Jpeg

 

Denpasar (Metrobali.com)-

Kasus luka bakar saat ini lebih banyak terjadi di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Bahkan saat terjadi luka bakar, dikatakan Dr.dr. I Nyoman Putu Riasa, SpBP-RE (K), pemahaman masyarakat dalam penanganannya masih kurang‎.

Kecelakaan luka bakar dalam pertolongan pertama dan perawatan bekas luka bakar dibahas di acara media workshop di Denpasar, Bali Rabu (9/9). Dalam workshop ini juga dibahas perkembangan terbaru dalam pengobatan luka bakar, dimana Dermatix bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Indonesia (PERAPI) yang melibatkan Perhimpunan Luka Bakar dan Penyembuhan Luka Indonesia (Indonesian Burn and Wound Healing Society/Ina-BWS)

Menurut Dr. dr. I Putu Nyoman Riasa selaku Ketua Perhimpunan ‎Luka Bakar ‎dan Penyembuhan Luka Indonesia, banyak kasus luka bakar ringan yang terjadi di lingkungan masyarakat, namun tidak tepat dalam penanganannya. Bahkan, untuk penanganan sementara diawal terjadi luka bakar menurutnya sangatlah simpel. Begitu terjadi kecelakaan luka bakar, katanya cukup disiram air mengalir atau air kran ‘air tawar’ selama 10 menit.

“Untuk penanganan awal luka bakar, cukup disiram dengan air tawar atau air kran secara terus menerus selama 10 menit. Kalau terlalu lama malah berbahaya apalagi buat bayi itu tidak diperbolehkan. Jika luka bakar parah, bisa langsung dibawa ke rumah sakit untuk ditangani secara khusus,” katanya.

Bahkan luka bakar dalam tingkatan tertentu, bisa berpotensi membuat kualitas hidup pasien turun akibat dampak fisik, psikologis, hingga finansial yang ditimbulkan. Dilain pihak, tidak sedikit pula anggota masyarakat yang salah memahami bagaimana cara yang benar dalam mengantisipasi dan mengobati luka bakar.

Kurangnya pemahaman tersebut dapat mengakibatkan luka bakar bertambah parah dan perawatan bekas luka bakar berlangsung lebih lama. Bahkan, baru-baru ini, Bali menjadi tuan rumah Asia Pacific Burn Congress  ke-10.  Dalam kongres tersebut, disepakati tatalaksana dan perkembangan teknologi medis untuk perawatan luka bakar termasuk edukasi kepada masyarakat.

Saat ini, Indonesia masih kekurangan unit-unit khusus untuk luka bakar khususnya dalam melakukan penyembuhan dan bedah pelastik, baru ada enam tempat di wilayah Indonesia.‎ Soal tenaga ahli khusus bedah pelastik dan spesialis luka bakar, di Indonesia sudah ada 163 tenaga ahli, dan di Bali baru ada 5 dokter spesialis bedah plastik.SIA-MB