Gianyar (Metrobali.com) Di tengah krisis moral dengan merebaknya korupsi dan kekerasan, budaya latah, budaya meniru yang gampang hanyut terbawa arus dan institusi, telah menjadi komoditi kita masa kini. Perilaku ikut-ikutan terhadap apa yang terjadi saat ini, tanpa pertimbangan maupun sikap kritis untuk selektif, tercermin dalam mimpi-mimpi anak cucu yang dikemas secara banal dan artifisial ditengah – tengah masyarakat dan di media televisi.

Hal tersebut menggugah sebuah komunitas tari dari Padang, yakni Komunitas Tari Galang, untuk menuangkan gagasan mereka dalam pertunjukan teater bertajuk ‘Negeri Budaya Latah’, yang akan dipentaskan pada Sabtu, (26/10), pukul 18.30 WITA, di Bentara Budaya Bali, Jl. Bypass IB Mantra 88A, Ketewel, Gianyar. Pertunjukan yang akan memadukan monolog dan tari sebelumnya telah dipentaskan di Bentara Budaya Jakarta pada 30 & 31 Januari 2013.

Pementasan tari yang sarat dengan nilai-nilai tradisi Minangkabau didukung oleh Deslenda (koreografer/pimpinan), Andi J. Satya Wicaksana (manager), dengan para penari Nike Suryani, Nurrahmania Hasanah, Rahmy Adhista, Deni Mayosta, Intania, dan Fitriani.  Naskah monolog ditulis oleh Mahatma Muhammad, sementara Susandra Jaya sebagai penata musik, dibantu Leva Kundri dan Yurnalis, S.Sn,M.Sn.

“Komunitas Tari Galang telah menampilkan puluhan karya dalam berbagai event nasional maupun internasional. Kelompok ini hadir dengan mengedepankan potensi dan kekayaan tradisi Minangkabau sebagai landasan pengayaan dalam penciptaaan karya tari modern atau kontemporer. Karya perdananya bertema Garak Tradisi Garik Kontemporer, sebentuk sinergi yang memunculkan pencerahan dalam sebuah karya dan bisa dinikmati sebagai produk budaya yang menawarkan pembauran.” jelas Juwitta K. Lasut, staf Bentara Budaya Bali.

Komunitas Tari Galang mulanya bernama kelompok Olah Tari Galang, didirikan oleh Deslenda  di Padang pada 1991.

Deslenda dilahirkan di Rumbai, 3 Desember 1963. Tari-tari Deslenda berangkat dari khasanah tradisi Minangkabau, terutama silat. Hingga kini, Deslenda telah melahirkan puluhan karya koreografi yang telah dipentaskan di berbagai kota, seperti Padang, Riau, Medan, Jakarta, Bali, Mataram dll. Ia pernah mendapat penghargaan Gedung Kesenian Jakarta Award tahun 1997 untuk kategori Tari Kontemporer Indonesia dan berkesempatan tampil dalam The Jakarta Festival of Performing Art.

Deslenda (50 tahun) bersama Komunitas Tari Galang turut berpartisipasi dalam event-event bergengsi seperti  :  Indonesian Dance Festival di Jakarta,karya Tari Koma (1994), Contemporery Dance Festival di Padang dengan karya Kaji & pada tahun yang sama  “Resital Tari Kontemporer” (1995), pertunjukan tari tunggal “Dalam Tiga Koreografi” di Padang & Pekan Baru (1996), karya Tari Tuduang pada event The Jakarta Internasional Festival di Jakarta (1997),  Indonesian Dance Festival di Teater Utan Kayu Jakarta dengan karya Molah O Lai (2002),  karya tunggal  “Perempuan” kerjasama Yayasan Kelola Program Hibah Seni 2003 di Padang (2003), berpentas di Graha Bhakti Budaya TIM Jakarta,  “Pentas Keliling” (2010), menggelar karya “Negeri Budaya Latah” sekaligus 21th Galang Dance Company, saat itu juga berubah nama menjadi Komunitas Tari Galang/Perfoming Art), menggelar karya “A Drama in Sirompak Raphsody” di University Malaya (2013), dan Festival Kebudayaan Mestermesse Basel-Swiss  (MUBA) (2013).