Kepala BKHIT Bali, Heri Yuwono (tengah)

 

Denpasar, (Metrobali.com)

Salah satu produsen utama manggis berkualitas di Indonesia, terus berupaya memperluas pangsa pasar ekspornya ke berbagai negara. Meskipun beberapa negara, seperti Tiongkok, telah membuka pintunya bagi produk ini, tantangan untuk menembus pasar Australia masih belum terselesaikan.

Manggis dari Bali belum sepenuhnya diterima di pasar Australia. Persyaratan ketat dari otoritas Australia, khususnya terkait standar kesehatan dan kebersihan produk, menjadi salah satu kendala utama. Proses audit dari pihak Australia memerlukan peninjauan mendalam terkait pengendalian hama dan penyakit tanaman, yang memerlukan upaya lebih untuk memenuhi standar yang ditetapkan.

Meskipun Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menyesuaikan dengan standar internasional, negosiasi dengan Australia masih berlangsung hingga saat ini.

Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Provinsi Bali, Heri Yuwono, mengungkapkan bahwa, “Saat ini, Australia masih dalam tahap pengkajian lebih lanjut untuk memastikan apakah protokol dan persyaratan yang diterapkan Indonesia sudah cukup efektif dalam menjaga kualitas produk manggis,” katanya di Denpasar Kamis 12 September 2024.

Ilustrasi : ekspor manggis ke Tiongkok tinggi, Bali sasar pangsa pasar Australia

Sementara itu, pasar Tiongkok terus memberikan peluang yang menjanjikan bagi manggis Bali. Berdasarkan data ekspor tahun 2023 hingga 2024, pengiriman manggis dari Bali ke Tiongkok mengalami peningkatan yang signifikan.

Volume ekspor manggis ke Tiongkok meningkat sekitar 413% dibandingkan tahun sebelumnya, yang dipicu oleh pengakuan Tiongkok terhadap efektivitas langkah-langkah pembebasan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK). Hal ini memungkinkan manggis Bali masuk ke pasar Tiongkok dengan lebih mudah.

Data ekspor manggis Bali menurut catatan BKHIT Bali menunjukkan, di tahun 2022 volume ekspor sebesar 180.845 ton dengan nilai ekspor mencapai 8,2 miliar rupiah.

Adapun negara tujuan utama adalah Cina, Prancis, Ceko, dan Inggris. Di tahun 2023, volume ekspor meningkat menjadi 928.141 ton dengan nilai ekspor mencapai 34,1 miliar rupiah. Negara tujuan utama meliputi Cina, Timor Leste, Jerman, dan Prancis.

Keberhasilan ekspor ke Tiongkok menjadi sinyal positif bahwa Bali telah mampu memenuhi standar yang ditetapkan oleh negara tersebut. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi modal untuk membuka pasar Australia dalam waktu dekat.

Pemerintah Bali bersama Dinas Pertanian terus melakukan negosiasi dengan Australia, dengan harapan bahwa manggis dari Bali dapat segera menembus pasar mereka. Selain itu, Bali juga berupaya meningkatkan kualitas produk dan menjaga standar internasional untuk memperluas ekspor ke negara-negara lain di luar Tiongkok dan Australia.

Langkah-langkah ini diambil sebagai upaya strategis untuk meningkatkan daya saing manggis Bali di pasar global dan memastikan produk Bali dapat diterima di lebih banyak negara. Dengan pengembangan pasar yang terus dilakukan, Bali optimistis dapat meningkatkan kontribusinya dalam sektor ekspor buah-buahan Indonesia.

(jurnalis : Tri Widiyanti)