Denpasar (Metrobali.com)-

Sebagian besar masyarakat Indonesia berpotensi terkena rematik akibat kekebalan tubuh yang berbalik menyerang jaringan persendian, kata pakar rematologi RSUP Sanglah, Denpasar, dr Gede Kambayana ApPD-KR.

“Penyakit ini menyerang setiap perendian tubuh manusia pada usia produktif atau 12-28 tahun dan lebih dari usia itu akan berpotensi menjadi rematik berat (Artritis Rematoid),” katanya di Denpasar, Sabtu (1/6).

Berdasarkan penelitian perbandingan wanita dan pria cenderung lebih banyak wanita dengan nilai perbandingan 3:1.

Selain itu, sebagian besar masyarakat Indonesia tidak terlalu memperhatikan dampak penyakit rematik tersebut dan menganggap sebagai penyakit penuaan.

“Memang penyakit rematik itu tidak akan menimbulkan kematin, tetapi mengakibatkan cacat seumur hidup,” katanya.

Kambayana mengemukakan bahwa penyakit rematik memiliki karakter peradangan kronis (terutama pada sendi), rasa nyeri, dan kelelahan.

Namun dirinya tidak menyarankan masyarakat menggunakan pengobatan alternatif dan menggunakan pengobatan tanpa resep dokter karena efek sampingnya sangat fatal.

Oleh karena itu, dia mengarahkan pada pengobatan alami, menjaga pola makan, olahraga secara teratur, dan melakukan konsultasi ke dokter yang ahli dibidangnya.

Sementara itu, Group Product Manager Specialty Care Roche Vita Karunia Harsono berharap masyarakat Indonesia khususnya Bali lebih cerdas dan tanggap terhadap penyakit rematik tersebut.

“Lebih baik mencegah penyakit dari pada mengobati, karena pengbatan penyakit rematik berat tersebut sangat mahal dan terbatas,” kata Vita.