Mega Proyek Pelabuhan Benoa Tidak Jatuh dari Langit, BIPPLH: Nangun Sat Kerthi Loka Bali Harga Mati! Harus Tetap Jadi Acuan
Foto: Ketua Umum Badan Independen Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Hidup (BIPPLH) Bali Komang Gede Subudi yang juga CEO Pasifik Group-Bali.
Denpasar (Metrobali.com)-
Ketua Umum Badan Independen Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Hidup (BIPPLH) Bali Komang Gede Subudi mengingatkan kembali megaproyek pengembangan Pelabuhan Benoa harus sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan bersama Direktur Utama Pelindo III dengan Gubernur Bali Wayan Koster.
Pengembangan Pelabuhan Benoa diwanti-wanti harus tetap mengacu pada visi Gubernur Bali yakni Nangun Sat Kerthi Loka Bali dan pembangunan apapun di dalamnya harus berbasi kearifan lokal Bali dan jangan sampai merusak alam lingkungan Pulau Dewata.
“Megaproyek pengembangan Pelabuhan Benoa tidak jatuh dari langit. Semua berdasarkan kesepakatan-kesepakatan dan aturan. Visi Pak Gubernur Bali yakni Nangun Sat Kerthi Loka Bali harga mati! Itu harus tetap jadi acuan dalam pengembangan pembangunan Pelabuhan Benoa,” tegas Subudi, Rabu (23/6/2021).
Subudi menegaskan pihaknya selaku aktivis lingkungan akan terus mengingatkan proyek-proyek pembangunan di Bali baik yang dilakukan oleh pihak swasta, pemerintah maupun BUMN agar tetap mengutamakan spirit pelestarian lingkungan bukan sebaliknya mengorbankan lingkungan. Terlebih Bali patut bersyukur punya pemimpin sekaliber Gubernur Bali Wayan Koster yang visi misinya dan arah kebijakannya sangat pro pelestarian lingkungan.
“Kami ini orang lapangan dan aktivis lingkungan. Karenanya kami akan awasi dan pantau terus pembangunan di Pelabuhan Benoa agar sesuai dengan kesepatan dan aturan yang ada,” tegas Subudi yang juga merupakan CEO Pasifik Group-Bali (perusahaan yang sangat konsern pada investasi berbasis pelestarian lingkungan).
Pihaknya juga berharap pembangunan di Pelabuhan Benoa dapat dirasakan dampak positifnya untuk masyarakat lokal Bali. “Kami dapat informasi pembangunan kecil-kecil di Pelabuhan Benoa tidak melibatkan pengusaha lokal. Kami akan cek kebenarannya, semoga saja isu ini tidak benar,” tegas Subudi yang juga Wakil Ketua Umum (WKU) Bidang Lingkungan Hidup Kadin Bali ini.
“Tidak hanya berlaku di Pelindo, Angkasa Pura juga kami akan pantau terus. Kami masyarakat Bali akan teriak dan akan kami minta Gubernur hentikan proyek pembangunan yang merusak lingkungan dan tidak berpihak pada kepentingan masyarakat Bali,” sambung Subudi.
Di sisi lain Subudi selaku pimpinan BIPPLH Bali dan CEO Pasifik Group-Bali menegaskan dukungannya terhadap pengembangan Pelabuhan Benoa menjadi Green Port (pelabuhan hijau) yang mendukung Bali Go Green. “Pengembangan Green Port juga sejalan dengan visi misi kami di BIPPLH dan Pasifik Group-Bali karena kami sangat konsern pada investasi berbasis pelestarian lingkungan,” ungkap Subudi yang sebelumnya merupakan pengusaha tambang sukses di Kalimantan dan kini mengabdikan diri di tanah kelahirannya di Bali untuk mengawal pelestarian alam lingkungan Pulau Dewata.
Selain itu, kawasan Pelabuhan Benoa, juga dirangcang dan dicanangkan menjadi Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) atau gerbang wisata maritim Indonesia dan bisa menjadi trigger percepatan 10 Bali Baru. Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) ini adalah inisiasi Pelindo III bersama Gubernur Bali Wayan Koster dan Kementerian BUMN. BMTH ini didasarkan atas potensi Bali yang termasuk 6 besar tujuan kapal pesiar di Asia dan semakin menjadi primadona.
“Kalau pengembangan Pelabuhan Benoa sudah sesuai kesepakatan master plan yang telah disetujui bersama Gubernur Bali dan aturan yang ada serta tetap konsisten pada upaya pelestarian lingkungan kami akan dukung penuh. Tapi kalau ada yang melenceng, merusak lingkungan, merusak hutan mangrove kami akan sikat,” ujar Subudi seraya menegaskan BIPPLH akan ikut menjaga komitmen Gubernur Bali bersama Dirut Pelindo III. Pihaknya setiap saat akan melakukan chek dan re-chek.
“Kalau ada pelanggaran disana, keluar dari komitmen, master plan diubah sepihak tanpa persetujuan Gubernur, kami akan melakukan teguran yang sangat keras. Kami juga akan rekomendasikan ke Pak Gubernur agar ditinjau ulang. Apa yang dilakukan Pak Gubernur dulu yang sempat menghentikan pembangunan di sana bisa terjadi kalau memang Pelindo III tidak menjaga komitmen bersama,” papar Subudi.
Ia menambahkan Pelabuhah Benoa menjadi salah satu etalase dan gerbang masuk Bali serta mampu memberikan kesan untuk wajah Bali. Karenanya desain dan master plan pembangunan yang sudah luar biasa bagus dan indah harus dijalankan dengan komitmen penuh, jangan ada yang menyimpang.
“Kalau gerbang masuk Bali ini terjaga kelestarian lingkungannya dan pembangunannya disesuaikan dengan kearifan lokal Bali, itu akan menjadi kebanggaan Bali dan memberikan kesan positif untuk wajah Bali di mata dunia,” pungkas Subudi yang juga seorang penekun penyelamat heritage dan Pembina Yayasan Bakti Pertiwi Jati (YBPJ), yayasan yang bergerak pada pelestarian situs ritus Bali ini. (wid)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.