Foto: Calon Walikota Denpasar, Gede Ngurah Ambara Putra saat menembangkan Arjuna Wiwaha saat peringatan 114 tahun Puputan Badung di Puri Grenceng Denpasar, Minggu (20/9/2020).

Denpasar (Metrobali.com)-

Dirgahayu Ambara Swari siap menggelar parade budaya dan lomba pesantian bertajuk “Parade Budaya Sekar Alit dan Sekar Agung” sebagai wadah pelestarian Adat dan Budaya Bali.”

Acara parade budaya dimulai Rabu 30 September 2020 digelar secara daring/online berbasis aplikasi Zello pada Channel “Dirgahayu Ambara Swari 5.”

Sementara lomba Sekar Alit dan Sekar Agung digelar Jumat 2 Oktober 2020 di “Channel “Dirgahayu Ambara Swari 5” pada aplikasi Zello.

“Walau kita dilanda pandemi Covid-19, pelestarian seni adat budaya tidak boleh berhenti, kata Pendiri Dirgahayu Ambara Swari, Gede Ngurah Ambara Putra ditemui Selasa (29/9/2020) di sela-sela persiapan acara.

Pria yang juga merupakan Calon Walikota Denpasar yang berpasangan dengan Calon Wakil Walikota Denpasar Made Bagus Kerta Negara (Paket Amerta) ini menuturkan, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dari parade budaya ini.

Pertama memotivasi pembentukan sikap terhadap adat dan seni budaya. Kedua, untuk mempertahankan adat dan budaya Bali khususnya seni tatembangan.

“Ketiga, kami ingin mengembangkan semangat dalam pengembangan kesenian tradisional Bali,” kata Ambara yang mendirikan Dirgahayu Ambara Swari tepatnya 9 tahun lalu.

Selain itu acara lomba dan parade budaya yang digelar rutin tiap tahun ini  juga sebagai upaya menambah kekreatifan pecinta adat dan seni budaya dalam melaksanakan suatu pergelaran yang menarik.

“Termasuk sebagai benteng arus globalisasi budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keluhuran budaya,” kata Ambara.

Acara parade budaya ini juga melibatkan Widyasabha Kota Denpasar, Widyasabha masing-masing kecamatan se-Kota Denpasar, para pembina dari masing-masing Widyasabha kecamatan se-Kota Denpasar dan pecinta seni budaya khususnya Sekar Alit dan Sekar Agung.

Ambara menuturkan, kegiatan ini dilatarbelakangi karena perkembangan kehidupan manusia yang serba modern semakin menunjukan bahwa pola hidup harus sesuai dengan tuntutan zaman.

Di tengah tuntutan zaman ini, masyarakatnya telah meninggalkan adat dan kebudayaan yang menjadi roh dalam tatanan masyarakat bangsa Indonesia.

“Ini adalah salah satu contoh dimana kebudayaan itu terkikis mulai dari segi penampilan sehingga bergeser ke adat istiadat yang menjadi kebiasaan, sampai pada segi budaya tradisional,” tutur Ambara.

Baginya, budaya adalah roh kehidupan yang harus dijaga. “Ini adalah imbauan yang secara etimologis memiliki kekuatan spiritual yang perlu diberdayakan, maka secara terminologis kehidupan ini harus memiliki kebudayaan yang jelas bukan budaya campuran apalagi budaya cangkokan,” paparnya.

Demikian juga halnya dengan adat dan budaya Bali yang sangat beragam dari masing-masing wilayah, sehingga memberikan sebuah warna tersendiri bagi masyarakatnya.

Khususnya budaya dalam bidang kesusastraan Bali pada seni tatembangan (nyanyian) yang terdiri dari Sekar Alit, Sekar Madya dan Sekar Agung yang bisa dipakai sebagai cerminan dalam kehidupan sosial masyarakat.

Denpasar khususnya, kata Ambara, sebagai salah satu wilayah di Bali yang berkomitmen dalam pelestarian adat dan budaya Bali. Hal itu karena Kota Denpasar mempunyai visi sebagai “Kota Berwawasan Budaya”.

Seiring dengan itu, Dirgahayu Ambara Swari dengan visi “Pelestarian Adat dan Budaya Bali” juga terus berupaya untuk tetap melaksanakan pelestarian budaya tersebut.

Pada pandemi Covid-19 sekarang ini, lomba tidak akan mungkin diselenggarakan secara langsung sehingga Dirgahayu Ambara Swari, melaksanakannya dengan menggunakan aplikasi berbasis aplikasi “Zello”.

“Untuk memberikan wadah dalam pelestarian adat dan budaya tersebut, maka diselenggarakan Parade Budaya Sekar Alit dan Sekar Agung khususnya di wilayah Kota Denpasar,” jelas Ambara. (dan)