Foto: Anak Agung Sagung Ayu Pranita Dewi, Sekretaris DPC PSI Denpasar Utara.

Denpasar (Metrobali.com)-

Bagi sebagian besar perempuan terjun di dunia politik tidaklah mudah, banyak tantangan, banyak stigma hingga cibiran harus diterima dan dialami. Stereotipe bahwa dunia politik adalah dunianya laki-laki masih melekat kuat.

Kemampuan perempuan di panggung politik juga masih kerap diremehkan. Diskriminasi terhadap perempuan di ranah politik masih nyata kerap terjadi.

Setidaknya itu pulalah yang pernah dialami dan dirasakan politisi perempuan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Anak Agung Sagung Ayu Pranita Dewi. Namun dirinya tidak menyerah melainkan terus berjuang meningkatkan kapasitas dirinya dan menujukkan kemampuan terbaiknya.

“Cibiran itu pasti ada ya. It is not easy to be me. Dianggap tidak mampu, dianggap perempuan ngga akan bisa memimpin. Malah pernah ada statement di depan saya, seorang Bapak berkata ‘Saya ngga akan memilih perempuan sebagai dewan.’ Itu kan salah satu bentuk diskriminasi,” tutur Ayu Pranita Dewi.

“Tapi ya kalau semua perempuan menyerah hanya karena itu, nggak akan ada perempuan yang berjuang kan ya? Jadi saya maju saja terus, pantang mundur. Lakukan peran kita, tenaga dan pikiran kita. Walau sedikit demi sedikit, daripada tidak berjuang sama sekali,” tegas sosok perempuan tangguh yang juga Sekretaris DPC PSI Denpasar Utara ini.

Srikandi PSI yang akrab disapa Sis Nita ini lantas bercerita awal ketertarikannya bergabung di dunia politik dan perjalannya berproses di PSI sebagai partai yang memang dianggap ramah perempuan dan partai anak muda ini. Sis Nita bergabung di PSI sejak akhir 2018.

“Tertarik karena saat itu saya melihat postingan seseorang di sosial media tentang PSI. Partai yang ramah perempuan, kemudian membawa gen anak muda. Disitu lah saya mulai merasa sepertinya ini jadi partai yang cocok untuk saya,” tutur perempuan berparas cantik dan murah senyum ini.

Ia menilai PSI partai yang sejak berdiri sudah melabelkan diri sebagai partai anak muda dan ramah perempuan. Sebelumnya belum ada partai yang benar-benar fokus terhadap isu perempuan. Ini menjadi daya tarik sendiri bagi PSI.

“Juga bermanfaat untuk menggandeng lebih banyak perempuan, tidak hanya dalam hal meraih suara tapi maksud saya dalam hal perempuan pun harus turut aktif berperan dalam ranah politik dan pengambilan keputusan,” ujar perempuan kelahiran Denpasar, 3 Maret 1984 ini.

Sis Nita pun mengakui cara pandanganya terhadap politik kini berubah. Baginya berpolitik adalah bagian dari proses pendewasaan diri dan bagian transformasi untuk bisa lebih mengabdikan diri kepada masyarakat.

“Pandangan terhadap politik sih pastinya berubah setiap jaman ya. Tapi sekarang ini menurut saya, politik adalah hal yang sebenarnya bisa dinikmati setiap orang jika benar cara menanggapinya dan belajar lebih dalam,” urainya.

Ia mengakui memang politik pada umumnya sudah terlanjur dicap mengerikan oleh kebanyakan orang, identik dengan persaingan, kebohongan dan hal negatif lainnya. Namun hal itu tidak sepenuhnya benar.

“Sebenarnya ini salah satu alasan saya masuk partai, untuk memahami lebih dalam bagaimana sih sebenarnya berpolitik itu. Dari PSI sendiri saya baru mengerti bahwa politik itu tidak seburuk yang saya lihat dulu di TV. Kita bisa berpolitik dengan cara yang menyenangkan kok,” kata kata perempuan yang punya hobi membaca dan fotografi ini.

Sis Nita pun mengajak kaum perempuan khususnya juga perempuan muda milenial agar berani berproses di dunia politik. Ia mengingatkan kaum perempuan apalagi masih muda jangan hanya sibuk dengan urusan sendiri.

“Tapi pikirkan juga sekeliling kita. Hal apa yang harus diperbaiki yang perlu peran serta kita. Aktiflah sebagai perempuan. Jangan membatasi diri dan menganggap hanya laki-laki yang berhak membuat keputusan,” ujarnya.

“Saya tidak mengajak perempuan untuk melawan laki-laki, tidak! Tapi laki-laki, butuh perempuan untuk bersinergi dalam segala sesuatu dan perempuan butuh dukungan sesama perempuan untuk maju,” imbuhnya.

Maka dari itu, sambung Sis Nita, jika seorang perempuan merasa diri potensial dalam organisasi politik, ikut saja bergabung di partai politik. “Beranilah perjuangkan apa cita-cita mulia kalian untuk masyarakat melalui organisasi. Kalau pun merasa tidak sanggup berorganisasi, paling tidak kalian dukunglah perempuan dengan memberikan suara untuk perempuan,” pungkas Sis Nita. (dan)