Mangku Pastika Ungkap Presiden Prabowo Prihatin Desa Adat di Bali Dipolitisasi, Jiwa Bali Jangan Dihancurkan Kepentingan Politik Sesaat
Foto: Mantan Gubernur Bali Made Mangku Pastika bernostalgia bernyanyi bersama dengan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto.
Denpasar (Metrobali.com)-
Di tengah pesona eksotis dan megahnya Pulau Bali, berdiri kokoh desa adat sebagai benteng penjaga warisan leluhur, melestarikan seni, adat, dan budaya yang sudah mengakar sejak zaman purba. Desa adat di Bali tak sekadar sebuah komunitas masyarakata da melainkan ia adalah nadi yang memompa kehidupan rohani dan keseharian masyarakat Bali, menjaga harmoni antara alam nyata (sekala) dan tak kasat mata (niskala).
Dari sinilah taksu Bali, energi sakral yang menyalakan peradaban, tetap terpancar, mengukuhkan Bali sebagai pulau yang tak hanya hidup dari pariwisata, tetapi dari kekayaan budaya adiluhung yang melekat pada tanahnya.
Namun, di tengah arus modernisasi dan gempuran globalisasi, desa adat kini menghadapi tantangan yang tak kalah berat. Bukan hanya sekadar terpaan pengaruh budaya asing, tetapi juga ancaman dari dalam yakni kepentingan politik yang mulai menyusup dan berusaha mengokohkan kuasanya.
Desa adat yang seharusnya otonom kini mulai tersandera oleh kepentingan politik pragmatis dan politik electoral setiap terjadi hajatan pesta demokrasi seperti pemilu legislatif maupun pemilihan kepala daerah (pilkada). Seiring dengan berjalannya waktu, kepentingan berbagai pihak menjadi begitu masif, merongrong eksistensi desa adat sebagai penjaga utama tradisi dan nilai-nilai luhur Bali.
Kondisi desa adat di Bali yang terkooptasi kepentingan politik ternyata menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto. Kekhawatiran akan kondisi ini diungkapkan Presiden Prabowo saat kunjungannya ke Bali pada Minggu 3 November 2025 dan berdiskusi dengan para tokoh Bali di Rumah Makan Bendega Renon, Denpasar. Di tengah diskusi hangat dengan para tokoh Bali, termasuk mantan Gubernur Bali dua periode, Made Mangku Pastika, sahabat lamanya semasa di Akademi Militee, Prabowo menyampaikan betapa ia merasa prihatin.
Saat berbincang dengan presiden Prabowo Subianto, Mangku Pastika mengaku kaget mendengar pertanyaan dari Presiden Prabowo terkait adanya kooptasi terhadap desa adat oleh mantan penguasa sebelumnya untuk mengarahkan pilihan politik melalui kepala desa disertai dengan iming-iming kompensasi bantuan. Bagi Prabowo, desa adat adalah benteng terakhir dari identitas Bali yang sejati, dan bila benteng ini runtuh, maka roh Bali sebagai pusat kebudayaan adiluhung akan terancam hilang.
“Saya tidak tahu beliau mendapatkan informasi intelijen terkait hal itu darimana?, namun Presiden Prabowo mengatakan bahwa kalau memang demikian adanya maka tentunya hal ini membuat Iklim yang tidak sehat dan cenderung merusak tatanan demokrasi,” tutur Mangku Pastika saat ditemui awak media di salah satu restoran di Denpasar pada Senin 4 November 2024.
Gubernur Bali periode 2008-2018 itu menjelaskan secara gamblang bahwa desa adat dan pra prajuru adat seharusnya independen dan masyarakatnya bebas untuk menentukan pilihan politik, tidak boleh dipengaruhi oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu.
Mangku Pastika mengakui para prajuru adat memang bukanlah ASN ataupun TNI/Polri yang wajib netral, namun Desa Adat mendapatkan berbagai insentif dari negara berupa Dana BKK (Bantuan Keuangan Khusus) maka seyogyanya tidaklah berpolitik praktis, apalagi seharusnya tidak boleh seorang kepala desa mengarahkan masyarakatnya untuk suatu pilihan politik tertentu.
“Presiden Prabowo sangat setuju jika sejatinya Bali tetap menjaga kelestarian adat dan budayanya melalu desa adat tetapi hendaknya tapi tidak boleh malah dijadikan sarana dan komoditas politik,” ungkap mantan Anggota DPD RI itu.
Bagi mantan Kapolda Bali itu, ketika desa adat terkooptasi oleh kepentingan politik, bahaya yang mengintai bukanlah hal sepele. Desa adat akan kehilangan kemandirian dalam menentukan langkahnya, terjebak dalam kepentingan jangka pendek yang tak selaras dengan nilai spiritual dan sosial masyarakat Bali.
Hal ini tak hanya merusak integritas desa adat tetapi juga menimbulkan dampak sosial yang berbahaya, potensi konflik horizontal, gesekan antarwarga, hingga perpecahan dalam masyarakat yang selama ini hidup dalam kedamaian.
Mangku Pastika menekankan bahwa pentingnya menjaga desa adat dari cengkeraman kepentingan politik pragmatis adalah tugas bersama. “Desa adat adalah jiwa Bali,” ucapnya, menggarisbawahi bahwa tanpa desa adat yang merdeka dan bebas dari intervensi politik, Bali akan kehilangan taksunya yang khas. Inilah yang membuatnya bersikeras agar desa adat tidak dijadikan alat politik, melainkan dilindungi sebagai warisan yang tak ternilai bagi generasi mendatang.
Momen Nostalgia Dua Sahabat Lama
Di sisi lain pertemuan dan makan siang di Rumah Makan Bendega Denpasar ini juga menjadi momen spesial karena Prabowo bertemu dengan sahabat lamanya, Made Mangku Pastika. Mangku Pastika, Gubernur Bali 2008-2018 dan lulusan AKABRI Kepolisian tahun 1974, memang memiliki sejarah panjang dengan Prabowo yang juga lulusan AKABRI di tahun yang sama. Keduanya bukan hanya seangkatan, tetapi juga terikat dalam persahabatan yang teruji oleh waktu.
Walaupun kini Prabowo adalah Presiden RI, dalam pertemuan kali ini ia hadir tanpa embel-embel formalitas negara. Tiba dengan mobil pribadi berpelat Bali, Prabowo yang juga Ketua Umum Partai Gerindra ini disambut hangat oleh Ketua DPD Gerindra Bali, Made Muliawan Arya (De Gadjah), serta Putu Agus Suradnyana (PAS), pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali di Pilkada 2024 yang akbab disebut Paslon Mulia-PAS.
Selain itu, sejumlah tokoh Bali turut hadir, termasuk mantan Gubernur Bali dan mantan Anggota DPD RI Mangku Pastika, anggota DPD RI Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, dan tokoh-tokoh lainnya seperti Gede Ngurah Ambara Putra-I Nengah Yasa Adi Susanto yang menjadi Calon Walikota dan Wakil Walikota Denpasar, Bupati Jembrana yang juga Calon Bupati Jembrana I Nengah Tamba, , Ketua DPD Golkar Bali yang juga Cabup Buleleng I Nyoman Sugawa Korry, Anggota DPRD Bali Kadek Diana hingga para tokoh adat dan tokoh puri Bali.
Suasana santai dan penuh keakraban melingkupi acara yang berlangsung sekitar 1,5 jam ini. Hidangan khas Bali, seperti ikan gurame dan tipat Bali, menjadi teman berbincang yang hangat di tengah kebersamaan.
Momen nostalgia terasa mendalam saat Prabowo dan Mangku Pastika duduk berdampingan satu meja, berbagi cerita masa muda mereka di akademi militer. Saling tersenyum, mereka bahkan sempat bernyanyi bersama, membiarkan waktu sesaat kembali ke masa lalu.
“Tidak ada yang serius, hanya pertemuan nostalgia,” ucap Mangku Pastika, mengenang masa mereka saat masih menjadi taruna. Ia juga menyampaikan rasa bangganya melihat sahabat lamanya kini memimpin negeri.
“Saya bangga sahabat saya ini menjadi Presiden. Sejak dulu, Prabowo sudah punya jiwa patriotik, cinta bangsa, dan negara. Sebagai anak seorang Menteri Perdagangan, dia bisa saja memilih jalan lain, tapi dia ingin mengabdi,” kenangnya penuh haru.
Mangku Pastika bahkan heran jika seseorang Presiden Prabowo rela menempuh ribuan kilometer perjalanan dari Papua ke Bali ditengah padatnya kesibukan kenegaraan. “Saya kangen, apakah anda tidak kangen sama saya?,” tutur Presiden Prabowo yang notabene sebagai ‘konco lawas’ nya sesama lulusan Akademi Militer tahun 1974. (wid)