gaza5

Jakarta (Metrobali.com)-

Masyarakat internasional kembali menyaksikan kebrutalan militer Israel di Jalur Gaza dalam lebih dari sepekan terakhir namun para pemimpin dunia tak kuasa berbuat banyak untuk menghentikan aksi Tel Aviv tersebut.

Menurut Stasiun TV Al Jazeera, gempuran udara Israel yang sudah berlangsung sejak 8 Juli itu telah menewaskan sedikitnya 205 warga Palestina, termasuk anak-anak, dan melukai sedikitnya 1.500 orang lainnya.

Aksi militer yang digelar Israel dengan dalih Hamas bertanggung jawab atas penculikan dan pembunuhan tiga warganya yang masih berusia remaja Juni lalu itu juga menghancurkan banyak properti rakyat Palestina dan memaksa belasan ribu orang mengungsi.

Kendati korban terus berjatuhan, aksi ofensif yang dilancarkan rezim Zionis di Tel Aviv itu tidak mampu dihentikan PBB dan masyarakat internasional.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam pernyataan persnya pada 13 Juli telah meminta Israel dan Hamas segera menghentikan pertikaian untuk menghindari lebih banyak korban dan kerusakan serta risiko lebih besar pada perdamaian dan keamanan di kawasan.

Dewan Keamanan PBB sendiri sebelumnya juga telah meminta Israel dan Hamas melakukan gencatan senjata.

Pemerintah Mesir lalu menindaklanjuti seruan itu dengan menyampaikan proposal gencatan senjata kepada kedua pihak yang bertikai. Namun Hamas keberatan dengan syarat-syarat dalam kesepakatan gencatan senjata tersebut.

Menurut juru bicara Hamas, Fawzi Barhum, seperti dikutip AFP, tidak akan ada kesepakatan gencatan senjata tanpa perjanjian penuh penghentian permusuhan.

“Di masa perang, Anda jangan menghentikan perang, lalu berunding,” katanya.

Usul Mesir itu juga ditolak sayap militer Hamas, Brigade Ezzedine Al-Qassam, yang memaknai proposal tersebut sebagai permintaan “menyerah”.

Amerika Serikat sebagai salah satu anggota tetap DK-PBB dan negara kunci dalam penyelesaian konflik berkepanjangan Israel-Palestina ini justru membela Tel Aviv dan menyalahkan Hamas.

Alih-alih menekan Israel, pernyataan pers harian Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest pada 11 Juli bahkan menegaskan kembali dukungan Pemerintah AS pada apa yang disebut dengan “hak Israel untuk membela diri menghadapi serangan-serangan roket Hamas tersebut”.

“Presiden (Barack Obama) sudah menelepon Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari Air Force One (pesawat kepresidenan) kemarin sore dan mengulangi kecaman keras Amerika Serikat atas serangan roket Hamas dan organisasi-organisasi lain di Gaza ke wilayah Israel,” kata Earnest.

Tekanan Turki Tekanan terhadap Tel Aviv justru datang dari Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan.

Erdogan seperti dikutip Daily Sabah (14/7) menegaskan bahwa tidak mungkin bagi Turki untuk melanjutkan proses normalisasi hubungan dengan Israel dalam kondisi seperti saat ini.

“Membantu rakyat Palestina adalah tanggung jawab sejarah, agama dan kemanusiaan kami karena mereka selalu bersama kami di saat kami membutuhkan mereka terutama selama Perang Kemerdekaan kami.” “Kami tidak bisa berpaling pada saudara-saudara kami dalam suka dan duka di Palestina, Bosnia, Suriah, Irak, Mesir, Arakan (Myanmar) dan di manapun di dunia ini,” kata Erdogan.

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pun tidak tinggal diam dengan perkembangan di Gaza ini. Melalu sejumlah perwakilan negara-negara anggotanya di PBB, OKI mendesak organisasi dunia itu agar segera menghentikan kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza.

Brazil, Rusia, India, Tiongkok and Afrika Selatan yang tergabung dalam BRICS pun menyesalkan tidak adanya kemajuan dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina ini.

Bagi Indonesia, keadilan bagi rakyat Palestina yang terus berjuang mendapatkan kemerdekaannya merupakan keniscayaan yang diperjuangkan sejak era pemerintahan Presiden Soekarno.

Bahkan Bung Karno telah menegaskan garis kebijakan politik Indonesia itu dalam pernyataannya pada 1962: “selama kemerdekaan bangsa Palestina beloem diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itoelah bangsa Indonesia berdiri menantang pendjadjahan Israel.” Tatkala nestapa rakyat Palestina di Gaza kembali menyertai hari-hari warga dunia saat ini, yang dibutuhkan mereka adalah dukungan diplomasi dan bantuan kemanusiaan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun menegaskan kepedulian Indonesia pada nasib warga Palestina itu.

“Sasaran diplomasi Indonesia jelas dan tegas agar serangan Israel ke Palestina dihentikan,” katanya pada acara berbuka puasa di rumah dinas Gubernur Sumatera Utara di Medan, Selasa (15/7).

Rakyat Palestina menanti keadilan dunia bagi mereka. AN-MB