Panitia merapihkan bendera negara peserta KAA yang akan diletakan di meja peserta di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (18/4)

Jakarta (Metrobali.com)-

Peringatan ke-60 Tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) diharapkan membawa ‘angin segar’ bagi dunia usaha di kawasan Asia-Afrika untuk bersama-sama maju menyejahterakan bangsa.

Demikian harapan dari sejumlah pengusaha yang mengapresiasi serangkaian acara peringatan KAA yang berlangsung di Jakarta dan Bandung pada 19-24 April untuk memperkokoh kerja sama ekonomi seperti perdagangan dan investasi antar kalangan pengusaha lintas negara.

Pengusaha yang juga Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Konstruksi dan Pertanahan Bambang Sujagad mengatakan Peringatan ke-60 Tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) menjadi momentum penting dalam mengembangkan pasar ekspor baru antarnegara.

“Konferensi Asia-Afrika ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan pasar-pasar ekspor negara, ini suatu pasar baru yang perlu kita kembangkan,” katanya di Jakarta, Kamis (23/4).

Menurut mantan Wakil Ketua Umum Bidang Industri, Riset, dan Teknologi Kadin itu, KAA akan menjadi media untuk meningkatkan kerja sama antarnegara terutama hubungan bisnis dengan melakukan pasar ekspor langsung ke negara tujuan tanpa perantara negara lain.

“Ini suatu ‘opportunity’ (peluang) yang dulunya kita harus ekspor ke Afrika lewat Singapura, di sini kita bisa langsung sehingga itu bisa langsung meningkatkan ‘competitiveness’ (daya saing) dari kita, bisa juga langsung ke pasar daripada kita lewat negara ketiga,” ujarnya.

Ia juga mengatakan melalui KAA, Indonesia dan negara lainnya saling mendapatkan informasi yang lebih jelas terkait peluang investasi atau pasar di kawasan Asia-Afrika.

“Ini penting sekali karena bisnis dimulai dengan informasinya,” katanya.

Ia berharap pemerintah antarnegara setelah bertemu satu sama lain dapat saling memahami permasalahan bisnis di negara masing-masing dan mengupayakan untuk mempermudah perluasan bisnis di kawasan Asia-Afrika.

“Mudah-mudahan nanti dari apa yang menjadi ide dari pertemuan pengusaha bisa didukung dengan ketentuan pemerintah karena pemerintah juga ikut di dalam Konferensi Asia-Afrika sehingga kendala-kendala yang dihadapi kawan kita di sana atau kawan kita yang mau mengirim barang ke sana ke negara lainnya itu bisa juga diperhatikan oleh pemerintah di negara tersebut,” tuturnya.

Ia berharap hubungan antarpemerintah akan lebih baik dalam mendukung iklim usaha melalui kerja sama antarnegara demi kesejahteraan bersama.

“Hubungan antarpemerintah yang semakin bagus akan memberikan peluang atau kesempatan dalam hubungan bisnis antaranegara,” katanya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Andrinof Chaniago mengatakan Konferensi Asia Afrika 2015 akan melahirkan forum-forum kerja sama bisnis yang lebih mudah antarnegara.

“Biasanya forum seperti itu akan melahirkan kembali forum-forum kerja sama itu. ‘Kan ada pertemuan antarkomoditas bisnis ‘kan lebih mudah kalau ada kesamaaan dalam melakukan kerja sama ekonomi atau bisnis,” katanya usai Seminar dan Bedah Buku “Sound Macroeconomic Policies in Indonesia to Accelerate Growth and Financial Stability” pada rangkaian Dies Natalis Universitas Presiden ke-11 di Menara Batavia, Jakarta, Kamis (16/4).

Ia mengatakan terlahirnya forum bisnis merupakan salah satu dampak positif dengan dilaksanakannya KAA di Indonesia. KAA tentu akan membuka peluang bagi Indonesia untuk langsung membicarakan kerja sama ekonomi.

Selain itu, lanjutnya, agenda pemerintah pada peringatan KAA ke-60 itu tentunya berupaya untuk memperkuat solidaritas antaranegara yang tergabung dalam KAA, meningkatkan kerja sama di berbagai bidang dan berbagi pengalaman.

“Agenda bersama, misalnya soal bagaimana menguatkan solidaritas Asia-Afrika kemudian meningkatkan kerja sama dan berbagi pengetahuan pengalaman,” tuturnya.

Ia mengatakan tentu ada peluang investasi sebagaimana negara di Asia-Afrika sudah banyak yang maju dan ekspansi ke negara lain.

“Negara Asia-Afrika yang sudah maju ‘kan banyak seperti Tiongkok. Mereka banyak melakukan (investasi) ke Afrika mungkin yang lain juga banyak begitu, Indonesia juga bisa ke mana, India juga ke mana,” katanya.

Sementara itu, Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan, pasar Afrika menjadi daya tarik tersendiri karena potensi yang ada masih bisa ditingkatkan lebih tinggi lagi terutama terkait dengan kemitraan Asia-Afrika.

“Afrika memiliki produk-produk pertanian seperti buah-buahan, sayuran, daging dan ternak yang bisa dimasuki pengusaha Indonesia untuk pengembangan investasi. Sebaliknya Indonesia dengan produk-produk elektronik, mesin dan mobil dapat diekspor ke negeri itu,” ujar Suryo.

Menurut Suryo Bambang, kemitraan dengan Asia-Afrika saat ini memasuki masa yang menarik sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di kedua benua, sehingga membuka peluang kerja sama ekonomi dan bisnis.

Bobot ekonomi kedua kawasan ini tersebut meliputi 75,3 persen penduduk dunia dan 28,5 persen Gross Domestic Bruto (GDB) dunia.

“Masih relatif kecilnya kontribusi GDB ini menunjukkan bahwa masih banyak potensi-potensi ekonomi yang belum tergali, terutama di sebagian besar negara-negara di Afrika,” ujarnya.

Meski demikian, Suryo menilai aspek stabilitas keamanan dan daya beli masyarakat Afrika masih menjadi perhatian utama eksportir Indonesia yang menjajaki hubungan dagang dengan Afrika.

“Potensinya besar, kita harus gencar ekspansi bisnis ke Afrika. Kita jangan ketinggalan dengan negara-negara tetangga dan regional yang sudah menyerbu pasar Afrika,” tegas Suryo.

Perkuat komunikasi Senada dengan Bambang Sujagad, pengusaha yang juga Wakil Direktur Utama PT Austindo Nusantara Jaya Tbk Istini T Siddharta mengharapkan Indonesia dapat memperkuat komunikasi terkait ekspansi bisnis dengan negara-negara di kawasan Asia-Afrika untuk bersama-sama memperluas kerja sama ekonomi di kawasan itu.

“Indonesia harus memperkuat komunikasi, membangun kepercayaan untuk investasi bisnis di negara-negara di Asia dan Afrika,” katanya saat dihubungi Antara dari Jakarta, Kamis.

Istini Siddharta mengatakan komunikasi perlu diperkuat demi meyakinkan para negara-negara di kawasan Asia-Afrika untuk melakukan kerja sama perdagangan dan ekonomi lainnya dengan saling menguntungkan atau win-win solution.

Menurutnya, Indonesia harus semakin memperluas jaringan internasional untuk ekspansi bisnis karena banyak negara yang menjadi pasar potensial di kawasan Asia-Afrika.

“Kawasan Asia dan Afrika itu luas sekali, pangsa pasarnya banyak, hanya Indonesia perlu membina hubungan bidang ekonomi dengan negara-negara lainnya di Asia dan Afrika atau memperkuat hubungan perdagangan yang sudah ada,” ujarnya.

Istini menambahkan pihaknya akan melihat lebih lanjut kesepakatan antarnegara di kawasan Asia-Afrika terkait kerja sama ekonomi melalui Konferensi Asia-Afrika ke-60 yang dilaksanakan di Jakarta dan Bandung pada 19-24 April.

“Kita tunggu hasil dari Konferensi Asia-Afrika ini,” katanya.

Ia berharap KAA dapat memberikan dampak positif bagi atmosfer perdagangan antarnegara di kawasan Asia-Afrika yang tentunya juga menguntungkan bagi Indonesia demi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

PT Austindo Nusantara Jaya Tbk merupakan perusahaan perkebunan, pabrik kelapa sawit dan pengolahan sagu.

Jembatan kerja sama Sebanyak 34 negara di Asia-Afrika secara formal sepakat membentuk Dewan Bisnis Asia Afrika (Asian Africa Business Council) yang beranggotakan para pengusaha untuk memperkuat perekonomian dan kerja sama bisnis di kawasan ini.

Kesepakatan pembentukan AABC tercapai pada Asian-Africa Business Summit (AABS) 2015 dalam rangkaian penyelenggaraan peringatan ke-60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 di Jakarta Convention Center, Selasa.

Menurut Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto, pembentukan AABC merupakan bagian dari semangat penyelenggaraan AABS 2015 dengan tema “Realization of Asian-African Partnership for Progress and Prosperity, serta The New Asian-African Strategic Partnership yang diadopsi sebagai salah satu hasil penyelenggaraan KAA 2015.

Sejumlah poin penting dalam AABC tersebut meliputi upaya memperkuat hubungan kerjasama perdagangan dan perindustrian, menghapus hambatan bisnis karena masih kuatnya birokrasi, meningkatkan konektivitas, kerja sama pembangunan infrastruktur, pengadaan pelatihan sumber daya manusia, penguatan usaha kecil menengah (UKM).

Sementara itu, Vice President The Federation of Pakistan Chambers of Commerce and Industri (FPCCI), Pakistan, Muhmammed Waseem Vohra mengatakan, AABC merupakan langkah besar dalam kerja sama antar negara-negara Asia-Afrika.

“Ini penting untuk mengembangkan bisnis di kawasan ini, terutama untuk upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat di kedua benua tersebut,” ujarnya.

Senada dengan itu, CEO Baraka Contracting and Trading, Arab Republic of Egypt, Mohamed Abdel Rahman Bakara menyambut baik terbentuknya AABC, sebagai langkah ke depan negara-negara Asia dan Afrika untuk bisa lebih sejajar dan maju bersama.

Ketua Pelaksana AABS 2015, Noke Kiroyan mengatakan, pembentukan Dewan Bisnis merupakan hal yang lazim dalam suatu ikatan atau kelompok kerja sama ekonomi, misalnya APEC yang membentuk APEC Business Advisory Council (ABAC), termasuk kerja sama ekonomi lainnya seperti pada negara-negara yang tergabung dalam G-20.

“AABC berisikan para pengusaha bergerak di semua bidang, perdagangan, investasi, infrastruktur, maritim dan agribisnis dan lainnya,” Noke.

Di bidang perdagangan mendorong pemerintah untuk mengurangi hambatan-hambatan perdagangan, mendorong fasilitasi perdagangan dan meningkatkan perdagangan jasa seperti pariwisata serat meningkatkan perdangangan langsung antara negara-negara Asia dan negara-negara Afrika. AN-MB