut Diberikan Catatan
Denpasar (Metrobali.com)-
Penggambaran dari inti sari ajaran Bung Karno, politik adalah kemulyaan – political virtue-, mengabdi total kepada rakyat. Wong cilik, para buruh, tani, nelayan, si marhaen, jargon yang selalu dipergunakan Soekarno, yang menggambarkan keperpihan politiknya pada rakyat.
Hal itu dikatakan pengamat kebijakan publik Jro Gde Sudibya, Senin 12 Juni 2023 menanggapi kritik Sesepuh PDI Perjuangan yang juga mantan Ketua DPD PDI Perjuangan Bali AA Ngurah Oka Ratmadu pada berita metrobali.com.
Menurutnya, narasi pemikiran tokoh Puri Satria ini, Puri yang merupakan simbol perjuangan kebangsaan di Bali, “rawe-rawe rantas, malang -malang-malang putung”, meminjam istilah Soekarno, berjuang “at all cost” membela ajaran Sang Putra Fajar, mengingatkan politisi semestinya PEDAGOG, “guru” politik buat rakyatnya, dan berjuang bersama rakyat untuk mencapai cita-cita bersama. Seperti yang diteladankan oleh Soekarno dan juga Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri pertengahan tahun 1950″an dari PNI, sekarang PDI Perjuangan.
Dikatakan, menyimak pemikiran dan prilaku politik Soekarno, Soekarno sangat membenci kultus individu, karena salah satu bentuk feodalisme. Perjuangan Soekarno, perjuangan melawan penjajahan dan juga feodalisme, yang banyak menjadi alat kekuasaan penjajah.
Dalam pandangan Soekarno, lanjut Jro Gde Sudibya, Soekarnois gadungan tidak lebih dari CECUNGUK politik yang sangat membahayakan kehidupan berbangsa.
Ia mencontohkan, sebagaimana ucapan Presiden Soekarno di hadapan delegasi mahasiswa di Istana Negara, bulan Juli 1956, “perjuanganku lebih mudah, karena harus berhadapan dengan bangsa asing yang penjajah. Perjuangan kalian lebih berat karena harus berhadapan dengan bangsa sendiri”. Kalimat bersayap yang kaya makna, tetap relevan sampai kini.
Sebelumnya diberitakan mantan Ketua DPD PDI Perjuangan Bali yang juga sesepuh Puri Satria Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi tidak setuju dengan gaya gaya kepemimpinan Gubernur Bali I Wayan Koster yang merusak eksistensi dan otonomi desa adat untuk terlibat dalam politik praktis. Apalagi tujuannya jelas untuk menggali dukungan dua periode Gubernur Bali.
Hal tersehut dikatakan dedengkot PDI Perjuangan Bali AA Ngurah Oka Ratmadi, Senin 12 Juni 2023 menanggapi gaya kepemimpinan Wayan Koster untuk meraih dukungan dua periode.
Menurut Cok Ratmadi pemberian bantuan ke desa adat dan sejumlah lembaga agama dan adat Rp 300 juta pertahun, itu wajar dilakukan oleh gubernur. Uang yang dibagi-bagikankan ke rakyat dalam bentuk bansos wajar diterima oleh rakyat.
Yang menjadi tidak elok, kata Ratmadi bantuan yang diberikan ke desa adat dengan embel embel apalagi melakukan ancaman untuk memuluskan menjadi gubernur dua periode jelas itu tidak sesuai dengan cita cita PDI Perjuangan yang selalu santun dan beretikan untuk dapat dukungan masyarakat.
“PDI Perjuangan sejak dari awal telah berjuang untuk wong cilik, bukan membela wong licik. Jika sekarang kader menggunakan kekuatan uang mencapai dukungan jelas umurnya tidak panjang. Yang jelas desa adat dibantu dengan 300 juta, itu jelas merusak otonomi desa adat,” kata Cok Ratmadi.
Cok Ratmadi juga tidak setuju lembaga pendidikan seperti SMA/SMK dan perguruan tinggi dilibatkan dalam politik prkatis untuk maju dua periode. “Apalagi poto poto bersama yang diunggah di media sosial bersama murid dan mahasiswa yang mengacungkan dua jari tangan, tentu tidak memberikan pelajaran politik kepada murid dan mahasiswa,” kata Cok Ratmadi.
Menurut Cok Ratmadi Gubernur semestinya memberi contok yang baik ke sekolah sekolah dan perguruan tinggi tentang cara belajar yang baik untuk masa depan generasi muda. Namun, malah sebaliknya, anak anak diajarkan untuk berpolitik praktis. “Minta dukungan dua peride lagi. Ini tentu kurang santun dan kurang beretika dalam politik,” kata Cok Ratmadi.
Cok Ratmadi juga mengkritik para Rektor dan kepala sekolah yang memberi Gubernur Bali masuk kampus dan sekolah, walau berkedok sosialisasi. “Rektor dan kepala sekolah ini semua pengeng,” kata Cok Ratmadi. (Adi Putra)