pantai boom

“Dulu Pantai Boom ini agak kumuh Pak. Sekarang mulai terlihat bersih,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, saat mendampingi Menteri Koordinator Kemaritiman Dwisuryo Indroyono Soesilo melihat pantai itu, Jumat (6/3).

Saat itu rombongan Menko Kemaritiman melihat langsung pantai yang didukungnya menjadi salah satu tempat parkir kapal “yacht” milik wisatawan dari luar negeri.

Karena Pantai Boom berada di areal Pelindo maka Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur, bekerja sama dengan PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Wangi untuk mengembangkan potensi yang bisa dikembangkan di sektor pariwisata itu.

Direncanakan, pengembangan pantai itu bertumpu pada kekuatan lautnya, salah satunya untuk parkir kapal “yacht”, penginapan dengan pemandangan laut dan gunung sehingga menjadi salah satu pundi-pundi pemerintah dan tentunya dampaknya langsung bagi masyarakat.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengemukakan pelabuhan marina di Pantai Boom yang luasnya mencapai 44 hektare lebih sudah digagas oleh pemerintah daerah.

“Investasi untuk pengembangan di Pantai Boom itu bukan pemerintah daerah, tapi swasta dan BUMN. Pemda hanya mempermudah izinnya. Lokasinya juga strategis, hanya lima menit dari kota,” ungkapnya.

Menko Kemaritiman menyatakan mendukung Pemkab Banyuwangi membangun pelabuhan marina karena prospeknya sangat bagus.

“Marina ini untuk bersandar kapal-kapal wisata, seperti yacht. Bupati yang buat, kami bantu promosinya,” tuturnya.

Ia mengemukakan bahwa pelabuhan marina di Banyuwangi bisa menampung limpahan kapal dari Pelabuhan Benoa, Bali, termasuk juga wisatawan asing yang senang dengan objek di Bali wilayah utara dan barat.

Menurut dia, di Australia ada 20.000 hingga 30.000 kapal yacht yang memerlukan penitipan untuk parkir ketika pemiliknya selesai berlayar dan kembali ke negaranya.

Harga sewa parkir yacht itu saat ini sekitar 400 dolar AS atau hampir setara dengan Rp5 juta per bulan. Sementara di Singapura ada sekitar 2.000 yacht.

“Kalau ada 100 yacht, kan sudah masuk Rp0,5 miliar setiap bulan untuk sewa parkirnya saja. Biasanya orang-orang kaya yang memiliki yahct itu butuh parkir sampai satu tahun. Kalau mereka berlayar kan kapalnya dititipkan, sementara orangnya pulang. Nanti kalau perlu mereka datang lagi. Jadi mereka bisa parkir 12 bulan,” ujarnya.

Indroyono mengemukakan bahwa saat ini Banyuwangi belum masuk dalam “radar” dunia untuk dikunjungi kapal-kapal layar, kapal pesiar dan yacht, namun daerah berjuluk “The Sunrise of Java” ini memiliki potensi dan daya tarik yang bahkan melebihi Benoa.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi, Yanuar Bramuda mengemukakan pihaknya bersama dengan PT Pelindo III akan mengintegrasikan pengembangan Pantai Boom dengan Benoa (Bali) dan Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur).

Bramuda mengatakan pihaknya telah bertemu dengan PT Pelindo Properti Indonesia (PPI), anak usaha PT Pelindo III untuk rencana pengintegrasian dan pengembangan pantai yang terletak tak jauh dari pusat Kota Banyuwangi tersebut.

Dari pembahasan dengan PT PPI, kini sedang dilakukan kajian untuk model dan pengembangan pengintegrasian ketiga tujuan wisata pantai tersebut.

Sementara Direktur Utama PT Pelindo Properti Indonesia (PPI) Prasetyo mengatakan pengembangan Pantai Boom dilakukan lantaran potensinya yang cukup besar.

Ia menilai sangat jarang pantai dengan kondisi geografis seperti Pantai Boom, sehingga sangat prospektif jika diintegrasikan sebagai wisata marina antara Banyuwangi, Benoa, dan Labuan Bajo.

Dalam desain Pelindo, Pantai Boom akan dibagi ke dalam beberapa zonasi, seperti kawasan residensial (hotel), restoran, komersial (water sport), ruang publik, dan museum.

Menurut dia desain besar untuk Pantai Boom dibuat berdasarkan potensi pantai itu sendiri. Pengembangannya tetap berwawasan lingkungan, kearifan lokal, dan optimalisasi “view” menyesuaikan zonasi.

Prasetyo yakin wisata marina yang terintegrasi itu bisa diwujudkan. Ia mengaku senang karena Pemkab Banyuwangi sangat mendukung dengan pengembangan pariwisata itu.

Sebagai langkah awal, kata dia, pengembangan Pantai Boom dimulai dengan pembangunan marina. Pembangunan ini akan dimulai pada akhir 2015 dan ditargetkan sudah bisa beroperasi ada awal 2017.

“Tahun ini setelah masterplan selesai, langsung kita kebut dengan studi kelayakan sehingga bisa langsung membangun. Marina ini nantinya mampu menampung hingga 40 yacht. Untuk selanjutnya kita juga membuka peluang bagi investor untuk melengkapi fasilitas lainnya seperti hotel dan pusat hiburan,” paparnya.

Prasetyo telah memiliki beberapa strategi untuk mempromosikan kawasan wisata maritim Pantai Boom. Salah satunya menawarkan Pantai Boom kepada ke beberapa klub layar dunia.

Ia mengaku sudah bertemu operator Fremantle Sailing Club. Operator ini melakukan “rally” laut dengan kapal yacht yang biasanya menempuh rute Bali-Lombok-Labuan Bajo.

“Kami usahakan menambah rutenya mulai dari Pantai Bom Banyuwangi,” ujar dia.

Yanuar Bramuda menambahkan wisata Pantai Boom bisa juga diintegrasikan dengan pariwisata di Bali bagian barat, seperti Pulau Menjangan yang kini juga sudah mulai berkembang.

Pengembangan Pantai Boom sudah dilakukan oleh Pemkab Banyuwangi dalam setahun terakhir. Taman Digital yang hijau dengan “amphitheatre” modern telah selesai dibangun.

Tahun ini juga dituntaskan pembangunan gerai kuliner bagi 59 pedagang kaki lima (PKL). Pada masing-masing stan kuliner dilengkapi dapur terbuka, peralatan dapur, listrik, air bersih dengan pemandangan menghadap laut.

“Tak jauh dari sana ada toilet umum yang dikemas modern. Desain lansekap dan sarana penunjang seperti ‘food court’ digarap oleh arsitek Adi Purnomo. Kami yakin, dalam satu tahun ini, Pantai Boom bakal makin bagus, hijau, dan ramai,” tukasnya.

Apalagi, katanya, pihaknya juga menggelar beberapa atraksi wisata di Pantai Boom, seperti Festival Layang-Layang, Festival Barong dan Beach Jazz Festival pada Agustus dan September mendatang.

Untuk menjaga kebersihan, Pemkab Banyuwangi mengerahkan 24 orang tenaga kebersihan yang diberi tugas khusus di pantai itu. AN-MB