kaa

Jakarta (Metrobali.com)-

Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada April 1955 memberikan pesan yang jelas kepada dunia yang saat itu baru saja selesai didera Perang Dunia II dan mulai terhimpit perseteruan ideologis antara blok Amerika Serikat dan blok Uni Soviet.

Sebuah konferensi yang digagas oleh Indonesia, India, Pakistan, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka itu kemudian memberikan pengaruh yang besar kepada negara-negara di kawasan Asia dan Afrika terutama untuk memiliki kesadaran mengenai kemerdekaan dan kebebasan dari tekanan manapun.

Konferensi Asia Afrika yang mendapat dukungan puluhan negara itu kemudian mendorong terbentuknya Gerakan Non-Blok yang menjadi salah satu kekuatan penyeimbang di tengah berlangsungnya Perang Dingin pada dekade 1960an hingga kemudian berakhir pada dekade 1990an.

Di tengah perubahan isu politik internasional dan juga tatanan global baik pascaberakhirnya Perang Dingin maupun perkembangan arsitektur politik internasional era milenium, kerja sama negara-negara di kawasan Asia dan Afrika tetap memegang peran yang penting dan mewarnai percaturan politik global.

Tak hanya dari jumlah penduduk dan potensi sumber daya alam yang dimiliki, dua kawasan yang mayoritas negara-negaranya merdeka setelah Perang Dunia II itu juga memiliki potensi ekonomi.

Dalam 10 tahun terakhir, siapa yang tak mengenal Tiongkok dengan mesin ekonominya yang terus menggerus dominasi Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa dalam bidang perdagangan global. Jepang yang sejak lama menjadi aktor ekonomi internasional juga masih memainkan perannya.

Korea Selatan pun tak kalah hebat. Meski secara teknis masih dalam status berperang dengan tetangganya, Korea Utara, setelah gencatan senjata pada Perang Korea 1950an, Negara dengan ibu kota Seoul ini juga dikenal sebagai kekuatan ekonomi Asia yang diperhitungkan.

India, Indonesia dan Afrika Selatan merupakan tiga dari puluhan negara di kawasan Asia Afrika yang disebut sebagai kekuatan ekonomi baru dunia.

Salah satu parameter yang mudah dilihat adalah keanggotaan mereka di salah satu perhimpunan kerja sama ekonomi prestisius saat ini, G-20.

Dalam peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika pada April 2015, Pemerintah Indonesia juga ingin memberikan pesan yang jelas kepada dunia mengenai potensi-potensi negara di dua kawasan ini.

Presiden Joko Widodo dalam sejumlah kesempatan mengatakan pesan yang diberikan kali ini secara tegas akan menyuarakan perihal pentingnya keseimbangan dan keadilan global serta sebuah tatanan baru dunia yang lebih baik.

“Saya titip nanti yang saya sampaikan dalam pidato nanti bukan suatu (yang-red) normatif atau biasa, tapi betul-betul sebuah pesan kuat,” kata Presiden dalam rapat terbatas di Kantor Presiden akhir pekan lalu.

Kepala Negara mengatakan pesan itu harus disampaikan sebagai salah satu upaya untuk mendorong adanya arsitektur internasional yang lebih baik dan adil bagi semua kawasan.

“Pesan mengenai tatanan baru, keseimbangan global, dan keadilan global yang kita lihat sekarang ini, United Nations (PBB) tidak mengesankan itu,” katanya.

Kepala negara juga menyampaikan,”persoalan-persoalan di kawasan Asia Afrika akhir-akhir ini memang membutuhkan perhatian khusus karena kita menginginkan sebuah keseimbangan global. Memerlukan keadilan global yang itu nanti kita suarakan saat pertemuan.” Memanfaatkan Momentum Peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika yang akan berlangsung dari 19 April hingga 24 April dengan rangkaian pertemuan di Jakarta dan Bandung itu merupakan momentum yang tepat untuk menyuarakan kembali tatanan global yang lebih adil dan berimbang.

Menurut Deputi II Bidang Pengelolaan dan Kajian Program Prioritas Kantor Staf Presiden Yanuar Nugroho, perhelatan ini bisa dijadikan momentum untuk memberikan pesan yang jelas kepada dunia internasional.

“Yang ditekankan Presiden, memberikan pesan pada dunia, bahwa Konferensi Asia Afrika dan ‘Commemoration’ (peringatan) ini memberikan pesan jelas bahwa kita perlu tata dunia baru yang adil, seimbang. Itu agar KAA tidak hanya normatif tetapi memberi pesan yang jelas pada internasional,” katanya.

Ia memaparkan keseimbangan yang hendak dicapai tersebut berangkat dari solidaritas di bidang ekonomi, politik dan budaya.

Presiden Joko Widodo akan dua kali menyampaikan pidato dalam rangkaian peringatan itu, yakni pada saat membuka Konferensi Tingkat Tinggi di Jakarta pada 22 April dan saat mengikuti momen napak tilas sejarah di Gedung Merdeka Bandung pada 24 April.

“Yang di Bandung lebih pada memori 60 tahun lalu semangat seperti saat itu sampai sekarang diwujudkan lagi. Misalnya mengingatkan 60 tahun lalu pemimpin-pemimpin Asia Afrika berkumpul menghadapi tantangan zaman itu.” “Saat itu baru tiga negara Afrika kan yang merdeka, sekarang sudah sekian banyak jadi apa yang sudah berubah dan apa yang sudah dicapai dan apa yang bisa dikerjakan bersama ke depan,” kata Yanuar.

Selain mendorong adanya sebuah pesan yang jelas tentang keinginan adanya tatanan global yang lebih adil dan seimbang, dalam rangkaian konferensi di Jakarta juga akan dibahas mengenai penyelesaian sengketa-sengketa yang masih mendera kawasan Asia dan Afrika.

Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto dalam sebuah kesempatan mengatakan, Indonesia juga akan mendorong inisiatif untuk dapat memberikan kontribusi bagi penyelesaian konflik di sejumlah wilayah.

“Pada prinsipnya, tetap dengan yang digabungkan oleh PBB dalam penyelesaian konfik. Indonesia akan melakukan beberapa inisiatif karena Indonesia negara dengan penduduk Muslim terbesar. Kemarin sudah menerima dubes negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), di situ disuarakan harapan mereka bahwa Indonesia bisa ikut berkontribusi tentang (penyelesaian) masalah Yaman.” “Kontribusi yang dilakukan tidak semata-mata kekuatan militer atau ekonomi tapi jalankan norma dan kerangka institusional termasuk perdamaian dunia,” katanya.

Indonesia pun dinilai sebagai suatu negara yang relatif berhasil melakukan kombinasi pendekatan keamanan dan preventif dalam penanganan masalah terorisme dengan mengandalkan budaya dan agama dalam upaya deradikalisasi yang dilakukan. “Itu yang mereka (negara lain-red) tangkap,” kata Andi.

Satu agenda penting lainnya, kata Andi Widjajanto, adalah bagaimana terus memberikan dukungan bagi terwujudnya negara Palestina yang merdeka dan memiliki kesetaraan dengan negara-negara berdaulat lainnya.

Mematangkan Persiapan Dari sisi persiapan penyelenggaraan, semua hal yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan baik Jakarta maupun Bandung terus dibenahi.

Presiden Joko Widodo menilai persiapkan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika di Bandung sudah baik dan siap menerima para tamu negara.

“Saya lihat secara umum 95 persen, secara umum sudah baik,” kata Presiden Joko Widodo kepada wartawan usai meninjau Gedung Merdeka Bandung, Kamis (16/4).

“Tadi kita sudah melakukan ‘checking’ dari sejak Bandara di Halim. Naiknya dari Halim kemudian turun Bandara Husein Sastranegara di Bandung sudah kita cek semuanya. Kemudian ke hotel. Kemudian ke Gedung Merdeka.” “Saya lihat tadi kanan kiri kota, secara umum 95 persen masih ada kurang cat ya sedikit-sedikit. Kurang tambahan bunga sedikit-sedikit. Toilet juga tadi kita cek secara umum sudah 95-96 persen,” ucap Presiden.

Didampingi Menlu Retno P Marsudi, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Mensesneg Pratikno, Menpar Arief Yahya, Panglima TNI Moeldoko, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Presiden Joko Widodo meninjau sejumlah lokasi yang akan digunakan bagi kegiatan peringatan 60 tahun KAA di Bandung.

Dari Bandara Husein Sastranegara, Presiden meninjau Hotel Savoy Homann dan dilanjutkan memeriksa kondisi Gedung Merdeka.

Selain melihat ruang utama Gedung Merdeka, Presiden juga memeriksa ruangan lainnya, termasuk sarana kamar kecil serta kelengkapan kegiatan lainnya.

Selama di Gedung Merdeka, Presiden juga sempat menyapa tim angklung Universitas Padjadjaran dan Korps Musik Kodam Siliwangi.

Setelah memeriksa Gedung Merdeka, Presiden kemudian berjalan kaki menuju Masjid Agung Bandung untuk menunaikan Shalat Dhuhur sekaligus meninjau kesiapan masjid yang akan digunakan para tamu negara untuk Shalat Jumat.

Rombongan kemudian menuju Gedung Pakuan yang rencananya digunakan sebagai lokasi jamuan makan siang para tamu negara yang akan hadir.

Sementara Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Sabtu (18/4) meninjau persiapan di Jakarta.

Wakil Presiden Jusuf Kalla memeriksa kesiapan mulai dari penyambutan kedatangan tamu negara di Bandara Halim Perdanakusuma hingga gladi bersih upacara pembukaan di Jakarta Convention Center.

Wapres memeriksa setiap ruang di Bandara Halim Perdanakusuma yang akan menjadi lokasi transit dan pemeriksaan paspor para tamu negara.

Usai memeriksa persiapan penyambutan kedatangan tamu, Wapres menuju ke JCC Senayan untuk memeriksa kesiapan tempat berlangsungnya upacara pembukaan.

Dalam gladi bersih tersebut, Wapres didampingi Penanggung jawab acara Peringatan KAA, yang juga Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Pandjaitan.

Sebelumnya, Wapres memastikan persiapan perayaan Peringatan KAA ke-60 sudah hampir selesai.

“Persiapannya tinggal merapikan substansinya, itu pertama. Kemudian bagaimana pelayanannya dan teknisnya sudah semua hampir selesai. Tinggal gladi bersih,” kata Wapres.

Dia menjelaskan seluruh anggaran untuk perhelatan tersebut pun sudah diberikan seluruhnya kepada penyelenggara.

Terkait keamanan jelang peringatan KAA ke-60, Wapres menegaskan Polri dan TNI siap menjaga situasi tetap kondusif.

“Di mana pun di dunia ini, selalu ada ancaman. Tapi yang penting kan kesiapan aparat kita. Saya kira sangat siap,” jelas Kalla.

Kalla juga mengatakan aparat keamanan siap menambah personel pasukan jika dianggap butuh.

Persiapan sudah dilakukan, perhelatan tinggal menunggu waktu, kini saatnya memunculkan harapan agar Deklarasi Jakarta dan Pesan Bandung dapat menegaskan pentingnya sebuah tatanan arsitektur politik internasional yang baru.

Dari Indonesia, sebuah tatanan yang seimbang, adil serta memberikan kesempatan bagi semua kawasan dan semua negara untuk bersama-sama maju dan sejahtera itu kembali disuarakan dan diperjuangkan melalui kerja sama nyata antarbangsa. AN-MB