Bangli ( Metrobali.com)-

Jelang perayaan imlek yang tinggal hanya menghitung hitungan hari atau tepatnya Minggu (10/2) mendatang. Konco Batur yang terletak di Desa Pakraman Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli mulai tampak dihias, Rabu (6/2). Pembersihan tempat suci bagi agama Budha ini mulai dibersihkan. Mulai dari tempat meja, altar, tempat dupa, abu dan ruangan tempat sembahyang yang berukuran 8 kali 8 meter ini. Dilengkapi dengan pernak-pernik imlek, seperti lampyong dan penjor dari bahan baku tebu. Uniknya saat waktu pembersihan, menghias dan persembahyangan dilakukan, sesuai dengan kesepakatan dengan warga setempat penganut agama Budha ini hukumnya wajib menggunakan adat Bali. Seolah-olah sangat kental dan mentradisi antara Budha-Siwa.

Menurut Jro Mangku Candra didampingi Ketua Konco Martin Wijaya, jelang perayaan hari imlek untuk saat ini masih memasuki tahap pembersihan Konco. Bahkan bersih-bersih ini dikatakan sudah dilakukan mulai Selasa (5/2). Pembersihan konco dilakukan secara gotong royong. “Masih dalam jenjang melakukan pembersihan dan menghias,” Candra. Dimana, pembersihan dilakukan mulai dari membersihkan kotoran debu, abu dupa, tempat meja dan ruangan tempat sembahyang. Hari kedua ini memasuki proses pengecetan. Sebab, waktu bersih-bersih itu hanya datangnya dalam kurun waktu setahun. Nah, setelah proses pembersihan selesai baru dilanjutkan dengan menghias dalam hal ini pernak-pernik imlek. “Ada lampyong, hiasan lengkap dan penjor dari bahan baku tebu,” tutur Candra.

Selaian itu persiapan yang dilakukan masing-masing penganut agama Budha untuk didaerah Kecamatan Bangli, mulai melakukan masak-memasak dirumah. Puncak persembahyangan memang tanggal 10, diperkirakan sekitar 500 umat Budha dari seluruh Bali dan bahkan Jawa akan hadir disini. Sementara usai hari puncak imlek, dilanjutkan dengan syukuran seperti ngumpul bareng bersama keluarga. “Ngumpul bersama dan makan-makan, sesuai sembahyang dengan leluhur,” papar Candra. Kemudian 15 hari berikutnya setelah imlek mengenal istilah Kuningan yang disebut dengan Cap Gomeh. Kata Candra, yang paling unik dari kegiatan imlek di Konco Batur ini, yakni umat yang datang hadir masuk kekonco hukumnya wajib menggunakan pakaian adat Bali. Hal ini sesuai dengan kesepakatan warga setempat, kami semua pasti kenakan pakaian adat Bali. Bahkan mengunakan pakian adat Bali ini sudah hampir hitungan tahunan selalu tetap dilaksanakan.

Sebagai bentuk hubungan keharmonisan yang terjalin erat dan menghormati penduduk disini. Mengingat, tempat suci Konco ini letaknya berdampingan dengan palinggih milik umat Hindu di Pura Batur. Dimana terdapat dua versi konco ini. Jika dipandang kacamata Hindu disebut dengan palinggih Pura Ratu Gede Ngurah Subandar. Sedangkan bagi Budha disebut Konco Batur (sebagai tempat pemujaan leluhur tertinggi). Bahkan pada saat terdahulu terkadung saking harmoninya, setiap perayaan hari raya ini sipatnya pernah saling ngejot. “Disni benar-benar pembauran dan menyatu antara Budha-Siwa,” tegas Mangku Candra. Disnilah sebagai pertanda hubungan baik dapat dirasakan mulai dari jaman kuno, antara nenek moyangnya. Bahkan kental terlihat seperti menyatu sekala dan niskala.

Dimana, dalam nama panggilan Cina Mangku Candra ini pasih disapa dengan Lie Tian Han. Lanjut Candra, menyatunya sekala dan niskala ini dapat dirasakan dan dibuktikan dengan satu lokasi ditandai dengan dua tempat pemujaan. Ada palinggih Pura Batur dan Konco Batur ( Palinggih Pura Ratu Gede Ngurah Subandar). Pura Ratu Gede Ngurah Subandar sebagai lambang perekonomian dan perdagangan, sementara Pura Batur (Siwa) sebagai lambang kesuburan dan kemakmuran. Pihaknya berharap, dengan peringatan imlek sebagai penyambutan tahun baru ini rasa ucapan terima kasih syukur kita dapat diterima. Begitu juga mendapat berkah yang baru. WAN-MB