Rachmat Gobel

Jakarta (Metrobali.com)-

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan keputusan untuk melakukan impor beras atau tidak bakal ditentukan oleh hasil evaluasi yang dilakukan koordinasi dari beragam kementerian dan lembaga terkait.

“Jadi mengenai impor atau tidak itu kami menunggu hasil evaluasi dari kondisi stok beras,” kata Rachmat Gobel setelah menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (8/5).

Mendag mengemukakan masih belum mengetahui tenggat waktu dari pelaporan kondisi stok tersebut, antara lain karena masih menunggu laporan Menteri Pertanian Amran Sulaiman.

Namun, Rachmat Gobel juga mengemukakan bahwa hasil kajian itu akan diketahui secepatnya.

Ia menegaskan impor merupakan salah satu opsi terakhir setelah ada hasil perhitungan stok yang ada di pasar.

“Saya kira impor itu jalan terakhir. Alternatif terakhir adalah impor,” katanya.

Sebelumnya, peneliti Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan Miftah Farid mengatakan impor beras tidak perlu dilakukan pemerintah jika produksi beras dalam negeri mampu naik paling tidak sebesar lima persen dari total produksi, dan serapan pengadaan dalam negeri oleh Perum Bulog mencapai delapan persen dari total kenaikan produksi tersebut.

“Kapan impor beras akan nol, ketika produksi naik sebesar lima persen dan serapan dalam negeri oleh Bulog sebesar delapan persen,” kata Miftah Farid, saat ditemui di Jakarta, Rabu (6/5).

Miftah menjelaskan berdasarkan analisis data antara variabel impor beras dengan pertumbuhan produksi, tren yang ada adalah ketika produksi naik maka impor akan mengalami penurunan, namun agar impor beras mencapai nol tersebut maka kenaikan produksi paling tidak harus sebesar lima persen.

Kenaikan produksi sebesar lima persen tersebut, terhitung dari total produksi tahun 2014, di mana produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 70,83 juta ton atau setara dengan beras sebanyak 44,43 juta ton.

Kenaikan produksi yang sebesar lima persen tersebut kurang lebih sebanyak 3,54 juta ton GKG atau setara dengan 2,22 juta ton beras. Dengan perhitungan tersebut, maka produksi pada tahun 2015 harus mencapai 78,34 juta ton GKG atau beras sebanyak 46,62 juta ton.

Berdasarkan sasaran produksi dari Kementerian Pertanian pada tahun 2015, produksi diharapkan naik sebesar 3,84 persen, dengan jumlah produksi GKG sebanyak 73,40 juta ton, yang setara dengan 46,14 juta ton beras. AN-MB